Powered by Administrator

Translate

Minggu, 01 September 2013

Vaibhāṣika vs Sautrāntika

Mahānāma Sūtra (nama lainnya: Upāsaka Sūtra 《優婆塞經》), yang berpadanan dengan SN LV.4: 37 dan AN VIII.3: 5, memberikan definisi dari upāsaka sbb.:
 
佛告摩訶男:「優婆塞者,在家清白:『乃至盡壽,歸依三寶,為優婆塞。證知我!』」
Buddha bersabda kepada Mahānāma: “Upāsaka adalah seorang umat awam yang dengan jernih mengucapkan: ‘Hingga akhir hayatku, aku berlindung kepada Triratna sebagai upāsaka. Jadilah saksiku, [ya Bhadanta]!’ ”

—— Saṃyukta Āgama 《雜阿含經》, sutrā ke-929
(T. vol. 2, № 99 hlm. 237a)

Versi lain dari sūtra yang sama terdapat dalam koleksi saṃyukta lain dalam Tripiṭaka Tionghoa:
 
佛告釋摩男:「在家白衣,歸依三寶。以是義故,名優婆塞。汝即其人。」
Buddha bersabda kepada Śākya Mahānāma: “Umat awam berjubah putih yang berlindung kepada Triratna — inilah pengertian dari upāsaka. Engkau adalah salah satunya.”

—— Pieh-i Tsa a-han ching 《別譯雜阿含經》, sutrā ke-152
(T. vol. 2, № 100 hlm. 431b)




Dari kutipan sūtra di atas (atau varian bacaannya) timbullah perbedaan penafsiran apakah seseorang cukup menerima Tiga Perlindungan saja ataukah harus ditambah Lima Śīla untuk dapat dinamakan upāsaka. Perbedaan penafsiran yang terjadi sejak lama antara Vaibhāṣika–Sautrāntika, misalnya, tercatat dalam jilid 124 komentar besar abhidharma Sarvāstivādin, Abhidharma Mahāvibhāṣā 《阿毘達磨大毘婆沙論》 (T. vol. 27, № 1545 hlm. 645c).

Kaum Vaibhāṣika berpendapat bahwa tidak ada upāsaka yang hanya menerima Tiga Perlindungan saja atau menerima Tiga Perlindungan dan beberapa śīla saja (tidak lengkap lima). Selain itu, menurut Vaibhāṣika substansi Śīla sudah terbentuk saat seseorang selesai mengucapkan Tiga Perlindungan. Pengucapan langkah latihan (śikṣāpada, yakni “saya mengambil langkah latihan untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup”, “saya mengambil langkah latihan untuk menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan”, dst.) hanya merupakan penegasan agar bentuk-bentuk disiplin yang diambil diketahui.

Tradisi sekolah Vinaya yang berlaku di Cina mengadopsi pemahaman Vaibhāṣika ini untuk menjelaskan momen di mana substansi Śīla terbentuk. Akan tetapi, Sekolah Vinaya di Cina juga sepaham dengan Sautrāntika bahwa pemberian Tiga Perlindungan saja atau pemberian śīla yang tidak lengkap kepada umat awam adalah boleh karena memang dengan jelas dinyatakan dalam Mahānāma Sūtra dan, terutama, dalam teks Upāsaka-śīla Sūtra yang telah dikutip sebelumnya.

Akhirnya marilah kita simak perbedaan pendapat yang tercatat dalam Mahāvibhāṣā:
 
 
———————————————————————————————
PERTANYAAN DARI VAIBHĀṢIKA KEPADA (PROTO-)SAUTRĀNTIKA
———————————————————————————————

健馱羅國諸論師言:「唯受三歸,及律儀缺減,悉成近事。」
Guru-guru śāstra dari Gandhara mengatakan: “Hanya menerima Tiga Perlindungan saja, dan tidak mengambil disiplin (saṃvara) sama sekali atau mengambil tidak lengkap — semuanya dinamakan upāsaka.”

問:若唯受三歸成近事者,契經文句,寧非無義?經說近事受律儀時,於戒師前作如是說:「我某甲歸佛法僧。願尊憶持!我是近事。我從今者,乃至命終,於其中間,護生歸淨。」
Tanya: Jika hanya menerima Tiga Perlindungan saja menjadikan seseorang upāsaka, bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa kalimat di dalam sūtra berikut bukanlah tanpa arti? Di dalam sūtra dikatakan: ketika seorang upāsaka menerima disiplin, di hadapan guru pembimbingnya ia berkata demikian, “Saya N. berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Saṅgha. Kiranya Bhadanta memperhatikan dan memegang [pernyataan ini]! Saya adalah seorang upāsaka. Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, selama itu saya menjaga kehidupan (prāṇopeta) dan pergi berlindung dengan kemurnian¹.”

答:彼由此表但得三歸,名為近事,而未得律儀。後說學處,方得律儀。然彼文句,非為無義。由後自誓,令前三歸得堅牢故。若不護生,歸非淨故。
Jawab: Di sini maksudnya: hanya memperoleh Tiga Perlindungan saja sudah disebut upāsaka, walau belum memperoleh disiplin. Jika ia kemudian mengucapkan langkah latihan (śikṣāpada), barulah ia memperoleh disiplin. Kalimat dalam sūtra di atas memang bukan tanpa arti. Komitmennya di akhir memperkokoh Tiga Perlindungan yang diambil sebelumnya. Karena jika ia tidak menjaga kehidupan, ia pergi berlindung dengan tidak murni².

問:若缺減律儀成近事者,便為善順一分等言。所以者何?若受一,名一分;受二,名少分;受三、受四,名多分;具受五,名滿分故。云何不有律儀缺減勤策、苾芻等耶?
Tanya: Jika tanpa disiplin sama sekali atau disiplin tidak lengkap menjadikan seseorang upāsaka, maka akan bersesuaian dengan istilah “pelaksana satu-bagian” dsb. Mengapa demikian? Karena jika ia hanya menerima satu [bagian disiplin], ia disebut pelaksana satu-bagian (ekadeśakārin); jika ia menerima dua, ia disebut pelaksana sedikit-bagian (pradeśakārin); jika ia menerima tiga atau empat, ia disebut pelaksana banyak-bagian (yadbhūyaskārin); jika ia menerima lengkap kelimanya, ia disebut pelaksana sepenuh-bagian (paripūrṇakārin). Akan tetapi, mengapa tidak ada śrāmaṇera atau bhikṣu yang tanpa disiplin sama sekali atau disiplinnya tidak lengkap? [Yakni, tidak ada, misalnya, śrāmaṇera yang hanya mengambil dua atau tiga śīla saja, tetapi harus lengkap sepuluh śīla.]

答:佛觀所化,機宜不同。授與律儀,亦不一種。如諸近事不樂捨家。為攝引故,佛隨其意,於五學處,多少受得。故彼律儀有缺減受。苾芻、勤策意樂捨家。為安立故,制具律儀,具受乃得。故彼律儀無缺減受。以是世尊內眷屬故。
Jawab: Buddha mengamati bahwa makhluk-makhluk yang diajar-Nya memiliki kapasitas yang tidak sama. Maka dalam memberikan disiplin, juga bukan hanya satu jenis. Misalnya, para upāsaka yang tidak bergemar meninggalkan kehidupan rumah-tangga. Untuk merangkul dan menarik mereka, Buddha mengikuti pikiran mereka: dalam menerima kelima langkah latihan, mereka boleh memperoleh berapa pun. Oleh sebab itu, terdapat mereka yang tanpa disiplin sama sekali atau menerima disiplin tidak lengkap.
Para bhikṣu dan śrāmaṇera pikirannya bergemar meninggalkan kehidupan rumah-tangga. Demi membangun mereka, ditetapkanlah disiplin lengkap dan harus diterima seluruhnya barulah mereka memperolehnya. Oleh sebab itu, tidak terdapat mereka yang tanpa disiplin sama sekali atau menerima disiplin tidak lengkap karena mereka merupakan anggota keluarga (parivāra) Bhagavan.
 
 
———————————————————————————————
PERTANYAAN DARI (PROTO-)SAUTRĀNTIKA KEPADA VAIBHĀṢIKA
———————————————————————————————

迦濕彌羅國諸論師言:「無有唯受三歸,及缺減律儀,名為近事。」
Guru-guru śāstra dari Kāśmīra mengatakan: “Bukan dengan menerima Tiga Perlindungan saja, dan tanpa mengambil/mengambil tidak lengkap disiplin (saṃvara), seseorang dinamakan upāsaka.”

問:若爾,契經寧非無義?如說:「我某甲歸佛、法、僧,乃至廣說。」
Tanya: Jika demikian, bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa kalimat di dalam sūtra bukanlah tanpa arti? Seperti yang disebutkan di atas, “Saya N. berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Saṅgha dst.”

答:彼由此表既得三歸,亦得律儀,故成近事。
Jawab: Di sini maksudnya: seketika ia memperoleh Tiga Perlindungan, ia juga sekaligus memperoleh disiplin; maka ia menjadi upāsaka.

問:此唯自誓離於殺生。云何由此,具得五種?
Tanya: Ini hanya komitmennya sendiri untuk meninggalkan pembunuhan makhluk hidup. Bagaimanakah dari sini ia memperoleh lengkap lima jenis?

答:由此自誓離殺為依,五種律儀亦俱時得。五學處中,彼為勝故。以受戒者,為不損生。於損生中,殺為上首。故以離殺為五所依。
又護生言,非唯離殺,謂不損惱一切有情。彼自誓言:「我從今者,乃至命盡,於諸有情,不害其命、不盜其物、不侵其妻、不行虛誑。為護前四,亦不飲酒。」故護生言,非唯離殺。
然有別誦言捨生者。此言意說捨殺生等。略去等,但說捨生。又捨生言,顯於生類,捨損惱事,即五律儀,皆為遮防損生事故。由此自誓,方得律儀。故彼契經非為無義。
Jawab: Dari komitmennya sendiri untuk meninggalkan pembunuhan, lima jenis [bagian] disiplin diperoleh lengkap dalam seketika karena, di antara kelima langkah latihan (śikṣāpada), itulah yang terutama. Menerima śīla adalah demi tidak menyakiti mahkluk hidup. Di antara segala bentuk menyakiti makhluk hidup, membunuh merupakan yang terutama. Oleh sebab itu, meninggalkan pembunuhan menjadi tumpuan kelima [bagian disiplin].
Selain itu, menjaga kehidupan (prāṇopeta) bukan hanya berarti meninggalkan pembunuhan, tetapi juga tidak menyebabkan gangguan pada semua makhluk. Maka ia [sebenarnya] berkomitmen sendiri, “Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, terhadap semua makhluk, aku tidak akan mencelakaï hidupnya, tidak akan mencuri miliknya, tidak akan berzinah dengan istrinya, tidak akan mendustaïnya. Demi menjaga keempat hal ini, aku juga tidak akan meminum minuman keras.” Oleh sebab itu, menjaga kehidupan bukan hanya berarti meninggalkan pembunuhan.
Di samping itu, ada juga varian bacaan “melepas kehidupan” (prāṇāpeta). [Yakni, varian untuk klausa sūtra di atas, “selama itu saya menjaga kehidupan ...” — klausa tambahan ini ataupun varian bacaannya tidak terdapat pada Mahānāma Sūtra dalam koleksi-koleksi saṃyukta Tionghoa.]³ Maksudnya adalah “melepas pembunuhan kehidupan” (prāṇātipātāpeta). “Pembunuhan” disingkat di sini dan hanya diucapkan “melepas kehidupan”. Melepas kehidupan berarti: terhadap segala yang berkehidupan, ia melepas segala bentuk gangguan. Kelima [bagian] disiplin semuanya adalah demi mencegah menyakiti mahkluk hidup. Dari komitmennya sendiri ini, maka ia memperoleh disiplin. Oleh sebab itu, kalimat di dalam sūtra ini bukanlah tanpa arti.

問:若唯自誓便得律儀,何故復說五種學處?
Tanya: Jika hanya berkomitmen sendiri disiplin diperoleh, mengapakah lima langkah latihan diucapkan lagi?

答:雖由自誓已得律儀,而未了知彼差別相。欲令知故,說五學處。故彼所說,皆非無義。
Jawab: Meskipun dari komitmennya sendiri seseorang telah memperoleh disiplin, namun bentuk-bentuk disiplinnya belum diketahui. Untuk membuatnya diketahui, maka lima langkah latihan diucapkan. Oleh sebab itu, [lima langkah latihan] yang diucapkannya, bukanlah tanpa arti.

問:若爾,何故說有一分等鄔波索迦耶?
Tanya: Jika demikian, lantas mengapakah ada yang disebut upāsaka “pelaksana satu-bagian” dsb.?

答:此說持位,非說受位。謂於五中,持一不持四,名一分;持二不持三,名少分;持三持四,名多分;具持五,名滿分。
Jawab: Ini menyatakan pokok-pokok yang sanggup dipegangnya, bukan pokok-pokok yang diterimanya. Di antara lima [bagian disiplin], jika ia memegang satu dan tidak memegang empat, ia disebut pelaksana satu-bagian; jika ia memegang dua dan tidak memegang tiga, ia disebut pelaksana sedikit-bagian; jika ia memegang tiga atau empat, ia disebut pelaksana banyak-bagian; jika ia memegang lengkap lima, ia disebut pelaksana sepenuh-bagian.






CATATAN:

¹ Kalimat ini memiliki nuansa dalam penafsiran. Teks Cinanya tampaknya sengaja diterjemahkan demikian, mengikuti sudut pandang Vaibhāṣika. Pemahaman Sautrāntika atas kalimat ini mungkin berbeda.
Selama itu saya menjaga kehidupan — Atau bisa juga berarti ‘selama saya memiliki kehidupan’, yakni seumur hidup si pemohon.
Dengan kemurnian — Skt. abhi-prasanna. Dalam teks-teks Buddhis prasanna/prasāda memang memiliki makna ‘kegembiraan’, ‘kebajikan’, ‘kemurnian’, atau ‘keyakinan’ (lihat sebuah sūtra dalam Ekottara Āgama yang membahas istilah yang berkaitan, agra-prasāda); sehingga frase ini bisa juga berarti ‘dengan penuh keyakinan’.
Keseluruhan kalimat dapat dimengerti sebagai: Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, selama saya memiliki kehidupan, saya pergi berlindung dengan penuh keyakinan.

² Maksud Sautrāntika mungkin: Karena jika tidak selama ia memiliki kehidupan (= jika tidak seumur hidupnya), ia pergi berlindung bukan dengan penuh keyakinan.

³ Teks Pāli SN LV.4: 37 dan AN VIII.3: 5 pun — seperti dalam koleksi-koleksi saṃyukta Tionghoa — juga tidak memuatnya. Kaum Vaibhāṣika sepertinya salah mengutip sumber. Pendapat bahwa terdapat suatu versi Mahānāma Sūtra dengan klausa tambahan tersebut disanggah oleh kaum Sautrāntika (lihat Abhidharmakośa Bhāṣya bab IV: 31).

Pada umumnya Mahānāma Sūtra hanya berbunyi sbb.:

“Yataśca, Mahānāma, gr̥hī avadātavasanaḥ puruṣaḥ puruṣendriyeṇa samanvāgato buddhaṃ śaraṇaṃ gacchati, dharmaṃ saṃghaṃ śaraṇaṃ gacchati, vācaṃ ca bhāṣate: ‘Upāsakaṃ ca māṃ dharaya’ — iyatā upāsako bhavati.”
(Padanan Pālinya: “Yato kho, Mahānāma, buddhaṃ saraṇaṃ gato hoti, dhammaṃ saraṇaṃ gato hoti, saṅghaṃ saraṇaṃ gato hoti — ettāvatā kho, Mahānāma, upāsako hoti.”)
dan tidak memiliki klausa tambahan dengan prāṇopeta. (Kaum Vaibhāṣika bahkan lebih jauh mengatakan bahwa pada salinan Mahānāma Sūtra tertentu terbaca prāṇāpeta sebagai varian.)

Walau demikian, Pernyataan sebagai Upāsaka dengan rumusan klisé prāṇopeta sesungguhnya dapat dijumpaï dalam banyak sūtra lain, dan umumnya berbunyi:

“Eṣo ‘haṃ bhagavantam buddhaṃ śaraṇaṃ gacchāmi, dharmaṃ ca bhikṣusaṃghaṃ ca. Upāsakaṃ ca māṃ dhāraya adyāgreṇa yāvajjīvaṃ prāṇopetaṃ śaraṇaṃ gatam abhiprasannam.”
(Padanan Pālinya dapat dijumpaï, misalnya, di akhir Sigālovāda Sutta yang terkenal: “Esāhaṃ, Bhante, bhagavantaṃ saraṇaṃ gacchāmi, dhammañ ca bhikkhusaṅghañ ca. Upāsakaṃ maṃ, Bhagavā, dhāretu ajjatagge pāṇupetaṃ saraṇaṃ gatanti.”)
Rumusan di atas biasanya dimengerti sebagai: “Saya berlindung kepada Bhagavan, sang Buddha; serta kepada Dharma dan Bhikṣu-saṅgha. Peganglah [pernyataan ini] bahwa saya adalah upāsaka yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, seumur hidup pergi berlindung dengan penuh keyakinan.”

⁴ Jadi, dalam pemahaman kaum Vaibhāṣika, yang disebut ekadeśakārin, pradeśakārin, dan yadbhūyaskārin semuanya telah menerima lima śīla lengkap. Yang membedakan mereka adalah: masing-masing hanya ketat dalam memegang satu (atau beberapa) śīla tertentu, sementara śīla-śīla lainnya lebih banyak mereka langgar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar