Perikop berikut merupakan bagian dari sūtra ke-2 Dīrgha Āgama Tionghoa, *Viharaṇa Sūtra 《遊行經》 (‘Sūtra tentang Perjalanan [Terakhir]’, T. vol. 1, № 1 hlm. 14a–b). Akan tetapi, paralelnya bukan kita temukan dalam Mahāparinibbāna Sutta Pāli, malah dalam sebuah sutta di Aṅguttara Nikāya (V.20: 5) yang dijuduli seturut nama Pāli sang tokoh interlokutor, Piṅgiyānī, walau tanpa kejelasan sekuens kapan pastinya sutta tersebut dibabarkan. Perikop kita, sebagai bagian dari narasi parinirvāṇa Buddha, sebaliknya menceritakan bahwa Paiṅgika sedang menemani para pangeran Licchavi dalam usaha membujuk Buddha agar membatalkan kesediaan-Nya menghadiri perjamuan makan dari Ambapālī, yang telah mendahului mereka menyampaikan undangan.
Legenda Ambapālī dalam teks-teks Buddhis berbagai mazhab memang agak kacau kronologinya. Adegan-adegannya begitu tumpang-tindih sehingga kita tidak tahu persis apakah Ambapālī pertama kali bertemu Buddha jauh sebelum Beliau parinirvāṇa atau hanya menjelang bulan-bulan final-Nya. Mungkinkah undangan makan dalam berbagai versi sūtra-sūtra Mahāparinirvāṇa hanyalah undangan kesekian kalinya sebab ia telah bertemu dan pernah mengundang Buddha pula sebelumnya? Konfrontasi dengan pangeran-pangeran Licchavi juga membingungkan sebab dalam narasi Mahīśāsaka Vinaya (lihat paragraf di bawah) hal itu terjadi pada saat Raja Bimbisāra masih hidup dan Buddha pertama kalinya meninggalkan wilayah Magādha menuju Vaiśālī (di luar konteks peristiwa wabah dan, tentu saja, masih jauh dari parinirvāṇa). Apakah yang dinarasikan berbagai versi sūtra-sūtra Mahāparinirvāṇa sesungguhnya mencakup peristiwa-peristiwa hingga rentang beberapa (puluh) tahun kehidupan Buddha, dan sesungguhnya cuma ada satu undangan makan Ambapālī?
Selain di Aṅguttara Nikāya, paralel perikop kita termuat di manuskrip (Hīnayāna) Mahāparinirvāṇa Sūtra Sanskerta, serta di dua terjemahan terawal Parinirvāṇa Sūtra (T. vol. 1, № 5 hlm. 164a–b dan № 6 hlm. 179b–c). T. № 6 sepertinya cuma merupakan revisi atas T. № 5, yang mengandung banyak interpolasi Tionghoa. Namun, kita tidak tahu pasti — bisa saja keduanya diterjemahkan dari dua sumber berbeda, milik dua mazhab berbeda.
Pada Vinaya Piṭaka berbagai mazhab, kita pun dapat menjumpaïnya dalam “Cīvara Skandhaka” dari masing-masing Mahīśāsaka Vinaya (T. vol. 22, № 1421 jld. 20 hlm. 135c–136a) dan Dharmaguptaka Vinaya (T. vol. 22, № 1428 jld. 40 hlm. 856a–b). Ia juga muncul dua kali pada Mūlasarvāstivāda Vinaya, dengan dua terjemahan berbeda untuk nama Paiṅgika: Hiasan Ekstensif 廣飾 dalam “Bhaiṣajya Vastu” 《根本說一切有部毘奈耶藥事》 (T. vol. 24, № 1448 jld. 7 hlm. 28c–29a) dan Rambut Kuning 黃髮 dalam “Kṣudraka Vastu” 《根本說一切有部毘奈耶雜事》 (T. vol. 24, № 1451 jld. 36 hlm. 28c–29a).
Piṅgiyānī, seorang brāhmaṇa menurut versi Pāli, memuji Buddha hanya dengan sebait syair. Sedangkan Paiṅgika, yang merupakan seorang māṇava (siswa brāhmaṇa) menurut kebanyakan versi lainnya, memuji dengan tiga atau empat bait syair. Pengecualian adalah pada T. № 5, sebagai terjemahan tertua, yang memparafrase pujian tersebut dalam bentuk prosa. Baris pertama syair Mahīśāsaka Vinaya patut kita perhatikan karena menyebut nama ‘Raja Bimbisāra’ secara eksplisit (瓶沙得善利), alih-alih ‘Raja Magādha’ seperti dalam versi-versi lainnya. Hal ini dikarenaï undangan Ambapālī kepada Buddha, yang dikonfrontir pangeran-pangeran Licchavi, terjadi sesudah Raja Bimbisara melepas Buddha dan saṅgha-Nya pergi ke Republik Vr̥ji untuk pertama kalinya.
Tentang lima dharma yang dibabarkan selanjutnya, kita dapat membagi berbagai versi ke dalam dua kelompok. Kelompok kesatu adalah versi-versi “permata” karena menyebutnya sebagai “lima permata yang sukar didapat” atau “lima permata yang jarang ada di dunia”. Pada kelompok ini pribadi yang tahu membalas budi dianggap sebagai permata ke-5 (barangkali rancu dengan daftar dua pribadi yang sukar didapat, dalam sūtra ini). Yang tergolong kelompok ini antara lain: Piṅgiyānī Sutta, *Viharaṇa Sūtra, Mahīśāsaka Vinaya, dan Dharmaguptaka Vinaya. Pengecualian adalah pada Dharmaguptaka Vinaya yang, kendati menggunakan istilah “permata”, tetapi isinya lebih mirip kelompok kedua, bahkan tidak menyinggung-nyinggung sama sekali tentang membalas budi.
Pada kelompok kedua, salah satu permata dari kelompok kesatu biasanya ada yang dipecah menjadi dua, sedangkan anjuran agar membalas budi dijadikan paragraf terpisah setelahnya. Versi-versi yang tergolong kelompok ini antara lain: T. № 5 dan № 6, serta dua versi pada Mūlasarvāstivāda Vinaya. Membalas budi yang ditekankan terutama adalah kepada Buddha sebab berkat kemunculan-Nyalah lima hal yang jarang ada di dunia tersebut bisa didapat. T. № 5, yang lebih bebas bahasanya, karenanya tidak menyebut daftar ini sebagai “lima hal yang jarang ada”, melainkan “lima perbawa Buddha” 佛五威神.
爾時,五百隷車往至菴婆婆梨園,欲到佛所。下車步進,頭面禮足,却坐一面。
Pada saat itu kelimaratus orang Licchavi itu pun berangkat sampai Taman Ambapālī, hendak menuju ke tempat Buddha. Turunlah mereka dari keretanya, kemudian melangkah maju. Dengan kepala dan wajahnya mereka menyembah kaki Buddha, lalu undur berduduk ke satu sisi.
如來在座,光相獨顯,蔽諸大眾,譬如秋月。又如天地清明,淨無塵翳,日在虛空,光明獨照。
Tathāgata berada pada takhta-Nya, dan karakteristik cahaya-Nya semata yang mencolok, menyelimuti semua dalam kumpulan besar itu ibarat rembulan musim gugur. Pun bagai di langit dan bumi yang jernih dan terang, bersih tanpa kepulan debu, mentari di angkasa terang cahayanya semata yang berpancar.
爾時,五百隷車圍遶侍坐,佛於眾中,光相獨明。
Pada saat itu kelimaratus orang Licchavi duduk melayan di sekeliling, dan Buddha di tengah-tengah kumpulan tersebut. Karakteristik cahaya-Nya semata yang benderang.
是時,坐中有一梵志名曰并𩞚,即從座起,偏袒右臂,右膝著地,叉手向佛,以偈讚曰:
Tatkala itu di antara yang berduduk adalah seorang brāhmaṇa bernama Paiṅgika, yang bangkit dari tempat duduknya, menyibakkan pundak kanan jubahnya, dengan lutut kanan menyentuh tanah berañjali menghadap Buddha, lalu dalam gāthā memuji sbb.:
時,五百隷車聞此偈已,復告并𩞚:「汝可重說!」
Kalakian, setelah kelimaratus orang Licchavi mendengar gāthā ini, mereka memberitahu lagi Paiṅgika: “Bolehlah engkau ulang mengucapkannya!”
爾時,并𩞚即於佛前再三重說。
Pada saat itu Paiṅgika pun di hadapan Buddha ulang mengucapkannya tiga kali.
時,五百隷車聞說偈已,各脫寶衣,以施并𩞚。并𩞚即以寶衣奉上如來;佛愍彼故,即為納受。
Kalakian, setelah kelimaratus orang Licchavi mendengar gāthā diucapkan, masing-masing melepas pakaian dan perhiasannya, dan memberikannya kepada Paiṅgika. Paiṅgika pun menghaturkan pakaian dan perhiasan tersebut kepada Tathāgata; karena mengibaï dia, Buddha pun menerimanya.
爾時,世尊告毘舍離諸隷車曰:「世有五寶甚為難得。何等為五?
Pada saat itu Bhagavan memberitahu para Licchavi dari Vaiśālī: “Di dunia ini ada lima permata yang sukar didapat. Apakah kelimanya itu?
是謂五寶為難得也。」
Inilah yang disebut lima permata yang sukar didapat.”
Legenda Ambapālī dalam teks-teks Buddhis berbagai mazhab memang agak kacau kronologinya. Adegan-adegannya begitu tumpang-tindih sehingga kita tidak tahu persis apakah Ambapālī pertama kali bertemu Buddha jauh sebelum Beliau parinirvāṇa atau hanya menjelang bulan-bulan final-Nya. Mungkinkah undangan makan dalam berbagai versi sūtra-sūtra Mahāparinirvāṇa hanyalah undangan kesekian kalinya sebab ia telah bertemu dan pernah mengundang Buddha pula sebelumnya? Konfrontasi dengan pangeran-pangeran Licchavi juga membingungkan sebab dalam narasi Mahīśāsaka Vinaya (lihat paragraf di bawah) hal itu terjadi pada saat Raja Bimbisāra masih hidup dan Buddha pertama kalinya meninggalkan wilayah Magādha menuju Vaiśālī (di luar konteks peristiwa wabah dan, tentu saja, masih jauh dari parinirvāṇa). Apakah yang dinarasikan berbagai versi sūtra-sūtra Mahāparinirvāṇa sesungguhnya mencakup peristiwa-peristiwa hingga rentang beberapa (puluh) tahun kehidupan Buddha, dan sesungguhnya cuma ada satu undangan makan Ambapālī?
Selain di Aṅguttara Nikāya, paralel perikop kita termuat di manuskrip (Hīnayāna) Mahāparinirvāṇa Sūtra Sanskerta, serta di dua terjemahan terawal Parinirvāṇa Sūtra (T. vol. 1, № 5 hlm. 164a–b dan № 6 hlm. 179b–c). T. № 6 sepertinya cuma merupakan revisi atas T. № 5, yang mengandung banyak interpolasi Tionghoa. Namun, kita tidak tahu pasti — bisa saja keduanya diterjemahkan dari dua sumber berbeda, milik dua mazhab berbeda.
Pada Vinaya Piṭaka berbagai mazhab, kita pun dapat menjumpaïnya dalam “Cīvara Skandhaka” dari masing-masing Mahīśāsaka Vinaya (T. vol. 22, № 1421 jld. 20 hlm. 135c–136a) dan Dharmaguptaka Vinaya (T. vol. 22, № 1428 jld. 40 hlm. 856a–b). Ia juga muncul dua kali pada Mūlasarvāstivāda Vinaya, dengan dua terjemahan berbeda untuk nama Paiṅgika: Hiasan Ekstensif 廣飾 dalam “Bhaiṣajya Vastu” 《根本說一切有部毘奈耶藥事》 (T. vol. 24, № 1448 jld. 7 hlm. 28c–29a) dan Rambut Kuning 黃髮 dalam “Kṣudraka Vastu” 《根本說一切有部毘奈耶雜事》 (T. vol. 24, № 1451 jld. 36 hlm. 28c–29a).
Piṅgiyānī, seorang brāhmaṇa menurut versi Pāli, memuji Buddha hanya dengan sebait syair. Sedangkan Paiṅgika, yang merupakan seorang māṇava (siswa brāhmaṇa) menurut kebanyakan versi lainnya, memuji dengan tiga atau empat bait syair. Pengecualian adalah pada T. № 5, sebagai terjemahan tertua, yang memparafrase pujian tersebut dalam bentuk prosa. Baris pertama syair Mahīśāsaka Vinaya patut kita perhatikan karena menyebut nama ‘Raja Bimbisāra’ secara eksplisit (瓶沙得善利), alih-alih ‘Raja Magādha’ seperti dalam versi-versi lainnya. Hal ini dikarenaï undangan Ambapālī kepada Buddha, yang dikonfrontir pangeran-pangeran Licchavi, terjadi sesudah Raja Bimbisara melepas Buddha dan saṅgha-Nya pergi ke Republik Vr̥ji untuk pertama kalinya.
Tentang lima dharma yang dibabarkan selanjutnya, kita dapat membagi berbagai versi ke dalam dua kelompok. Kelompok kesatu adalah versi-versi “permata” karena menyebutnya sebagai “lima permata yang sukar didapat” atau “lima permata yang jarang ada di dunia”. Pada kelompok ini pribadi yang tahu membalas budi dianggap sebagai permata ke-5 (barangkali rancu dengan daftar dua pribadi yang sukar didapat, dalam sūtra ini). Yang tergolong kelompok ini antara lain: Piṅgiyānī Sutta, *Viharaṇa Sūtra, Mahīśāsaka Vinaya, dan Dharmaguptaka Vinaya. Pengecualian adalah pada Dharmaguptaka Vinaya yang, kendati menggunakan istilah “permata”, tetapi isinya lebih mirip kelompok kedua, bahkan tidak menyinggung-nyinggung sama sekali tentang membalas budi.
Pada kelompok kedua, salah satu permata dari kelompok kesatu biasanya ada yang dipecah menjadi dua, sedangkan anjuran agar membalas budi dijadikan paragraf terpisah setelahnya. Versi-versi yang tergolong kelompok ini antara lain: T. № 5 dan № 6, serta dua versi pada Mūlasarvāstivāda Vinaya. Membalas budi yang ditekankan terutama adalah kepada Buddha sebab berkat kemunculan-Nyalah lima hal yang jarang ada di dunia tersebut bisa didapat. T. № 5, yang lebih bebas bahasanya, karenanya tidak menyebut daftar ini sebagai “lima hal yang jarang ada”, melainkan “lima perbawa Buddha” 佛五威神.
爾時,五百隷車往至菴婆婆梨園,欲到佛所。下車步進,頭面禮足,却坐一面。
Pada saat itu kelimaratus orang Licchavi itu pun berangkat sampai Taman Ambapālī, hendak menuju ke tempat Buddha. Turunlah mereka dari keretanya, kemudian melangkah maju. Dengan kepala dan wajahnya mereka menyembah kaki Buddha, lalu undur berduduk ke satu sisi.
如來在座,光相獨顯,蔽諸大眾,譬如秋月。又如天地清明,淨無塵翳,日在虛空,光明獨照。
Tathāgata berada pada takhta-Nya, dan karakteristik cahaya-Nya semata yang mencolok, menyelimuti semua dalam kumpulan besar itu ibarat rembulan musim gugur. Pun bagai di langit dan bumi yang jernih dan terang, bersih tanpa kepulan debu, mentari di angkasa terang cahayanya semata yang berpancar.
爾時,五百隷車圍遶侍坐,佛於眾中,光相獨明。
Pada saat itu kelimaratus orang Licchavi duduk melayan di sekeliling, dan Buddha di tengah-tengah kumpulan tersebut. Karakteristik cahaya-Nya semata yang benderang.
是時,坐中有一梵志名曰并𩞚,即從座起,偏袒右臂,右膝著地,叉手向佛,以偈讚曰:
Tatkala itu di antara yang berduduk adalah seorang brāhmaṇa bernama Paiṅgika, yang bangkit dari tempat duduknya, menyibakkan pundak kanan jubahnya, dengan lutut kanan menyentuh tanah berañjali menghadap Buddha, lalu dalam gāthā memuji sbb.:
「摩竭鴦伽王 為快得善利
身被寶珠鎧 世尊出其土
威德動三千 名顯如雪山
如蓮花開敷 香氣甚微妙
今睹佛光明 如日之初出
如月遊虛空 無有諸雲翳
世尊亦如是 光照於世間
觀如來智慧 猶闇睹庭燎
施眾以明眼 決了諸疑惑」
“Di Magādha, sang Aṅgīrasa, demi raja [tanah tersebut]
agar tergirangkan karena mendapat keuntungan baik,
telah mengenakan zirah mutiara pusaka pada tubuh-Nya
— sang Bhagavan pun muncul (Tercerahkan) di tanah sana.
Keperbawaan-Nya mengguncang trisahasra[-mahāsahasra-lokadhātu],
nama-Nya mencolok bagaikan Gunung Salju (Himavant).
Bagai bunga seroja mekar terbuka,
hawa semerbak-Nya sungguh halus menakjubkan.
Kini kulihat terang cahaya Buddha
bagai terbitnya mula-mula matahari,
bagai rembulan yang berkelana di angkasa
tanpa adanya segala kepulan awan.
Demikian pulalah sang Bhagavan:
cahaya-Nya memancar ke seluruh dunia.
Memandang kebijaksanaan Tathāgata
bagaikan dalam gulita melihat suluh.
Dianugerahi-Nya semua makhluk mata yang terang,
yang memahamkan dan memutus segala keraguan.”
時,五百隷車聞此偈已,復告并𩞚:「汝可重說!」
Kalakian, setelah kelimaratus orang Licchavi mendengar gāthā ini, mereka memberitahu lagi Paiṅgika: “Bolehlah engkau ulang mengucapkannya!”
爾時,并𩞚即於佛前再三重說。
Pada saat itu Paiṅgika pun di hadapan Buddha ulang mengucapkannya tiga kali.
時,五百隷車聞說偈已,各脫寶衣,以施并𩞚。并𩞚即以寶衣奉上如來;佛愍彼故,即為納受。
Kalakian, setelah kelimaratus orang Licchavi mendengar gāthā diucapkan, masing-masing melepas pakaian dan perhiasannya, dan memberikannya kepada Paiṅgika. Paiṅgika pun menghaturkan pakaian dan perhiasan tersebut kepada Tathāgata; karena mengibaï dia, Buddha pun menerimanya.
爾時,世尊告毘舍離諸隷車曰:「世有五寶甚為難得。何等為五?
Pada saat itu Bhagavan memberitahu para Licchavi dari Vaiśālī: “Di dunia ini ada lima permata yang sukar didapat. Apakah kelimanya itu?
一者、如來、至真出現於世甚為難得。
1. Tathāgata, sang Arhat, yang muncul di dunia ini sungguhlah sukar didapat.
二者、如來正法能演說者,此人難得。
2.Yang mampu membabarkan Dharma Sejati dari Tathāgata — orang ini pun sukar didapat.
三者、如來演法能信解者,此人難得。
3. Yang mampu meyakini dan memahami Dharma yang dibabarkan Tathāgata — orang ini pun sukar didapat.
四者、如來演法能成就者,此人難得。
4. Yang mampu mencapai keberhasilan atas Dharma yang dibabarkan Tathāgata — orang ini pun sukar didapat.
五者、臨危救厄知反復者,此人難得。
5. Yang, menjelang bahaya, ditolong dari kesengsaraan dan tahu membalasnya — orang ini pun sukar didapat.
是謂五寶為難得也。」
Inilah yang disebut lima permata yang sukar didapat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar