Powered by Administrator

Translate

Minggu, 19 Desember 2021

Tahu Membalas Budi merupakan Permata yang Sukar Didapat (2)

Menyambung posting sebelumnya, kali ini diberikan contoh versi yang tergolong kelompok kedua, dari “Kṣudraka Vastu” pada Mūlasarvāstivāda Vinaya. Urut-urutan lima hal yang jarang ada di sini tidak sama persis dengan yang termuat dalam “Bhaiṣajya Vastu”, meskipun kedua skandhaka ini sesungguhnya merupakan bagian dari Vinaya Piṭaka satu mazhab yang sama. Istilah kr̥tajña-kr̥tavedin ‘kenal budi dan tahu budi’ ditraduksi oleh sang penerjemah, I-tsing, hampir-hampir harfiah sebagai 知恩報恩 (‘tahu budi dan membalas budi’), dan menjadi begitu populer di kemudian hari.



zhi en bao en 知恩報恩



栗㚲毘子既至林所,便即下車,徒步而進,詣世尊所,頂禮雙足,退坐一面,欲聽妙法。世尊為說示教利喜,各令慶悅。
Sesudah para putra Licchavi tiba di hutan itu, maka turunlah mereka dari keretanya, kemudian berjalan kaki melangkah maju, menghampiri tempat Buddha, bernamaskāra menyembah sepasang kaki-Nya, lalu undur berduduk ke satu sisi, hendak menyimak akan Saddharma. Bhagavan pun membabar, mengunjukkan ajaran-Nya yang menguntungkan dan menggembirakan, sehingga masing-masing kesenangan.



爾時,會中有一婆羅門名曰黃髮摩納婆,從座而起,整衣合掌,白佛言:「世尊。我今樂欲隨喜讚歎!」
Pada saat itu di tengah-tengah persamuhan itu adalah seorang brāhmaṇa bernama Māṇava Rambut Kuning yang bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya dan berañjali, lalu berkata kepada Buddha: “Ya Bhagavan, kini aku bergemar hendak memuji-muji seturut kegembiraanku!”

佛告摩納婆:「隨汝意說!」
Buddha memberitahu sang māṇava: “Seturut pikiranmu, ucapkanlah!”

既蒙佛許,即說頌曰:
Setelah beroleh izin Buddha, maka diucapkannya syair:

「大王身持寶裝甲  今為國主獲善利
 有佛現生於此處  名稱高遠若須彌
 如白蓮華處池中  於夜開敷散芬馥
 如日流暉照空界  光明遍滿於世間
 當觀如來智慧力  如大明炬照昏冥
 常為人天作智眼  諸來見者皆調伏」

“Sang Raja Agung [Aṅgīrasa] berbaju zirah pusaka pada tubuh-Nya
demi penguasa negeri [Magādha], agar ia beroleh keuntungan baik.
Ada Buddha yang lahir sekarang di tempat ini,
yang kemasyhuran nama-Nya tinggi dan jauh bagai Sumeru.

Bagai bunga seroja putih bertempat di tengah kolam,
yang mekar terbuka pada malam, menyebarkan semerbak.
Bagai mentari beredar memancarkan terik di wilayah angkasa,
terang cahaya-Nya merata memenuhi dunia.

Pandanglah kekuatan kebijaksanaan Tathāgata,
yang bagai suluh terang berpancar di kegelapan senja,
yang bagi dewa dan manusia senantiasa menjadi mata pemahaman,
sehingga semua yang datang melihatnya pun terjinakkan.”



時,諸栗㚲毘聞是說已,同聲讚言:「大摩納婆。善說斯語!」
Kalakian, setelah para Licchavi mendengar ucapan ini, berpadu suara mereka memujinya: “Ya māṇava yang agung, baik sekali kauucapkan perkataan ini!”]

是時,會中有五百栗㚲毘子,各脫上衣,持施黃髮
Tatkala itu di tengah-tengah persamuhan adalah lima ratus putra Licchavi yang masing-masing melepas jubah atasnya, memegang, dan memberikannya kepada Rambut Kuning.

世尊復為大眾說法,示教利喜,默然而住。
Bhagavan pun, demi persamuhan besar itu, [sekali] lagi membabarkan Dharma, mengunjukkan ajaran-Nya yang menguntungkan dan menggembirakan, kemudian senyap berdiam.



時,諸栗㚲毘子各從座起,整衣合掌,而白佛言:「唯願世尊哀愍我等:與諸苾芻,明日城內受我微供!」
Kalakian para putra Licchavi masing-masing bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya, dan berkata kepada Buddha: “Berkenanlah kiranya Bhagavan mengibaï kami sekalian: bersama para bhikṣu esok hari di dalam kota menerima persembahan sederhana kami!”

佛言:「我與苾芻已許菴沒羅女明日就食。」
Buddha berkata: “Aku bersama para bhikṣu telah meluluskan Āmrapālī besok menjamu makan.”

白言:「大德。我有所失不如彼女,彼有智慧先請世尊。我等不能及時親覲、恭敬、禮拜,我於後時當興供養。」
Kata mereka: “Bhadanta, kami memiliki kecerobohan, tidak seperti wanita itu; dia memiliki kebijaksanaan sehingga terlebih dahulu mengundang Bhagavan. Kami tidak mampu tepat waktu beranjangsana, menghormat, dan bersalam sembah. Di kemudian waktu [lain] kami tentu akan mengadakan persembahan.”

佛言:「甚善!」
Buddha berkata: “Alangkah baiknya!”

聞佛讚已,情懷歡喜,頂禮佛足,奉辭而去。
Setelah mereka dengar pujian Buddha, maka tersimpanlah sukacita dalam emosinya. Lalu bernamaskāralah mereka menyembah kaki Buddha, berpamitan, dan pergi.



時,摩納婆見彼諸人辭佛去後,少時而住,即從座起,整衣合掌,白佛言:「大德。彼五百人聞我讚佛,同聲慶喜。為妙語故,各持一衣,來施於我。我持奉佛,唯願慈悲哀愍納受!」
Kalakian, sesudah melihat orang-orang itu berpamitan kepada Buddha dan pergi, sang māṇava, yang tinggal sementara waktu lagi, bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya dan berañjali, lalu berkata kepada Buddha: “Bhadanta, kelimaratus orang itu mendengarku memuji Buddha dan berpadu suara kesenangan. Oleh karena ucapan yang menakjubkan, masing-masing memegang sehelai jubah, dan datang memberikannya kepadaku. Aku memegang dan menghaturkannya untuk Buddha; berkenanlah kiranya, demi kasih–sayang-Mu, mengibaï kami menerimanya!”



世尊為受,告言:「摩納婆。若如來、應、正等覺出現世間,有五希有事亦現於世。云何為五?
Bhagavan menerimanya dan memberitahu: “Māṇava, jikalau seorang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha muncul di dunia ini, ada lima hal yang jarang ada yang juga akan muncul. Apakah kelimanya itu?

謂:
Yakni:

於世間若有大師如來、應、正等覺、明行圓滿、善逝、世間解、無上士、調御丈夫、天人師、佛、世尊出現於世,凡所說法初中後善,文義巧妙,純一圓滿,清淨鮮白梵行之相。當知!此是如來、應、正等覺出現世間第一希有。
Di dunia ini jikalau ada sang Guru Agung — Yang Datang Demikian, Yang Layak, Yang Mencapai Pencerahan Menyeluruh yang Tepat, Yang Penuh Sempurna Pengetahuan dan Tindakannya, Yang Pergi dengan Baik, Pengenal Segenap Alam, Yang Tiada Taranya, Sais Penjinak Insan, Guru Para Dewa dan Manusia, Buddha, Yang Dimuliakan Dunia — yang muncul, maka setiap Dharma yang dibabarkan-Nya akan baik di awal (ādikalyāṇa), pertengahan (madhyakalyāṇa), dan akhir (paryavasānakalyāṇa); indah dalam bahasa (suvyañjana) maupun arti (svartha); unik satu-satunya (kevala) dan penuh sempurna (paripūrṇa); berkarakeristik kehidupan kudus (brahmacarya) yang bersih-jernih (pariśuddha) dan putih-segar (paryavadāta). Ketahuilah! Inilah hal yang jarang ada pertama apabila seorang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha muncul di dunia ini.

復次!若有聽聞如是妙法,能善作意一心審諦,攝斂諸根,思念觀察。當知!此是如來、應、正等覺出現世間第二希有。
Selanjutnya lagi, jikalau ada yang mendengar dan menyimak Dharma Sejati Tathāgata, lalu mampu mengaplikasikan pikiran (manaskāra) kepada keterpusatan batin dan menyelidiki kebenarannya, merangkum segala indera, merenungkan dan memeriksanya (melakukan refleksi [pratyavekṣaṇa]). Ketahuilah! Inilah hal yang jarang ada kedua apabila seorang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha muncul di dunia ini.

復次!其聞法者,情生喜悅獲大善利,於世俗事生厭離心——此是如來、應、正等覺出現世間第三希有。
Selanjutnya lagi, ia yang menyimak Dharma, lalu kegembiraan timbul dalam emosinya karena memperoleh keuntungan baik yang besar, dan terhadap perkara duniawi timbul keceraian karena enggan (saṃvega) — inilah hal yang jarang ada ketiga apabila seorang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha muncul di dunia ini.

復次!若有展轉聽聞法者,皆亦漸漸依教奉持——此是如來、應、正等覺出現世間第四希有。
Selanjutnya lagi, jikalau ada yang bergulir mendengar dan menyimak Dharma [demi Dharma], dan terhadap semuanya pun berangsur-angsur menjunjung dan memegang sesuai yang diajarkan — inilah hal yang jarang ada keempat apabila seorang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha muncul di dunia ini.

復次!諸聞法者繫念思惟,即能通達甚深妙慧——此是如來、應、正等覺出現世間第五希有。
Selanjutnya lagi, mereka yang, terhadap segala Dharma yang disimak, merenungkan dengan intensif dan mempertimbangkannya sehingga mampu menembus kebijaksanaan menakjubkan yang teramat dalam — inilah hal yang jarang ada kelima apabila seorang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha muncul di dunia ini.

復次!摩納婆。知恩報恩名大善士:少尚不忘,何況多恩!
Selanjutnya lagi, Māṇava, seseorang yang kenal budi (kr̥tajña) dan [tahu] membalas budi (kr̥tavedin) dinamakan insan baik yang agung (mahā satpuruṣa): budi yang sedikit bahkan tidak dilupakannya, apalagi yang banyak!

是故!汝今應勤修學。」
Oleh karena itu, kini mestilah engkau dengan tekun berlatih dan mengembangkannya!”



摩納婆聞佛說已,歡喜信受,頂禮雙足,辭佛而去。
Setelah sang māṇava mendengar apa yang disabdakan Buddha, dengan sukacita ia meyakini dan menerimanya, lalu bernamaskāra menyembah sepasang kaki-Nya, berpamitan kepada Buddha dan pergi.

Tahu Membalas Budi merupakan Permata yang Sukar Didapat (1)

Perikop berikut merupakan bagian dari sūtra ke-2 Dīrgha Āgama Tionghoa, *Viharaṇa Sūtra 《遊行經》 (‘Sūtra tentang Perjalanan [Terakhir]’, T. vol. 1, № 1 hlm. 14a–b). Akan tetapi, paralelnya bukan kita temukan dalam Mahāparinibbāna Sutta Pāli, malah dalam sebuah sutta di Aṅguttara Nikāya (V.20: 5) yang dijuduli seturut nama Pāli sang tokoh interlokutor, Piṅgiyānī, walau tanpa kejelasan sekuens kapan pastinya sutta tersebut dibabarkan. Perikop kita, sebagai bagian dari narasi parinirvāṇa Buddha, sebaliknya menceritakan bahwa Paiṅgika sedang menemani para pangeran Licchavi dalam usaha membujuk Buddha agar membatalkan kesediaan-Nya menghadiri perjamuan makan dari Ambapālī, yang telah mendahului mereka menyampaikan undangan.

Legenda Ambapālī dalam teks-teks Buddhis berbagai mazhab memang agak kacau kronologinya. Adegan-adegannya begitu tumpang-tindih sehingga kita tidak tahu persis apakah Ambapālī pertama kali bertemu Buddha jauh sebelum Beliau parinirvāṇa atau hanya menjelang bulan-bulan final-Nya. Mungkinkah undangan makan dalam berbagai versi sūtra-sūtra Mahāparinirvāṇa hanyalah undangan kesekian kalinya sebab ia telah bertemu dan pernah mengundang Buddha pula sebelumnya? Konfrontasi dengan pangeran-pangeran Licchavi juga membingungkan sebab dalam narasi Mahīśāsaka Vinaya (lihat paragraf di bawah) hal itu terjadi pada saat Raja Bimbisāra masih hidup dan Buddha pertama kalinya meninggalkan wilayah Magādha menuju Vaiśālī (di luar konteks peristiwa wabah dan, tentu saja, masih jauh dari parinirvāṇa). Apakah yang dinarasikan berbagai versi sūtra-sūtra Mahāparinirvāṇa sesungguhnya mencakup peristiwa-peristiwa hingga rentang beberapa (puluh) tahun kehidupan Buddha, dan sesungguhnya cuma ada satu undangan makan Ambapālī?

Selain di Aṅguttara Nikāya, paralel perikop kita termuat di manuskrip (Hīnayāna) Mahāparinirvāṇa Sūtra Sanskerta, serta di dua terjemahan terawal Parinirvāṇa Sūtra (T. vol. 1, № 5 hlm. 164a–b dan № 6 hlm. 179b–c). T. № 6 sepertinya cuma merupakan revisi atas T. № 5, yang mengandung banyak interpolasi Tionghoa. Namun, kita tidak tahu pasti — bisa saja keduanya diterjemahkan dari dua sumber berbeda, milik dua mazhab berbeda.

Pada Vinaya Piṭaka berbagai mazhab, kita pun dapat menjumpaïnya dalam “Cīvara Skandhaka” dari masing-masing Mahīśāsaka Vinaya (T. vol. 22, № 1421 jld. 20 hlm. 135c–136a) dan Dharmaguptaka Vinaya (T. vol. 22, № 1428 jld. 40 hlm. 856a–b). Ia juga muncul dua kali pada Mūlasarvāstivāda Vinaya, dengan dua terjemahan berbeda untuk nama Paiṅgika: Hiasan Ekstensif 廣飾 dalam “Bhaiṣajya Vastu” 《根本說一切有部毘奈耶藥事》 (T. vol. 24, № 1448 jld. 7 hlm. 28c–29a) dan Rambut Kuning 黃髮 dalam “Kṣudraka Vastu” 《根本說一切有部毘奈耶雜事》 (T. vol. 24, № 1451 jld. 36 hlm. 28c–29a).

Piṅgiyānī, seorang brāhmaṇa menurut versi Pāli, memuji Buddha hanya dengan sebait syair. Sedangkan Paiṅgika, yang merupakan seorang māṇava (siswa brāhmaṇa) menurut kebanyakan versi lainnya, memuji dengan tiga atau empat bait syair. Pengecualian adalah pada T. № 5, sebagai terjemahan tertua, yang memparafrase pujian tersebut dalam bentuk prosa. Baris pertama syair Mahīśāsaka Vinaya patut kita perhatikan karena menyebut nama ‘Raja Bimbisāra’ secara eksplisit (瓶沙得善利), alih-alih ‘Raja Magādha’ seperti dalam versi-versi lainnya. Hal ini dikarenaï undangan Ambapālī kepada Buddha, yang dikonfrontir pangeran-pangeran Licchavi, terjadi sesudah Raja Bimbisara melepas Buddha dan saṅgha-Nya pergi ke Republik Vr̥ji untuk pertama kalinya.

Tentang lima dharma yang dibabarkan selanjutnya, kita dapat membagi berbagai versi ke dalam dua kelompok. Kelompok kesatu adalah versi-versi “permata” karena menyebutnya sebagai “lima permata yang sukar didapat” atau “lima permata yang jarang ada di dunia”. Pada kelompok ini pribadi yang tahu membalas budi dianggap sebagai permata ke-5 (barangkali rancu dengan daftar dua pribadi yang sukar didapat, dalam sūtra ini). Yang tergolong kelompok ini antara lain: Piṅgiyānī Sutta, *Viharaṇa Sūtra, Mahīśāsaka Vinaya, dan Dharmaguptaka Vinaya. Pengecualian adalah pada Dharmaguptaka Vinaya yang, kendati menggunakan istilah “permata”, tetapi isinya lebih mirip kelompok kedua, bahkan tidak menyinggung-nyinggung sama sekali tentang membalas budi.

Pada kelompok kedua, salah satu permata dari kelompok kesatu biasanya ada yang dipecah menjadi dua, sedangkan anjuran agar membalas budi dijadikan paragraf terpisah setelahnya. Versi-versi yang tergolong kelompok ini antara lain: T. № 5 dan № 6, serta dua versi pada Mūlasarvāstivāda Vinaya. Membalas budi yang ditekankan terutama adalah kepada Buddha sebab berkat kemunculan-Nyalah lima hal yang jarang ada di dunia tersebut bisa didapat. T. № 5, yang lebih bebas bahasanya, karenanya tidak menyebut daftar ini sebagai “lima hal yang jarang ada”, melainkan “lima perbawa Buddha” 佛五威神.







爾時,五百隷車往至菴婆婆梨園,欲到佛所。下車步進,頭面禮足,却坐一面。
Pada saat itu kelimaratus orang Licchavi itu pun berangkat sampai Taman Ambapālī, hendak menuju ke tempat Buddha. Turunlah mereka dari keretanya, kemudian melangkah maju. Dengan kepala dan wajahnya mereka menyembah kaki Buddha, lalu undur berduduk ke satu sisi.

如來在座,光相獨顯,蔽諸大眾,譬如秋月。又如天地清明,淨無塵翳,日在虛空,光明獨照。
Tathāgata berada pada takhta-Nya, dan karakteristik cahaya-Nya semata yang mencolok, menyelimuti semua dalam kumpulan besar itu ibarat rembulan musim gugur. Pun bagai di langit dan bumi yang jernih dan terang, bersih tanpa kepulan debu, mentari di angkasa terang cahayanya semata yang berpancar.

爾時,五百隷車圍遶侍坐,佛於眾中,光相獨明。
Pada saat itu kelimaratus orang Licchavi duduk melayan di sekeliling, dan Buddha di tengah-tengah kumpulan tersebut. Karakteristik cahaya-Nya semata yang benderang.



是時,坐中有一梵志名曰并𩞚,即從座起,偏袒右臂,右膝著地,叉手向佛,以偈讚曰:
Tatkala itu di antara yang berduduk adalah seorang brāhmaṇa bernama Paiṅgika, yang bangkit dari tempat duduknya, menyibakkan pundak kanan jubahnya, dengan lutut kanan menyentuh tanah berañjali menghadap Buddha, lalu dalam gāthā memuji sbb.:

摩竭鴦伽王  為快得善利
 身被寶珠鎧  世尊出其土
 威德動三千  名顯如雪山
 如蓮花開敷  香氣甚微妙
 今睹佛光明  如日之初出
 如月遊虛空  無有諸雲翳
 世尊亦如是  光照於世間
 觀如來智慧  猶闇睹庭燎
 施眾以明眼  決了諸疑惑」

“Di Magādha, sang Aṅgīrasa, demi raja [tanah tersebut]
agar tergirangkan karena mendapat keuntungan baik,
telah mengenakan zirah mutiara pusaka pada tubuh-Nya
— sang Bhagavan pun muncul (Tercerahkan) di tanah sana.

Keperbawaan-Nya mengguncang trisahasra[-mahāsahasra-lokadhātu],
nama-Nya mencolok bagaikan Gunung Salju (Himavant).
Bagai bunga seroja mekar terbuka,
hawa semerbak-Nya sungguh halus menakjubkan.

Kini kulihat terang cahaya Buddha
bagai terbitnya mula-mula matahari,
bagai rembulan yang berkelana di angkasa
tanpa adanya segala kepulan awan.
Demikian pulalah sang Bhagavan:
cahaya-Nya memancar ke seluruh dunia.

Memandang kebijaksanaan Tathāgata
bagaikan dalam gulita melihat suluh.
Dianugerahi-Nya semua makhluk mata yang terang,
yang memahamkan dan memutus segala keraguan.”



時,五百隷車聞此偈已,復告并𩞚:「汝可重說!」
Kalakian, setelah kelimaratus orang Licchavi mendengar gāthā ini, mereka memberitahu lagi Paiṅgika: “Bolehlah engkau ulang mengucapkannya!”

爾時,并𩞚即於佛前再三重說。
Pada saat itu Paiṅgika pun di hadapan Buddha ulang mengucapkannya tiga kali.

時,五百隷車聞說偈已,各脫寶衣,以施并𩞚并𩞚即以寶衣奉上如來;佛愍彼故,即為納受。
Kalakian, setelah kelimaratus orang Licchavi mendengar gāthā diucapkan, masing-masing melepas pakaian dan perhiasannya, dan memberikannya kepada Paiṅgika. Paiṅgika pun menghaturkan pakaian dan perhiasan tersebut kepada Tathāgata; karena mengibaï dia, Buddha pun menerimanya.



爾時,世尊告毘舍離隷車曰:「世有五寶甚為難得。何等為五?
Pada saat itu Bhagavan memberitahu para Licchavi dari Vaiśālī: “Di dunia ini ada lima permata yang sukar didapat. Apakah kelimanya itu?

一者、如來、至真出現於世甚為難得。
1. Tathāgata, sang Arhat, yang muncul di dunia ini sungguhlah sukar didapat.

二者、如來正法能演說者,此人難得。
2.Yang mampu membabarkan Dharma Sejati dari Tathāgata — orang ini pun sukar didapat.

三者、如來演法能信解者,此人難得。
3. Yang mampu meyakini dan memahami Dharma yang dibabarkan Tathāgata — orang ini pun sukar didapat.

四者、如來演法能成就者,此人難得。
4. Yang mampu mencapai keberhasilan atas Dharma yang dibabarkan Tathāgata — orang ini pun sukar didapat.

五者、臨危救厄知反復者,此人難得。
5. Yang, menjelang bahaya, ditolong dari kesengsaraan dan tahu membalasnya — orang ini pun sukar didapat.

是謂五寶為難得也。」
Inilah yang disebut lima permata yang sukar didapat.”

Rabu, 15 Desember 2021

Empat Budi Besar

 若人能供養  此四種福田
 斯人得善果  導師如是說
 Jikalau seseorang mampu mempersembahi
 keempat jenis ladang jasa ini,
 orang tersebut akan memperoleh buah yang baik
 — demikian disabdakan oleh Sang Nāyaka.

Homili Bodhisattva *Mayūrarāja 孔雀王菩薩 (‘Raja Burung Merak’) kepada dewa-dewa Surga Yāma dan Surga Tuṣita di jilid 61 Saddharma-smr̥tyupasthāna Sūtra 《正法念處經》 (T. vol. 17, № 721 hlm. 359b):

『復次!聞法功德:成就深心,信根清淨,一向淨心信於三寶。詣聽法處,為聞正法,隨舉一足,皆生梵福。若人供養說法法師,當知!是人即為供養現在世尊。其人如是隨所供養,所願成就,乃至得阿耨多羅三藐三菩提——以能供養說法師故。
‘Selanjutnya lagi, kebajikan dari mendengar Dharma akan menghasilkan kedalaman batin, kemurnian akar keyakinan, batin murni manunggal yang yakin kepada Tiga Permata. Saat seseorang menghampiri tempat menyimak Dharma demi mendengar Saddharma, sebanyak angkatan setiap belah kakinya, jasa-jasanya akan berupa terlahir sebagai brahma [sebanyak itu] semua. Jikalau seseorang mempersembahi guru Dharma, yang membabarkan Dharma, maka ketahuilah: orang tersebut sama seperti mempersembahi Bhagavan yang sekarang! Demikianlah orang tersebut, seturut dengan apa yang dipersembahinya, akan berhasillah dalam apa yang diharapnya, [bahkan] hingga mendapat Anuttara Samyak-saṃbodhi — dikarenaï kesudiannya mempersembahi guru pembabar Dharma.

何以故?以聞法故,心得調伏;以調伏故,能斷無知流轉之闇。若離聞法,無有一法能調伏心。
Mengapa demikian? Oleh mendengar Dharma, batinnya dapat terjinakkan; karena terjinakkan, mampulah ia memotong gulita kehanyutan perputaran akibat ketidaktahuan (avidyā). Jikalau tercerai dari pendengaran Dharma, tiada satu cara pun yang mampu menjinakkan batinnya.

如聞說法,有四種恩甚為難報。何等為四?
Seperti Dharma, yang pembabarannya ia dengar, ada empat jenis [orang] yang budinya teramat sukar dibalas. Apakah keempatnya itu?

一者、母;     1. Ibu;
二者、父;     2. Ayah;
三者、如來;    3. Tathāgata;
四者、說法法師。  4. Guru Dharma, yang membabarkan Dharma.

若有供養此四種人,得無量福,現在為人之所讚歎,於未來世能得菩提。
Jikalau ada yang mempersembahi keempat jenis orang ini, maka akan didapatlah jasa yang tiada terukur: di kehidupan sekarang akan dipuji oleh orang-orang, di kehidupan mendatang akan mampu memperoleh Bodhi.

何以故?以說法力,令憍慢者得調伏故,令貪著者信布施故,令麁獷者心調柔故,令愚癡者得智慧故。以聞法力,令迷因果者得正信故。以聞法力,令邪見者入正見故。以聞法力,令樂殺生、偷盜、邪婬業者得遠離故。以此說法調伏因緣,終得涅槃。——以此因緣,說法法師甚為難報。
Mengapa demikian? Berkat kekuatan pembabaran Dharma, yang congkak-sombong akan dapat terjinakkan, yang melekat dengan loba akan berderma dengan yakin, yang kasar dan beringas akan terlembutkan batinnya, yang bodoh-dungu akan mendapat kebijaksanaan. Berkat kekuatan mendengar Dharma, yang menyimpang perihal sebab–akibat akan mendapat keyakinan tepat. Berkat kekuatan mendengar Dharma, yang berpandangan sesat akan memasuki pandangan tepat. Berkat kekuatan mendengar Dharma, yang gemar akan pembunuhan makhluk hidup, pencurian, dan perbuatan seksual yang sesat akan dapat meninggalkannya sejauhnya. Disebab-musababi keterjinakan, berkat pembabaran Dharma ini, akhirnya akan diperolehlah Nirvāṇa. — Oleh sebab-musabab inilah guru Dharma, yang membabarkan Dharma, teramat sukar dibalas.

父母之恩難可得報,以生身故。是故!父母不可得報。若令父母住於法中,名少報恩。
Budi ayah dan ibu sukarlah boleh dapat dibalas, oleh merekalah yang melahirkan tubuh [jasmani] kita. Karena itu, ayah dan ibu tidak dapat dibalas! Jikalau menyebabkan ayah dan ibu berdiam di dalam Dharma, [bolehlah itu] dinamakan sedikit membalas budi.

如來、應、等正覺,三界最勝,度脫生死,無上大師——此恩難報。唯有一法能報佛恩:若於佛法深心得不壞信,是名報恩。以此供養,亦自利益。』
Sang Tathāgata, Arhat, Samyak-saṃbuddha merupakan yang terunggul di Tiga Alam, yang menyeberangkan kita bebas dari kelahiran dan kematian, yang merupakan Guru Agung yang tiada taranya — budi ini sukarlah dibalas. Hanya ada satu cara yang mampu membalas budi Buddha: jikalau terhadap Buddhadharma dengan batin mendalam kita memperoleh Keyakinan yang Tak Terhancurkan (abhedya prasāda), itu dinamakan membalas budi. Dengan inilah sebagai persembahan kita [bagi Buddha], di samping kita menguntungi diri sendiri.’

Senin, 22 November 2021

Saṅghastuti (Pujian bagi Saṅgha)

Marilah memuji Saṅgha berdasarkan Susiddhikara Tantra:



Dalam translasi (kita ambil saja dari edisi Korea bab 18 《蘇悉地羯羅經·供養次第法品》, T. vol. 18, № 893a hlm. 617b):

得彼解脫門  善住諸學處
勝上福田德  我今禮彼僧

Telah mendapat Kebebasan, dan pintunya [diunjukkannya],
dengan baik mendiami segala langkah latihan,
ladang jasa terunggul, yang berkebajikan —
aku kini menghormat kepadanya, Saṅgha.

Dalam transkripsi (lihat 《大毘盧遮那經廣大儀軌》, T. vol. 18, № 851 hlm. 97c):

Muktaṃ muktipathaprāptaṃ
目訖耽(二合)目訖底(二合)播他(引)鉢囉(二合)跛耽(二合)(一)

Śikṣāya suvyavasthitaṃ
試乞灑(二合)夜素弭也(二合)嚩娑體(二合)耽(二)

Kṣetraṃ viśiṣṭaṃ guṇavaṃ
乞灑(二合)怛嚂(二合)尾始瑟鵮(二合)虞拏鑁(三)

Name saṅghaṃ ca bhāvataḥ
曩謎僧(去)建左婆(去,引)嚩哆(都各反)(四)


Terjemahan Tibet:

/ grol nas grol ba’i lam yang ston /
། གྲོལ་ནས་གྲོལ་བའི་ལམ་ཡང་སྟོན །

/ bslab pa dag la rab tu gus /
། བསླབ་པ་དག་ལ་རབ་ཏུ་གུས །

/ zhing gi dam pa yon tan ldan /
། ཞིང་གི་དམ་པ་ཡོན་ཏན་ལྡན །

/ dge ‘dun la yang phyag ‘tshal lo /
། དགེ་འདུན་ལ་ཡང་ཕྱག་འཚལ་ལོ །

Sabtu, 31 Juli 2021

Dharmastuti (Pujian bagi Dharma)

Marilah memuji Dharma berdasarkan Susiddhikara Tantra:



Dalam translasi (kita ambil saja dari edisi Korea bab 18 《蘇悉地羯羅經·供養次第法品》, T. vol. 18, № 893a hlm. 617b):

能淨貪瞋毒  善除諸惡趣
一向真如理  我今禮彼法

Mampu memurnikan racun nafsu dsb.,
penolak yang baik segala jalur [kelahiran] rendah,
prinsip Kedemikianan Sejati yang esa —
aku kini menghormat kepadanya, Dharma.

Dalam transkripsi (lihat 《大毘盧遮那經廣大儀軌》, T. vol. 18, № 851 hlm. 97c):

Vairāgyajananaṃ śuddhaṃ
吠囉儗野(二合)若曩南秫(詩律反)淡(一)

Śubhā durgatimocakaṃ
戍婆訥蘖底謨(引)左劍(二)

Paramārthikam ekantaṃ
播囉沫體(町以反)迦謎建耽(三)

Name Dharmaṃ śamavahaṃ
曩謎(引)達𤚥舍麼嚩憾(四)


Terjemahan Tibet:

/ dag pa ‘dod chags bral ba’i rgyu /
། དག་པ་འདོད་ཆགས་བྲལ་བའི་རྒྱུ །

/ dge bas ngan song las grol zhing /
། དགེ་བས་ངན་སོང་ལས་གྲོལ་ཞིང །

/ gcig tu don dam mchog gyur pa /
། གཅིག་ཏུ་དོན་དམ་མཆོག་གྱུར་པ །

/ zhi ‘gyur chos la phyag ‘tshal lo /
། ཞི་འགྱུར་ཆོས་ལ་ཕྱག་འཚལ་ལོ །

Selasa, 01 Juni 2021

Buddhastuti (Pujian bagi Buddha)

Marilah memuji Tathāgata berdasarkan Susiddhikara Tantra:



Dalam translasi (kita ambil saja dari edisi Korea bab 18 《蘇悉地羯羅經·供養次第法品》, T. vol. 18, № 893a hlm. 617b):

大悲救眾生  善導一切智
福持功德海  我今頂禮佛

Penolong makhluk hidup yang Maha Pengasih,
Pemandu yang baik kepada Kemahatahuan,
Lautan kualitas pemegang jasa-jasa —
aku kini menghormat [kepada-Nya,] Sang Buddha.

Dalam transkripsi (lihat 《大毘盧遮那經廣大儀軌》, T. vol. 18, № 851 hlm. 97c):

Mahākāruṇikaṃ nāthaṃ
摩賀迦嚕抳建曩貪(一)

Śāstāraṃ sarvavedinaṃ
捨娑跢(二合)嚂薩嚩吠(引)(泥以反)南(二)

Puṇyôdadhiṃ guṇādhāraṃ
(去)(鼻音)那地蠅(二合)虞拏(引)馱嚂(三)

Praṇamāmi Tathāgataṃ
缽囉(二合)(上)摩弭怛他(去)誐耽(四)


Terjemahan Tibet:

/ mgon po thugs rje che ldan pa /
། མགོན་པོ་ཐུགས་རྗེ་ཆེ་ལྡན་པ །

/ thams cad mkhyen pas ston pa po /
། ཐམས་ཅད་མཁྱེན་པས་སྟོན་པ་པོ །

/ bsod nams yon tan rgya mtsho zhing /
། བསོད་ནམས་ཡོན་ཏན་རྒྱ་མཚོ་ཞིང །

/ de bzhin gshegs la phyag ‘tshal lo /
། དེ་བཞིན་གཤེགས་ལ་ཕྱག་འཚལ་ལོ །

Senin, 24 Mei 2021

BAGAIMANA BUDDHA ŚĀKYAMUNI MEMBANGKITKAN BODHICITTA PERTAMA KALINYA (3)

Sūtra pendek berikut termuat sebagai bab ke-63 (ke-56 pada edisi Korea, yang menjadi sumber Taishō) koleksi Damamūrkha Nidāna 賢愚經 (‘Sūtra tentang Yang Arif dan Yang Bodoh’, T. vol. 4, № 202 hlm. 439b). Teks yang dijuduli Bab tentang Avadāna bagaimana Buddha Mulaï Membangkitkan Batin Cintakasih 《佛始起慈心緣品》 ini menceritakan kejadian ketika Buddha kita masih merupakan makhluk biasa yang, bahkan, tidak mengenal bodhicitta itu apa. Waktu pastinya tidak kita ketahui — asaṅkhyeyakalpa-asaṅkhyeyakalpa lampau yang tak dapat terperkirakan — barangkali sangat jauh sebelum Beliau benar-benar pertama sekali menjadi Buddha.

如是我聞。
Demikianlah yang telah kudengar:

一時,佛在舍衛國,祇樹給孤獨園。
Pada suatu ketika Buddha berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada.

時,諸比丘夏安居竟,往至佛所,禮敬問訊。
Kalakian, setelah pemukiman selama musim panas (varṣāvāsana) selesai, para bhikṣu berangkat menuju ke tempat Buddha untuk memberi hormat dan bertanya kabar kepada-Nya.

佛以慈心,慰喻撫恤:「汝等住彼,得無苦耶?」慈心矜篤,極懷憐愍。
Dengan batin cintakasih, Buddha menyemangati dan menghibur mereka: “Selama berdiam di sana, bebaskah kalian dari penderitaan?” Ketulusan-Nya bercurahkan cintakasih, teramatlah Ia merasa iba.

阿難見之,而白佛言:「世尊慈愍,垂矜特隆。不審世尊發如是心,為遠近耶?」
Ānanda melihat-Nya dan berkata kepada Buddha: “Kasih–sayang yang dianugerahkan Bhagavan teristimewa berlimpah-limpah. Entahkah Bhagavan membangkitkan batin demikian semenjak [waktu yang] jauh ataukah dekat?”

佛告阿難:「若欲知之,當為汝說。過去久遠,不可稱計阿僧祇劫,有二罪人,共在地獄。獄卒驅之使挽鐵車,剝取其皮,用作車鞅。復以鐵棒,打令奔走,東西馳騁,無有休息。
Buddha memberitahu Ānanda: “Jikalau hendak kauketahui, maka bagimu akan Kubabarkan. Jauh lama di masa lampau, ber-asaṅkhyeyakalpa yang tak dapat terperkirakan, adalah dua orang berdosa yang sama-sama di neraka. Petugas neraka memacu mereka agar menghela pedati besi, dan mengupas kulit mereka untuk digunakan sebagai ban kuk pedati. Lagi dengan tongkat besi dideranya mereka supaya cepat berjalan, melaju ke timur dan ke barat tanpa ada istirahat.

「時,彼一人筋力尠薄。獄卒逼之,躃地便起。疲極困乏,絕死復蘇。
“Saat itu salah seorang di antara mereka benar-benar kehabisan kekuatan fisik. Petugas neraka memaksanya bangkit begitu ia tersungkur ke tanah. Kelelahan teramat payah, putuslah [nyawanya] dan mati, lalu siuman lagi.

「彼共對者,見其困苦,興發慈心,憐愍此人,顧白獄卒:『唯願聽我躬代是人,獨挽此車!』
“Yang menemani dia bersama-sama, demi melihat penderitaannya, membangkitkan batin cintakasih, mengibaï orang ini, dan acuh berseru kepada petugas neraka: ‘Berkenanlah kiranya mengizinkan awakku mewakili orang ini, sendirian menghela pedati ini!’

「獄卒瞋恚,以棒打之。應時即死,生忉利天。
“Petugas neraka pun murka, dengan tongkatnya dideranya ia. Dalam sekejap matilah ia dan terlahir di Surga Trāyastrimśa.

「阿難。當知!爾時,獄中慈心人者,我身是也。我乃爾時,於彼地獄受罪之時,初發如是慈矜之心;於一切人,未曾退捨。至於今日,故樂修行慈愍一切。」
“Ānanda, ketahuilah! Pada saat itu orang dengan batin cintakasih di neraka ialah Aku sendiri. Aku pada saat itu, tatkala menerima hukuman di neraka tersebut, pertama kalinya membangkitkan batin cintakasih yang tercurah demikian; terhadap semua orang belum pernah Kutanggalkan. Hingga hari ini, karenanya, Aku gemar mengembangkan praktik mengasih–sayangi semua.”

爾時,阿難聞佛所說,歡喜奉行。
Pada saat Ānanda mendengar apa yang disabdakan Buddha, dengan gembira ia melaksanakannya.

Sabtu, 22 Mei 2021

BAGAIMANA BUDDHA ŚĀKYAMUNI MEMBANGKITKAN BODHICITTA PERTAMA KALINYA (2)

Apa yang kita bahas pada bagian (1) lalu hanya berkenaan dengan kariér Buddha kita dalam mewujudkan tubuh transformasi-Nya (nirmāṇakāya) sebagai Śākyamuni, yang nama lahirnya Siddhārtha Gautama. Kenyataannya Śākyamuni bukan baru saja Tercerahkan 2.500 tahun silam. Dalam Saddharmapuṇḍarīka Sūtra bab XVI, “Panjang Usia Tathāgata” 《妙法蓮華經·如來壽量品》 (T. vol. 9, № 262 hlm. 43b), dikatakan:

「自我得佛來  所經諸劫數
 無量百千萬  億載阿僧祇」

 “Semenjak Aku beroleh Kebuddhaan,
 hitungan kalpa-kalpa yang telah terlalui
 tiada terukur dengan ratusan, ribuan, laksaan,
 kotian atau asaṅkhyeya-an.”

Sesuai konsep trikāya Mahāyāna, saat seseorang mencapai tingkatan Buddha, ia biasanya merealisasikan tubuh kenikmatan (saṃbhogakāya) terlebih dulu. Tubuh kenikmatan senantiasa berdiam sentosa dalam ranah suci Akaniṣṭha (di bawah ini disimbolkan dengan Gunung Gr̥dhrakūṭa) dan, kepada siapa pun yang perlu diselamatkan dengan tubuh seorang Buddha, ia akan mewujudkan diri dalam rupa Buddha — betul-betul nyata secara fisis — demi membabarkan Dharma (應以佛身得度者,即現佛身而為說法).

Di sinilah budi besar keempat Buddha yang disebutkan Guru Nasional Ch’ing-liang. Ia sesungguhnya sudah mencapai Kebuddhaan jauh di masa lampau. Namun, karena belaskasih agung-Nya Ia rela nuzul dan kembali terlibat dalam perputaran saṃsāra. Sebagai upāyakauśalya Ia menampilkan diri seperti makhluk biasa yang berjuang berkalpa-kalpa, dan pada akhirnya meraih Pencerahan Sempurna sebagai seorang Buddha lalu parinirvāṇa. Keseluruhan pertunjukan ini akan diulangi-Nya berapa kali pun manakala kondisi-kondisi yang sesuai muncul, sementara tubuh kenikmatan-Nya selalu berdiam tenteram.

Gāthā di atas bersambung sbb.:

「常說法教化  無數億眾生
 令入於佛道  爾來無量劫

 “Senantiasa membabarkan Dharma, Aku mengajar
 kotian makhluk yang tiada terhitung
 agar memasuki Jalan Kebuddhaan,
 selama berkalpa-kalpa tak terukur.

 為度眾生故  方便現涅槃
 而實不滅度  常住此說法

 Demi menyelamatkan semua makhluk,
 dengan keterampilan upāya Kutampilkan [pari]Nirvāṇa.
 Namun, sesungguhnya Aku tidak padam;
 senantiasa berdiam di sini Kubabarkan Dharma.

 我常住於此  以諸神通力
 令顛倒眾生  雖近而不見

 Aku senantiasa berdiam di sini.
 Dengan berbagai kekuatan penembusan spiritual,
 Kubiarkan makhluk-makhluk terkeliru yang,
 meskipun dekat, namun tidak melihat-Ku.

 眾見我滅度  廣供養舍利
 咸皆懷戀慕  而生渴仰心

 Makhluk-makhluk itu melihat-Ku padam dan
 secara ekstensif memuja [relikui] śarīra-Ku.
 Mereka semua memendam kerinduan,
 batinnya diliputi dahaga sambil menengadah.

 眾生既信伏  質直意柔軟
 一心欲見佛  不自惜身命

 Makhluk-makhluk yang telah yakin tertundukkan.
 Pikirannya lurus lagi lemah-lembut,
 dengan sepenuh hati hendak melihat Buddha
 tanpa sayang ’kan raga dan nyawanya.

 時我及眾僧  俱出靈鷲山
 我時語眾生  常在此不滅
 以方便力故  現有滅不滅」

 Pada saat itu Aku beserta saṅgha
 akan keluar bersama dari Puncak Nasar (Gr̥dhrakūṭa).
 Saat itu akan Kuungkapkan kepada semua makhluk:
 ‘Aku senantiasa berada di sini tanpa padam.
 Karena kekuatan keterampilan upāya-Ku ’lah
 Kutampilkan adanya padam (wafat) dan tidak padam (lahir).’ ”


Kapan Buddha kita benar-benar pertama sekali mencapai Kebuddhaan sukarlah terbayangkan. Menurut Brahmajāla Sūtra 《梵網經》 (T. vol. 24, № 1484 hlm. 1003c):

「吾今來此世界八千返,為此娑婆世界坐金剛座 ……。」
“Kini Aku datang ke dunia ini ke-8.000 kalinya, demi Dunia Sāhā ini Kududuki Takhta Vajra (vajrāsana) ….”

Dari saat Beliau pertama sekali mencapai Kebuddhaan, kita bisa memperkirakan mundur tiga asaṅkhyeyakalpa ke belakang Beliau menjadi bodhisattva yang mengucapkan tekad untuk mencapai Kebuddhaan secara langsung di hadapan seorang Buddha lain saat itu. Lebih sukar lagi memperkirakan kapan Beliau benar-benar pertama sekali bertekad menguniversalkan karya-Nya ketika masih berstatus sebagai makhluk biasa.

Jumat, 21 Mei 2021

BAGAIMANA BUDDHA ŚĀKYAMUNI MEMBANGKITKAN BODHICITTA PERTAMA KALINYA (1)

Budi besar pertama Buddha yang disebutkan Guru Nasional Ch’ing-liang adalah karena tekad-Nya yang hendak menguniversalkan karya penyelamatan-Nya. Bilakah altruisme tersebut mulaï dikembangkan? Seringkali diceritakan bahwa Ia merintis kariér Kebodhisattvaan-Nya tiga asaṅkhyeyakalpa lampau semenjak mengucapkan tekad di hadapan seorang Buddha lain yang juga bernama (Mahā) Śākyamuni.

Kata asaṅkhyeya secara harfiah berarti ‘tiada terhitung’ (無數). Bagaimana bisa ketiadaterhitungan dijadikan unit bilangan, bahkan bernilai tiga? Pada penjelasan untuk bait 93d dari bab III Abhidharmakośa 《阿毘達磨俱舍論》 (T. vol. 29, № 1558 hlm. 63b-c), Vasubandhu mengutip sebuah muktaka sūtra 解脫經 (‘sūtra lepas’, yakni sūtra yang tidak terkelompokkan dalam āgama/nikāya mana pun):

六十數中,阿僧企耶是其一數。
Di antara enam puluh unit, asaṅkhyeya adalah unit kesatunya (ṣaṣṭiḥ sthānāntarāṇy asaṃkhyeyam).

Perhitungannya dimulaï dari 1 (10⁰) sebagai unit terendah, 10 (10¹) sebagai unit berikutnya, 100 (10²) dst. … hingga berakhir dengan 1 asaṅkhyeya (10⁵⁹) sebagai unit tertinggi. Sementara itu, kalpa adalah jangka waktu yang sudah pernah kita bahas, yang dapat dibedakan menjadi: kalpa kecil, kalpa menengah, dan kalpa besar (mahākalpa). Adapun yang dirujuk oleh “tiga asaṅkhyeyakalpa” (三阿僧祇劫) sejatinya bermaksud 3×10⁵⁹ mahākalpa (三無數大劫). Maka dapatlah kita bayangkan berapa lamanya tiga asaṅkhyeyakalpa itu!



DipankarDipamkara
Buddha Dīpaṅkara memberikan prediksi kepada Sang Bodhisattva
(dipanggil Megha, Sumedha, atau Sumati menurut tradisi tekstual yang berbeda-beda)


Nāgārjuna menjelaskan di bab I-8 Mahāprajñāpāramitā Upadeśa 《大智度論》 (T. vol. 25, № 1509 hlm. 87a):

如是菩薩一阿僧祇過,還從一起。
Demikianlah bodhisattva, setelah sebuah asaṅkhyeya berlalu, ia kembali memulaï dari [mahākalpa] kesatu (pada asaṅkhyeya berikutnya).

初阿僧祇中,心不自知:「我當作佛?不作佛?」;
Dalam asaṅkhyeya pertama batinnya tidak mengetahui dirinya sendiri: “Akankah aku menjadi Buddha? atau tidak menjadi Buddha?”;

二阿僧祇中,心雖能知:「我必作佛」,而口不稱:「我當作佛」;
dalam asaṅkhyeya kedua, meskipun batinnya mampu mengetahui: “Aku pasti menjadi Buddha”, namun mulutnya tidak mengucap: “Aku akan menjadi Buddha”;

三阿僧祇中,心了了自知得作佛,口自發言,無所畏難:「我於來世當作佛!」
dalam asaṅkhyeya ketiga batinnya paham-memahami, mengetahui dirinya sendiri dapat menjadi Buddha, dan mulutnya menguncarkan perkataan tanpa kesukaran yang ditakuti: “Di masa mendatang aku akan menjadi Buddha!”

釋迦文佛,從過去釋迦文佛到剌那尸棄佛,為初阿僧祇;是中菩薩永離女人身。
Śākyamuni menuruti Buddha Śākyamuni purba hingga Buddha Ratnaśikhin dalam asaṅkhyeya pertama; di sana Sang Bodhisattva selamanya terbebas dari [kelahiran dengan] tubuh sebagai wanita.

剌那尸棄佛至燃燈佛,為二阿僧祇;是中菩薩七枚青蓮華供養燃燈佛,敷鹿皮衣,布髮掩泥;是時燃燈佛便授其記:「汝當來世作佛,名釋迦牟尼。」
Diturutinya Buddha Ratnaśikhin hingga Buddha Dīpaṅkara dalam asaṅkhyeya kedua; di sana Sang Bodhisattva mempersembahkan tujuh kuntum bunga teratai biru kepada Buddha Dīpaṅkara, menebarkan jubah kulit rusanya, menguraikan rambutnya guna menutupi lumpur; dan saat itu Buddha Dīpaṅkara lalu memberinya prediksi: “Di masa mendatang engkau akan menjadi Buddha yang bernama Śākyamuni.”

燃燈佛至毘婆尸佛,為第三阿僧祇。
Diturutinya Buddha Dīpaṅkara hingga Buddha Vipaśyin dalam asaṅkhyeya ketiga.

若過三阿僧祇劫,是時菩薩種三十二相業因緣。
Selewat tiga asaṅkhyeyakalpa merupakan saat bagi Sang Bodhisattva menanam sebab dan kondisi karma [untuk memperoleh] tiga puluh dua ciri.

Penjelasan di atas adalah berdasarkan tradisi Sarvāstivāda seperti tercatat dalam jilid 178 komentar besar abhidharma-nya, Mahāvibhāṣā 《阿毘達磨大毘婆沙論》 (T. vol. 27, № 1545 hlm. 892c), di mana pada asaṅkhyeyakalpa pertama Sang Bodhisattva melayani 75.000 Buddha, pada asaṅkhyeyakalpa kedua 76.000 Buddha, dan pada asaṅkhyeyakalpa ketiga 77.000 Buddha. Hal ini juga diikuti Vasubandhu di bait 109–112 bab IV Abhidharmakośa Bhāṣya 《阿毘達磨俱舍論》 (T. vol. 29, № 1558 hlm. 95a–b).

Tiga asaṅkhyeyakalpa merupakan waktu Sang Bodhisattva menyempurnakan empat pāramitā: dāna, śīla, kṣanti, dan vīrya (dua pāramitā sisanya, dhyāna dan prajñā, baru benar-benar sempurna ketika Beliau memasuki Vajropama Samādhi 金剛喻定 sesaat sebelum mencapai Bodhi). Melewati tiga asaṅkhyeyakalpa, sebetulnya masih ada 100 mahākalpa tambahan (三僧祇百大劫) yang harus diselesaikannya untuk mengumpulkan jasa-jasa demi terbentuknya tiga puluh dua ciri orang agung (dvātriṃśan mahāpuruṣa-lakṣaṇa). Namun, tidak seperti bodhisattva-bodhisattva lain, sembilan mahākalpa dilompati Bodhisattva kita berkat ketekunannya menyempurnakan semangat (vīrya) dengan berdiri tujuh hari tujuh malam memandangi Tathāgata Tiṣya sambil memuji-Nya dalam satu bait “Eka Gāthā” yang terkenal. Akibat jasa-jasa ini, ia hanya memerlukan 91 mahākalpa untuk menyempurnakan tiga puluh dua ciri, berawal dari zaman Buddha Vipaśyin.



Sebagaimana umum diketahui, teori penyempurnaan enam pāramitā sudah diajukan oleh mazhab Sarvāstivāda dan bukan khas milik Mahāyāna saja. Dalam Mahāyāna Saṅgraha 《攝大乘論本》 (‘Kompendium Kendaraan Besar’, T. vol. 31, № 1594 hlm. 146a–b) barulah terdapat teori lain yang dijelaskan Asaṅga:

復次!凡經幾時修行諸地可得圓滿?
Selanjutnya lagi, melalui berapa waktukah sehingga pengembangan praktik berbagai tingkatan (bhūmi) boleh dapat sempurna?

有五補特伽羅,經三無數大劫。
Ada lima pudgala yang melalui tiga kalpa besar tiada terhitung (asaṅkhyeyakalpa).

謂:
Yakni:

勝解行補特伽羅,經初無數大劫修行圓滿;
① pudgala yang melaksanakan praktik kebebasan-unggul (adhimukti caryā), setelah melalui kalpa besar tiada terhitung pertama, pengembangannya akan sempurna;

清淨增上意樂行補特伽羅 及 有相行、無相行補特伽羅——於前、六地、及第七地——經第二無數大劫修行圓滿;
② pudgala yang melaksanakan praktik pemurnian kecenderungan-mental-yang-tertingkatkan (śuddhādhyāśaya caryā) serta pudgala yang melaksanakan ③ praktik dengan tanda (nimitta caryā) dan ④ praktik tanpa tanda (animitta caryā) — [yakni, berturut-turut: mereka yang berada] di Jenjang-Jenjang sebelum, VI, dan VII — setelah melalui kalpa besar tiada terhitung kedua, pengembangannya akan sempurna;

即此無功用行補特伽羅,從此已上至第十地,經第三無數大劫修行圓滿。
⑤ maka pudgala ini yang melaksanakan praktik tanpa-perlu-usaha-lagi (anābhoga caryā), dari sini (Jenjang VIII) ke atas hingga Jenjang X, setelah melalui kalpa besar tiada terhitung ketiga, pengembangannya akan sempurna.

Istilah bhūmi berarti ‘tingkatan’ dan bisa merujuk tingkatan-tingkatan spiritual mana pun secara umum. Akan tetapi, Sepuluh Jenjang terakhir yang akan dicapai seorang bodhisattva sebelum menjadi Buddha secara khusus juga disebut Daśa Bhūmi (akan kita eja dengan B kapital). Sederhananya, Asaṅga menjelaskan bahwa seorang bodhisattva akan menyempurnakan segala praktik pra-Bhūmi pada asaṅkhyeyakalpa pertama dan mencapai Bhūmi Kesatu begitu memasuki asaṅkhyeyakalpa kedua. Pada asaṅkhyeyakalpa kedua ia akan menyempurnakan segala praktik Bhūmi-Bhūmi yang lebih rendah secara berurutan (atau mungkin juga langsung melompat ke Bhūmi Keenam atau Ketujuh tergantung perbekalan pāramitā-nya). Ia akan menyelesaikan semuanya dan mencapai Bhūmi Kedelapan begitu memasuki asaṅkhyeyakalpa ketiga. Demikian seterusnya hingga ia mencapai Kebuddhaan setelah genap tiga asaṅkhyeyakalpa.



Seratus mahākalpa tambahan tampaknya tidak dikenal dalam teks-teks Mahāyāna. Dalam Upāsaka Śīla Sūtra bab VI, “Pengembangan Karma bagi Tiga Puluh Dua Ciri” 《優婆塞戒經·修三十二相業品》 (T. vol. 24, № 1488 hlm. 1039a), dikatakan:

「善男子。我於往昔寶頂佛所,滿足第一阿僧祇劫;然燈佛所,滿足第二阿僧祇劫;迦葉佛所,滿足第三阿僧祇劫。
“Putra berbudi, beranjak ke zaman dahulu, di tempat Buddha Ratnaśikhin Aku menggenapi asaṅkhyeyakalpa pertama; di tempat Buddha Dīpaṅkara Aku menggenapi asaṅkhyeyakalpa kedua; di tempat Buddha Kāśyapa Aku menggenapi asaṅkhyeyakalpa ketiga.

「善男子。我於往昔釋迦牟尼佛所,始發阿耨多羅三藐三菩提心。發是心已,供養無量恒沙諸佛,種諸善根,修道持戒,精進多聞。」
“Putra berbudi, beranjak ke zaman dahulu, di tempat Buddha Śākyamuni Aku mulaï membangkitkan batin Anuttara Samyak-saṃbodhi. Setelah membangkitkan batin tersebut, Aku memuja para Buddha yang tidak terukur seumpama butir-butir pasir Sungai Gaṅgā, menanam berbagai akar kebaikan, mengembangkan Jalan dan memegang Śīla, bersemangat dan banyak mendengar.”

Di sini adalah Kāśyapa (alih-alih Vipaśyin) yang menjadi Buddha terakhir dalam asaṅkhyeyakalpa ketiga. Dengan demikian tiada lagi jeda 100 atau 91 mahākalpa sebagai waktu khusus untuk mengembangkan karma bagi diperolehnya tiga puluh dua ciri. Upāsaka Śīla Sūtra selanjutnya menceritakan urut-urutan ciri mana yang berhasil diperoleh lebih dahulu. [Bulu] mata bagai raja sapi (gopakṣma netra) merupakan ciri yang pertama sebab selama kehidupan-kehidupan yang tak terukur Sang Bodhisattva senantiasa gemar bermata baik, dengan ramah memandang makhluk lain.