Ⓥ:不具受不得戒。 Tidak mengambil lengkap tidak memperoleh disiplin. Ⓢ:不具受得戒。 Tidak mengambil lengkap pun memperoleh disiplin. |
Polemik mengenaï boleh tidaknya mengambil śīla sebagian saja (khususnya bagi umat awam) telah terjadi jauh sebelum dituliskannya komentar besar abhidharma Sarvāstivāda, Mahāvibhāṣā 《阿毘達磨大毘婆沙論》 (T. No. 1545), pada Konsili Buddhis keempat di abad I. Dalam mazhab Mahāsāṅghika pengambilan hanya satu atau beberapa langkah latihan diperbolehkan, sebagaimana tercermin di Vinaya Piṭaka-nya. Dalam mazhab Sarvāstivāda sendiri terdapat silang-pendapat sejak lama antara Sarvāstivāda cabang Kashmir dengan cabang Gandhara. Perdébatan antara keduanya sudah pernah dibahas dan tidak perlu kita ulangi lagi secara mendetail di sini.
Sarvāstivādin Kashmir berpendapat bahwa tiada pengambilan tidak lengkap disiplin bagi upāsaka, sama seperti tiada pengambilan hanya satu atau dua langkah latihan saja (tidak lengkap sepuluh) bagi śrāmaṇera. Sedangkan menurut Sarvāstivādin Gandhara (yang pandangannya di kemudian hari diteruskan oleh Sekolah Sautrāntika) hal itu memang diperbolehkan di dalam sūtra dan merupakan keunikan dari disiplin upāsaka. Bahkan terdapat upāsaka yang tidak mengambil disiplin sama sekali dan cuma menyatakan diri berlindung kepada Triratna.
Bhadanta Harivarman juga menyetujui pengambilan sebagian, baik untuk Lima Śīla maupun Delapan Śīla. Dalam bab CIX Satyasiddhi Śāstra, “Tentang Lima Śīla” 〈五戒品〉 (T. vol. 32, hlm. 300b), ia menjawab:
問曰:有人言:「具受則得戒律儀。」是事云何?
Tanya: Ada orang berkata: “Harus menerima lengkap barulah memperoleh Śīla Saṃvara.” Bagaimanakah hal ini diterangkan?
答曰:隨受多少,皆得律儀,但取要有五。
Jawab: Seberapa pun yang diterima, semuanya memperoleh Saṃvara. Esensi yang diambil tetapi [berlangkah] lima.
Disiplin upāsaka terdiri atas lima langkah latihan (śikṣāpada), namun bukan berarti bahwa ada lima jenis disiplin. Orang yang mengambil sebagian pun memperoleh disiplin yang satu esensinya dengan orang yang mengambil lengkap, hanya saja kurang sempurna. Untuk menyempurnakannya, ia dapat mengambil langkah-langkah latihan sisanya. Dengan kata lain, sistem Satyasiddha mengenal adanya gradualitas atau kemeningkatan status seorang upāsaka.
Dalam Kanon Pāli kita pun dapat melihat contoh upāsaka yang berupaya meningkatkan statusnya. Upāsaka Gavesī, seorang aparipūrakārī (tanpa disiplin) yang hidup di zaman Buddha Kassapa, mengambil lengkap Lima Śīla demi mengungguli 500 upāsaka kawan-kawannya, dan menjadi seorang paripūrakārī (pelaksana sepenuh-bagian). Kawan-kawannya termotivasi oleh tindakannya dan, akhirnya, mengikutinya menjadi paripūrakārī. Lihat kisah selengkapnya di Gavesī Sutta (AN V.18: 10).
Maka petikan dari Upāsaka Śīla Sūtra yang kita kutip sebelumnya cukuplah berdasar:
若不具受不得戒者,求有優婆塞云何得戒?
Jikalau tidak menerima lengkap berarti tidak memperoleh disiplin, upasāka yang hendak menyempurnakan statusnya (upāsakabhāva) bagaimana bisa mendapat [tambahan] śīla lagi?
Jadi, dengan mengambil langkah-langkah latihan lagi, status keupāsakaan seseorang meningkat (yakni, substansi disiplinnya semakin sempurna). Ini membuktikan bahwa ia yang sebelumnya mengambil satu atau beberapa langkah latihan saja juga sudah memperoleh Prātimokṣa Saṃvara.
Selanjutnya muncul pertanyaan apakah boleh dari lima guru menerima lima langkah latihan, masing-masing satu. Hal ini tidak dibahas dalam Satyasiddhi Śāstra, tetapi pada pertanyaan ⑦ dari bab XV Kitab Lima Ratus Pertanyaan Vimalākṣa membolehkannya. Jawabannya ini tidak bertentangan dengan prinsip Satyasiddha (sebab Vimalākṣa memang membolehkan pengambilan langkah latihan tidak lengkap).
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa orang yang mengambil lengkap lima langkah latihan bukan berarti memiliki lima jenis disiplin. Dalam posting sebelumnya pernah kita bahas bahwa disiplin yang lebih unggul akan mengatasi disiplin yang asor. Pada saat seorang ekadeśakārin, yang sudah mengambil satu langkah latihan dari seorang guru, mengambil sebuah langkah latihan lagi dari guru kedua, bukan berarti bahwa kini ia memiliki dua jenis disiplin berbeda; tetapi, di dalam avijñapti yang baru, substansi disiplinnya yang lama akan bergabung sebagai komponen substansi dari satu kesatuan disiplin pradeśakārin. Demikian pula apabila ia kemudian mengambil langkah latihan lagi dari guru ketiga, di dalam avijñapti yang baru lagi, substansi disiplin pradeśakārin-nya akan bergabung sebagai komponen substansi disiplin yadbhūyaskārin, dst. (Agar lebih jelas, lihat ilustrasi di akhir.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar