Powered by Administrator

Translate

Sabtu, 01 Desember 2018

1. Sasaran Penerima 對趣

Ⓥ:餘道眾生不得戒。
  Makhluk-makhluk dari jalur kelahiran lain (selain manusia) tidak dapat memperoleh disiplin.

Ⓢ:餘道眾生得戒。

  Makhluk-makhluk dari jalur kelahiran lain dapat memperoleh disiplin.



Kaum Vaibhāṣika berpendapat bahwa disiplin Prātimokṣa jenis apa pun (bahkan hingga Lima Śīla dan Delapan Śīla) cuma dapat terbentuk pada manusia (T. vol. 23, hlm. 509b):

凡得波羅提木叉戒者,以五道而言,唯人道得戒。餘四道不得,如天道以著樂深重,不能得戒。
Tentang segala perolehan Prātimokṣa Saṃvara, di antara kelima jalur kelahiran (pañcagati), dikatakan hanya jalur manusialah (manuṣyagati) yang mendapatkan disiplin. Keempat gati lainnya tidak dapat, misalnya: jalur dewa (devagati), karena dalam dan beratnya kemelekatan mereka akan kesenangan, takkan dapat memperolehnya.

Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā selanjutnya menyambung dengan kisah Jīvaka Kumārabhr̥ta — sudah kita terjemahkan dalam posting sebelumnya — untuk menjelaskan betapa lemahnya batin kebanyakan dewa. Bahkan Jīvaka, seorang srotāpanna, pun tidak dapat mengontrol dirinya secara merdeka setelah terlahir di Surga Trāyastriṃśa; apalagi dewa-dewa biasa yang terlena oleh kesenangan surgawi. Mustahil mereka mampu membangkitkan buah-pikir baik yang cukup kuat untuk mengambil disiplin Prātimokṣa. Begitu pula dengan jalur-jalur kelahiran lainnya. Di alam preta dan neraka makhluk-makhluknya mengalami kelaparan dan siksaan setiap saat; batin mereka disibukkan dengan penderitaannya sendiri sehingga sukar memperoleh disiplin Prātimokṣa. Hewan-hewan, yang memiliki inteligénsi rendah, juga tidak mungkin memperoleh disiplin Prātimokṣa.

Tetapi, kemudian ada yang menyanggah bahwa disiplin Prātimokṣa bisa dimiliki hewan tertentu, seperti: naga (sebangsa ular gaib). Bhadanta Vasubandhu, yang pada prinsipnya hanya mengulangi penjelasan yang sama seperti di atas untuk menerangkan bait ke-43 dari bab IV Abhidharmakośa-nya 《阿毘達磨俱舍論》 (T. vol. 29, № 1558 hlm. 80b–c), menukilkan sebuah kutipan:

契經中言:「有卵生龍,半月八日,每從宮出,來至人間,求受八支近住齋戒。」
Di dalam sūtra dikatakan: “Ada naga-naga yang terlahir melalui telur yang, setiap hari kedelapan dari paruh-bulan, keluar dari istananya, datang ke antara manusia, dan memohon untuk menerima Aturan Puasa Beranggota Delapan (aṇḍajo, bhikṣavo, nāgo 'ṣṭamyāṃ pakṣasya bhāvanād abhyudgamya aṣṭāṅgasamanvāgatam upavāsam upavasati).”

Sūtra yang ia kutip ini, sayangnya, belum pernah diterjemahkan ke bahasa Tionghoa. Namun, dalam Kanon Pāli kita dapat menemukan empat sutta pendek dari Nāga Saṃyutta (SN XXIX.1: 3–6, semuanya berjudul sama Uposatha Sutta) yang isinya serupa. Secara berurutan, masing-masing sutta ini menyebutkan bahwa ada naga-naga yang terlahir melalui telur (aṇḍaja), terlahir melalui rahim (jalābuja), terlahir melalui kelembapan (saṃsedaja), dan terlahir secara spontan (opapātika) yang menekuni Uposatha bahkan sampai rela mengorbankan tubuhnya.

Cerita-cerita tentang naga yang menerima Aturan Puasa pun bukannya tidak dikenal dalam Tripiṭaka Tionghoa. Menjelaskan pāyantika ke-58, dalam “Bhikṣu Vibhaṅga” dari Mūlasarvāstivāda Vinaya 《根本說一切有部毘奈耶》 (T. vol. 23, № 1442 hlm. 842c dst.), misalnya, dua ekor naga penjaga kolam-kolam air panas di Kota Rājagr̥ha yang bernama Giri 祇利 dan Valgu(ka) 跋窶 dikisahkan berniat menerima Aturan Puasa setiap hari upavasatha. Mereka hendak mengikuti jejak Raja Naga Nanda dan Upananda yang, setelah ditaklukkan Buddha, keluar dari samudra setiap hari upavasatha, dan menuju ke Puncak Sumeru untuk mengambil Aturan Puasa dan mendengarkan Dharma yang dibabarkan Buddha di sana.


Untuk segala sanggahan ini Vaibhāṣika menampiknya dan berpendapat (Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā hlm. 509b):

雖處處經中說龍受齋法,以善心故而受八齋。一日一夜得善心功德,不得齋也,以業障故。
Meskipun dalam berbagai bagian dari kitab suci disebutkan bahwa naga-naga menerima Aturan Puasa, karena buah-pikir yang baiklah mereka menerimanya. Mereka memperoleh kebajikan dari buah-pikir baik tersebut (yakni naivasaṃvara-nāsaṃvara avijñapti yang bersifat kuśala) selama sehari semalam, tetapi tidak memperoleh [substansi] Puasa (sebagai sebuah Prātimokṣa saṃvara avijñapti) karena rintangan karmanya.

以四天下而言,唯三天下(閻浮提、瞿耶尼、弗婆提)及三天下中間海洲上人,一切得戒。
Dari kempat kolong langit, dikatakan hanya tiga kolong (Jambudvīpa, Godanīya, Pūrvavideha) beserta manusia-manusia di benua di atas lautannya saja yang dapat memperoleh [substansi] disiplin.

Disiplin Prātimokṣa cuma dapat diperoleh manusia-manusia di tiga benua. Di Uttarakuru Buddhadharma tidak diterima sehingga mustahil memperoleh disiplin Prātimokṣa. Manusia-manusia di sana terlena oleh kesenangan lantaran keadaannya yang hampir menyamaï surga. Karena kehidupan begitu mulus di sana, tidak ada orang yang melakukan tindakan kriminal. Mereka tidak merasa perlu mengadopsi disiplin apa-apa lagi sebab, tanpa disiplin, toh semua sudah baik-baik saja. Selain itu, di Uttarakuru bahkan tiada dhyāna dan, dengan demikian, dua jenis disiplin lainnya (Dhyānaja dan Anāsrava) pun tiada.

Lebih jauh lagi, Vaibhāṣika berpendapat bahwa disiplin Prāṭimoksa hanya terbentuk pada pria (yang memiliki organ reproduksi pria lengkap) dan wanita (yang memiliki organ reproduksi wanita lengkap) saja. Aseksual (śaṇḍaka dan paṇḍaka) serta hermafrodit (ubhavyañjana) takkan dapat memperolehnya. Aseksual adalah manusia-manusia impotén yang terdiri atas beberapa tipe berbeda, misalnya: karena dikebiri, karena kelainan bawaan, dll. Mereka biasanya dianggap sangat frigid. Karena tidak mampu berhubungan seksual, tentu saja mereka tidak merasa perlu mengambil disiplin pantang berzinah. Kebalikannya adalah hermafrodit yang berkelamin ganda dan dianggap memiliki libido yang sangat tinggi sehingga tidak mungkin pula mengambil disiplin, karena hampir pasti akan melanggarnya.

Singkatnya, pandangan Vaibhāṣika diringkaskan dalam bait ke-43 dari bab IV Abhidharmakośa sbb.:

惡戒人除北  二黃門二形
律儀亦在天  唯人具三種

Kontra-disiplin (asaṃvara) bahkan tak hadir di antara manusia Uttara[kuru],
di antara dua jenis aseksual, serta hermafrodit.
Disiplin (saṃvara) hadir juga di antara dewa,
namun hanya manusia yang memiliki lengkap tiga jenis.


Bagaimanakah pandangan Satyasiddha? Kita tahu bahwa pembagian saṃvara avijñapti telah direklasifikasi dalam Satyasiddhi Śāstra. Selama ini, menurut Vaibhāṣika, sekuat apa pun buah-pikir yang dibangkitkan oleh seorang non-Buddhis untuk melaksanakan moralitas, substansi yang terbentuk pada dirinya hanyalah naivasaṃvara-nāsaṃvara avijñapti yang bersifat baik. Demikian pula halnya pada makhluk-makhluk gaib atau naga yang ingin mengambil Aturan Puasa Buddhis.

Menurut Bhadanta Harivarman, pengambilan segala jenis moralitas sepatutnya digolongkan menjadi satu di bawah Śīla saṃvara avijñapti. Non-Buddhis yang mengambil disiplinnya sendiri pun memperoleh Śīla Saṃvara. Apalagi makhluk-makhluk selain manusia yang sudi berlindung kepada Triratna dan mengambil disiplin Buddhis demi memasuki Jalan Pembebasan — apalah alasannya mereka tidak memperoleh Śīla Saṃvara yang bersifat Prātimokṣa (T. vol. 32, hlm. 303a):

問曰:餘道眾生得此戒律儀不?
Tanya: Makhluk-mahluk dari gati lain adakah memperoleh Śīla Saṃvara ini (yang bersifat Prātimokṣa)?

答曰:經中說,諸龍等亦能受一日戒。故知!應有。
Jawab: Di dalam sūtra disebutkan bahwa para naga dsb. juga sanggup menerima disiplin selama sehari. Maka dapat kita ketahui semestinya ada!

Jadi, Bhadanta Harivarman berpendapat jalur kelahiran mana pun bisa memiliki Prātimokṣa Saṃvara (minimal Lima dan Delapan Śīla) sebab perolehan saṃvara avijñapti berasal dari kesungguhan batin. Bahkan hewan, asalkan dapat mengerti ajaran Śīla Buddhis, akan memperolehnya jika bersungguh-sungguh mengambilnya. Begitu pula dengan manusia aseksual dan hermafrodit.

問曰:有人言:「不能男等無戒律儀。」是事云何?
Tanya: Ada orang berkata: “Aseksual (napuṃsaka, secara harfiah: ‘laki-laki impotén’) dsb. tidak memperoleh Śīla Saṃvara.” Bagaimanakah hal ini diterangkan?

答曰:是戒律儀從心邊生。不能男等亦有善心,何故不得?
Jawab: Śīla Saṃvara ini (yang bersifat Prātimokṣa) timbul dari batin (citta). Aseksual dsb. pun dapat memiliki buah-pikir yang baik, mengapa tidak mereka memperolehnya?

問曰:何故不聽作比丘耶?
Tanya: Lantas mengapa mereka tidak diizinkan menjadi bhikṣu?

答曰:是人結使深厚,難得道故。又此人不在比丘中,亦不在比丘尼中,是故不聽。
Jawab: Simpul pembelenggu mereka teramat tebal sehingga sukar memperoleh Jalan (Kesucian). Pun mereka [nantinya] tidak tergolong di antara bhikṣu, juga tidak tergolong di antara bhikṣuṇī; oleh karenanya tidak diizinkan.

又彼中亦遮餘人,如:睞眼等。是人亦得此善律儀。
Pun dari antara saṅgha, orang-orang lainnya juga didiskualifikasikan, misalnya: yang bermata juling dll. [Namun,] orang-orang tersebut juga memperoleh Śīla Saṃvara ini.

Dalam Vinaya Piṭaka secara jelas memang telah disebutkan kriteria penghalang (antarāyika dharma) yang mendiskualifikasikan seseorang untuk diterima ke dalam saṅgha, antara lain: aseksual, hermafrodit, bermata juling, dll. Tentang tidak memungkinkannya aseksual dll. memperoleh disiplin monastik tidak diperdébatkan lagi. Namun, menurut Bhadanta Harivarman, mengapa tidak mereka memperoleh disiplin yang lebih rendah (Lima Śīla dan Delapan Śīla)?

Vasubandhu menukilkan petikan sebuah versi unik Mahānāma Sūtra yang dijadikan dasar oleh Vaibhāṣika bahwa aseksual dan hermafrodit tidak dapat memperoleh disiplin upāsaka:

佛告大名:「諸有在家白衣男子,男根成就,歸佛、法、僧,起殷淨心,發誠諦語,自稱:『我是鄔波索迦,願尊憶持!慈悲護念!』齊是名曰鄔波索迦。」
Buddha memberitahu Mahānāma: “Umat awam perumahtangga berjubah putih, pria, dengan organ reproduksi pria lengkap, yang berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Saṅgha, yang membangkitkan keyakinan murni, menguncarkan pernyataan tulus, dan berseru: ‘Aku adalah seorang upāsaka; kiranya Bhadanta mengingat dan memegang [pernyataan ini]! Demi belas-kasihan perhatikanlah aku!’ — semuanya dinamakan upāsaka (yataśca, Mahānāma, gr̥hī avadātavasanaḥ puruṣaḥ puruṣendriyeṇa samanvāgato Buddhaṃ śaraṇaṃ gacchati yāvadvācaṃ bhāṣate, ‘Upāsakaṃ māṃ dhāraya!’ — iyatā copāsako bhavati).”

Akan tetapi, klausa “pria, dengan organ reproduksi pria lengkap” tidak terjumpaï dalam dua versi Saṃyukta Āgama Tionghoa yang pernah kita posting sebelumnya ataupun dalam versi Pāli. Maka tidaklah pasti bahwa hanya pria saja yang dapat memperoleh disiplin upāsaka. Lagipula belum tentu bahwa orang-orang yang terlalu frigid atau terlalu berlibido takkan merasa perlu mengambil langkah latihan pantang berzinah. Jikalau mereka bersungguh-sungguh hendak memasuki Jalan Pembebasan, apalah yang akan memberatkan mereka untuk mengambilnya? Kalaupun mereka belum siap, maka mereka boleh mengambil empat langkah latihan lainnya dahulu sebab substansi disiplin upāsaka pun terbentuk meski diambil sebagian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar