Powered by Administrator

Translate

Jumat, 31 Januari 2014

Sūtra tentang Keharuman dari Kebajikan Moralitas

Fo-shuo chieh-tê-hsiang ching 《佛說戒德香經》 (T. № 116) merupakan salah satu versi Gandha Sutta yang diterjemahkan ke bahasa Cina sedikit lebih awal dibandingkan Ekottara Āgama (EĀ), yakni antara tahun ke-6 dan ke-20 era T'ai Yuan 太元 (381–395) dari dinasti Tsin Timur 東晉. Penerjemahnya, T’an-mo-lan 曇無蘭 (*Dharmarakṣa atau *Dharmāraṇya), adalah seorang Tripiṭakācārya dari India. Sebagai sebuah terjemahan independen, adalah sukar untuk memastikan afiliasi mazhab dari teks ini, dan di āgama/nikāya manakah teks ini dikelompokkan dalam kanon kitab suci mazhab yang bersangkutan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, selain versi dalam EĀ, berbagai versi Gandha Sutta memuat gāthā-gāthā yang kurang lebih berpadanan dengan Dhammapada Pāli 54–57 atau Udānavarga Sanskerta 6:16–19. Sementara versi EĀ tidak memuat bait pertama, dalam Fo-shuo chieh-tê-hsiang ching bait tersebut dipecah menjadi dua. Teks ini juga kekurangan bait yang berpadanan Dhammapada Pāli 56. Sebaliknya, ada satu bait tambahan yang hanya berpadanan dengan Udānavarga Sanskerta 6:20 serta sebuah bait penutup.

Kekhasan teks ini nampak pada pembahasan tentang moralitas yang dikembangkan menjadi sepuluh jalan perbuatan baik (daśa kuśala karmapatha), berbeda dengan versi lain yang hanya mengenaï lima śīla (versi EĀ sebaliknya tidak memberikan pembahasan apa pun). Bagian tersebut barangkali merupakan interpolasi penerjemah seperti yang sering dilakukan dalam terjemahan-terjemahan dini sūtra-sūtra ke bahasa Cina.

Ekottara Agama






《佛說戒德香經》
Sūtra tentang Keharuman dari Kebajikan Moralitas
(T. № 116)






東晉 天竺三藏竺曇無蘭 譯
Diterjemahkan oleh Tripiṭakācārya T’an-mo-lan dari India
pada masa dinasti Tsin Timur






聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar:



一時,佛遊舍衛國,祇樹給孤獨園。
Pada suatu ketika Buddha berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada.



時,賢者阿難閑居獨思:「世有三香:一曰、根香,二曰、枝香,三曰、華香。是三品香,唯隨風香,不能逆風。寧有雅香,隨風逆風者乎?」
Tatkala itu Bhadanta Ānanda berdiam di tempat yang sunyi dan merenung sendiri: “Di dunia terdapatlah tiga wewangian: (1) wewangian dari akar-akaran, (2) wewangian dari ranting kayu, (3) wewangian dari bunga-bungaan. Ketiga jenis wewangian ini hanya dapat mengikuti arah angin dan tak dapat melawan arah angin. Sungguhkah ada keharuman luhur yang mengikuti arah angin sekaligus melawan arah angin?”



賢者阿難獨處思惟,於義所歸,不知所趣,即從坐起,往詣佛所,稽首足下,前白佛言:「我獨處思惟:『世有三香:一曰、根香,二曰、枝香,三曰、華香。此三品香,唯能隨風,不能逆風。寧有雅香,隨風逆風者乎?』」
Saat seorang diri Bhadanta Ānanda merenung, tanpa mengetahui ke mana maknanya mengarah, maka bangkitlah ia dari tempat duduknya, lalu pergi menuju ke tempat Sang Buddha, bernamaskāra di bawah kaki Beliau¹, dan berkata di hadapan-Nya: “Saat seorang diri saya merenung: ‘Di dunia terdapatlah tiga wewangian: (1) wewangian dari akar-akaran, (2) wewangian dari ranting kayu, (3) wewangian dari bunga-bungaan. Ketiga jenis wewangian ini hanya dapat mengikuti arah angin dan tak dapat melawan arah angin. Sungguhkah ada keharuman luhur yang mengikuti arah angin sekaligus melawan arah angin?’ ”



佛告阿難:「善哉!善哉!誠如汝問,有香真正,隨風逆風。
Buddha bersabda kepada Ānanda: “Bagus! bagus! Sesungguhnyalah sebagaimana pertanyaanmu; terdapat keharuman sejati, yang mengikuti arah angin sekaligus melawan arah angin.”



阿難白佛:「願聞其意。」
Ānanda berkata kepada Buddha: “Kiranya kami dapat mendengar maksudnya².”



佛言:「若於郡國、縣邑、村落,有善男子、善女人,修行十善:身不殺、盜、淫,口不妄言、兩舌、惡口、綺語,意不嫉妒、恚、癡;孝順父母,奉事三寶;仁慈道德,威儀禮節;
Buddha bersabda: “Jikalau dalam sebuah negeri, dalam sebuah kota, dalam sebuah desa terdapat putra atau putri berbudi yang
  • berlatih melaksanakan sepuluh kebaikan (daśakuśala) —
     melalui jasmaninya ia tidak melakukan
     pembunuhan (prāṇātipāta),
     pencurian (adattādāna),
     tindakan asusila (kāma mithyācāra);
    melalui ucapannya ia tidak melakukan
     kedustaan (mr̥ṣāvāda),
     adu-domba (paiśunya vācā),
     perkataan kasar (pāruṣyavācā),
     omong-kosong (saṃbhinna pralāpa);
    melalui pikirannya ia tidak melakukan
     iri hati (abhidhyā),
     kedengkian (vyāpāda), dan
     kebodohan (mithyā dr̥ṣṭi)³
  • berbakti dan taat kepada ayah-ibunya;
  • menjunjung dan melayani Triratna;
  • bercinta-kasih dan mengembangkan kebajikan;
  • menjalankan etiket dan tatakrama;

東方無數沙門、梵志,歌頌其德。
maka para śramaṇa dan brāhmaṇa yang tak terhitung di sebelah timur akan memuji kebajikannya.

南、西、北方,四維、上、下,沙門、梵志,咸歌其德:
Para śramaṇa dan brāhmaṇa di sebelah selatan, barat, dan utara, di empat arah di antaranya, di sebelah atas dan bawah, semuanya akan memuji kebajikannya:

『某郡國土、縣邑、村落,有善男子、善女人,奉行十善,敬事三寶,孝順仁慈,道德恩義,不失禮節!』
‘Di negeri anu, di kota anu, di desa anu terdapat putra atau putri berbudi yang menjunjung dan melaksanakan sepuluh kebaikan; menghormati dan melayani Triratna; berbakti, taat, dan bercinta-kasih; mengembangkan kebajikan dan bermurah-hati dengan adil; tidak melalaikan tatakrama!’

是香名曰隨風逆風,靡不周照。十方宣德,一切蒙賴。」
Keharuman semacam inilah yang disebut mengikuti arah angin sekaligus melawan arah angin, tiada yang tidak diliputinya. Di sepuluh penjuru kebajikannya akan tersiar; semua mendapatkan manfaat daripadanya.”



佛時頌曰:
Pada saat itu Buddha mengucapkan gāthā berikut:

「雖有美香花  不能逆風熏
 不息名栴檀  眾雨一切香
 志性能和雅  爾乃逆風香
 正士名丈夫  普熏于十方
 木蜜及栴檀  青蓮諸雨香
 一切此眾香  戒香最無上
 是等清淨戒  所行無放逸
 不知魔徑路  不見所歸趣
 此道至永安  此道最無上
 所獲斷穢源  降伏絕魔網
 用上佛道堂  昇無窮之慧
 以此宣維義  除去一切弊」

“Bunga yang wangi, walaupun memiliki kecantikan,
tidak dapat mengharumkan berlawanan arah angin.
[Begitu pula dengan] kayu cendana yang kemasyhurannya tak tertandingi,
tanaman vārṣika, atau segala keharuman lainnya.

Tetapi, ia yang berpendirian teguh dan berkelakuan luhur,
keharumannya akan melawan arah angin.
Harumnya nama seorang manusia bajik (satpuruṣa)
akan tersebar sampai ke sepuluh penjuru.

Bunga tagara dan kayu cendana,
teratai biru dan aneka tanaman vārṣika
di antara berbagai jenis keharuman ini,
keharuman moralitaslah yang tertinggi.

Mereka yang yang murni moralitasnya,
yang berkelana tanpa kelengahan,
yang tidak mengenal jalan Māra,
maka takkan ditemukan ke mana mereka akan pergi.

Inilah Jalan yang tenteram nan abadi;
inilah Jalan yang tertinggi.
Mereka yang memperolehnya akan memotong sumber noda,
menaklukkan dan memutuskan jaring Māra.

Berkat hidup sesuai Jalan Kebuddhaan ini,
kebijaksanaan akan meningkat tanpa kekurangan.
Dengan menyiarkan dan mempertahankan maknanya,
segala kecelaan akan tersingkirkan.”



佛告阿難:「是香所布,不礙須彌、山、川、天、地;不礙四種,地、水、火、風;通達八極,上下亦然。無窮之界,咸歌其德。
Buddha bersabda kepada Ānanda: “Di manapun tersebarnya, keharuman demikian takkan terhalangi oleh Sumeru, gunung-gunung, sungai-sungai, langit, dan bumi; takkan terhalangi oleh keempat unsur: tanah, air, api, dan angin; akan menembus ke delapan penjuru, demikian pula ke atas dan ke bawah. Di segenap alam, tanpa terkecuali, kebajikannya akan terpuji.

一身不殺生,世世長壽,其命無橫。
Apabila selama hayat dikandung badan seseorang tidak membunuh makhluk hidup, maka dari kelahiran ke kelahiran ia akan berusia panjang dan bebas dari kematian tidak wajar.

不盜竊者,世世富饒。又不忘遺財寶,常存施為道根。
Apabila seseorang tidak mencuri, maka dari kelahiran ke kelahiran ia akan bergelimang kekayaan. Ia juga takkan lupa menyisihkan hartanya, senantiasa memberikan derma sebagai akar menuju Pencerahan.

不淫泆者,不犯他妻,所在化生蓮華之中。
Apabila seseorang tidak melakukan tindakan asusila, tidak berzinah dengan istri orang lain, maka di mana pun ia berada, ia akan terlahir secara spontan (upapāduka) dalam sekuntum teratai.

不妄言者,口氣香好,言輒信之。
Apabila seseorang tidak berdusta, maka mulutnya akan berbau harum, apa yang dikatakannya akan selalu dipercaya.

不兩舌者,家常和合,無有別離。
Apabila seseorang tidak mengadu-domba, maka keluarganya akan senantiasa harmonis dan tiada perpecahan.

不惡口者,其舌常好,言辭辯通。
Apabila seseorang tidak berkata kasar, maka lidahnya akan senantiasa pétah, ucapannya akan fasih dan lancar.

不綺語者,人聞其言,莫不諮受,宣用為珍。
Apabila seseorang tidak mengomong-kosong, maka sewaktu orang mendengar nasihatnya, tiada yang tidak menerimanya, menyiarkan atau menerapkannya sebagai kata-kata mutiara.

不嫉妒者,世世所生,眾人所敬。
Apabila seseorang tidak mengiri, maka dari kelahiran ke kelahiran semua orang akan menghormatinya.

不瞋恚者,世世端正,人見歡喜。
Apabila seseorang tidak mendengki, maka dari kelahiran ke kelahiran ia akan menjadi rupawan, dan orang-orang akan senang memandangnya.

除愚癡者,所生智慧,靡不諮請。捨于邪見,常住正道。
Apabila seseorang menyingkirkan kebodohan, maka ia akan selalu terlahir bijaksana, dan tiada yang tidak meminta nasihatnya. Ia akan terbebas dari pandangan sesat dan senantiasa berdiam di Jalan yang benar.

從行所得,各自然生。故當棄邪,從其真妙!」
Sesuai dengan yang dilaksanakan, apa yang akan diperoleh masing-masing timbul secara alamiah. Oleh sebab itu, tinggalkanlah kesesatan dan turutilah kebenaran yang luhur!”



佛說如是。時,諸比丘聞之歡喜,作禮而去。
Demikianlah sabda Sang Buddha. Pada saat para bhikṣu mendengarnya, mereka merasa amat bergembira, kemudian memberi hormat dan pergi.






《佛說戒德香經》
Akhir dari Sūtra tentang Keharuman dari Kebajikan Moralitas






CATATAN:

¹ Beberapa edisi Tripiṭaka menambahkan di sini 叉手 berañjali atau 長跪叉手 berlutut dan berañjali.

² Bacaan Tripiṭaka edisi Korea: 願聞其香 kiranya kami dapat mencium keharuman tersebut.

³ Tiga karma pikiran — abhidhyā, vyāpāda, dan mithyā dr̥ṣṭi — dalam bahasa Cina seringkali diterjemahkan secara sederhana menjadi 貪 ‘keserakahan’, 瞋 ‘kebencian’, dan 癡 ‘kebodohan’.
Abhidhyā adalah keinginan secara tamak atas sesuatu lagi dan lagi. Terjemahannya sebagai 貪, meski tidak sepenuhnya salah, menimbulkan kerancuan dengan lobha atau rāga. Dalam teks kita di sini abhidhyā ditafsirkan secara bebas sebagai 嫉妒 ‘iri hati’.
Vyāpāda, yang lebih berarti ‘niat jahat’, adalah kedengkian yang berlebihan karena dendam, cemburu, dsb. Terjemahannya sebagai 瞋 (pada teks kita 瞋恚) juga menimbulkan kerancuan dengan dveṣa.
Mithyā dr̥ṣṭi, bagaimana pun, berarti ‘pandangan sesat’. 癡 (pada teks kita 愚癡) sungguh menimbulkan kerancuan dengan moha. Terjemahan yang lebih tepat dalam bahasa Cina seharusnya adalah 邪見.

Vārṣika dapat berarti ‘sejenis melati hutan’ atau ‘berbagai tanaman yang menghasilkan gubal gaharu’. Tampaknya arti terakhirlah yang lebih dimaksudkan di sini. Baris terakhir bait 1 boleh juga diterjemahkan: vārṣika, atau segala dedupaan lainnya. Juga baris kedua bait 3: teratai biru dan aneka dedupaan vārṣika.

⁵ Bandingkan bait ini dengan Udānavarga Sanskerta 6:20:
Eṣa kṣemagamo mārga
eṣa mārgo viśuddhaye /

pratipannakāḥ prahāsyanti
dhyāyino mārabandhanam //

⁶ Yakni: kematian sebelum waktunya (akālamr̥tyu).

Senin, 16 September 2013

Petikan dari Kitab Pepatah Dharma (Dharmapada)

Dromtonpa
  1. 奇草芳花  不逆風熏
    近道敷開  德人遍香

    Harumnya tumbuhan eksotis dan bunga yang wangi
    tidak dapat melawan arah angin.
    Tetapi, harumnya orang yang berkebajikan,
    yang dekat dengan mekarnya Pencerahan, menyebar
    [ke mana-mana].

  2. 旃檀多香  青蓮芳花
    雖曰是真  不如戒香

    Kayu cendana dan aneka dupa,
    teratai biru dan bebungaan wangi,
    meskipun dikatakan benar-benar [harum],
    tidaklah menyamaï keharuman śīla.

  3. 華香氣微  不可謂真
    持戒之香  到天殊勝

    Harumnya bunga tidaklah seberapa,
    dan bukan merupakan [keharuman] yang sejati.
    Tetapi, harumnya mereka yang memegang śīla
    unggul tersebar hingga ke surga.

  4. 戒具成就  行無放逸
    定意度脫  長離魔道

    Mereka yang śīlanya sempurna,
    yang berkelana tanpa kelengahan,
    dengan pikiran terkonsentrasi telah terbebaskan,
    maka jauhlah mereka selalu dari jalan Māra.

—— Kitab Pepatah Dharma bab XII, “Keharuman Bunga”
《法句經·華香品第十二》
(T. vol. 4, № 210 hlm. 563b)


Mengenaï sejarah Kitab Pepatah Dharma lihat di sini.

Minggu, 01 September 2013

Vaibhāṣika vs Sautrāntika

Mahānāma Sūtra (nama lainnya: Upāsaka Sūtra 《優婆塞經》), yang berpadanan dengan SN LV.4: 37 dan AN VIII.3: 5, memberikan definisi dari upāsaka sbb.:
 
佛告摩訶男:「優婆塞者,在家清白:『乃至盡壽,歸依三寶,為優婆塞。證知我!』」
Buddha bersabda kepada Mahānāma: “Upāsaka adalah seorang umat awam yang dengan jernih mengucapkan: ‘Hingga akhir hayatku, aku berlindung kepada Triratna sebagai upāsaka. Jadilah saksiku, [ya Bhadanta]!’ ”

—— Saṃyukta Āgama 《雜阿含經》, sutrā ke-929
(T. vol. 2, № 99 hlm. 237a)

Versi lain dari sūtra yang sama terdapat dalam koleksi saṃyukta lain dalam Tripiṭaka Tionghoa:
 
佛告釋摩男:「在家白衣,歸依三寶。以是義故,名優婆塞。汝即其人。」
Buddha bersabda kepada Śākya Mahānāma: “Umat awam berjubah putih yang berlindung kepada Triratna — inilah pengertian dari upāsaka. Engkau adalah salah satunya.”

—— Pieh-i Tsa a-han ching 《別譯雜阿含經》, sutrā ke-152
(T. vol. 2, № 100 hlm. 431b)




Dari kutipan sūtra di atas (atau varian bacaannya) timbullah perbedaan penafsiran apakah seseorang cukup menerima Tiga Perlindungan saja ataukah harus ditambah Lima Śīla untuk dapat dinamakan upāsaka. Perbedaan penafsiran yang terjadi sejak lama antara Vaibhāṣika–Sautrāntika, misalnya, tercatat dalam jilid 124 komentar besar abhidharma Sarvāstivādin, Abhidharma Mahāvibhāṣā 《阿毘達磨大毘婆沙論》 (T. vol. 27, № 1545 hlm. 645c).

Kaum Vaibhāṣika berpendapat bahwa tidak ada upāsaka yang hanya menerima Tiga Perlindungan saja atau menerima Tiga Perlindungan dan beberapa śīla saja (tidak lengkap lima). Selain itu, menurut Vaibhāṣika substansi Śīla sudah terbentuk saat seseorang selesai mengucapkan Tiga Perlindungan. Pengucapan langkah latihan (śikṣāpada, yakni “saya mengambil langkah latihan untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup”, “saya mengambil langkah latihan untuk menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan”, dst.) hanya merupakan penegasan agar bentuk-bentuk disiplin yang diambil diketahui.

Tradisi sekolah Vinaya yang berlaku di Cina mengadopsi pemahaman Vaibhāṣika ini untuk menjelaskan momen di mana substansi Śīla terbentuk. Akan tetapi, Sekolah Vinaya di Cina juga sepaham dengan Sautrāntika bahwa pemberian Tiga Perlindungan saja atau pemberian śīla yang tidak lengkap kepada umat awam adalah boleh karena memang dengan jelas dinyatakan dalam Mahānāma Sūtra dan, terutama, dalam teks Upāsaka-śīla Sūtra yang telah dikutip sebelumnya.

Akhirnya marilah kita simak perbedaan pendapat yang tercatat dalam Mahāvibhāṣā:
 
 
———————————————————————————————
PERTANYAAN DARI VAIBHĀṢIKA KEPADA (PROTO-)SAUTRĀNTIKA
———————————————————————————————

健馱羅國諸論師言:「唯受三歸,及律儀缺減,悉成近事。」
Guru-guru śāstra dari Gandhara mengatakan: “Hanya menerima Tiga Perlindungan saja, dan tidak mengambil disiplin (saṃvara) sama sekali atau mengambil tidak lengkap — semuanya dinamakan upāsaka.”

問:若唯受三歸成近事者,契經文句,寧非無義?經說近事受律儀時,於戒師前作如是說:「我某甲歸佛法僧。願尊憶持!我是近事。我從今者,乃至命終,於其中間,護生歸淨。」
Tanya: Jika hanya menerima Tiga Perlindungan saja menjadikan seseorang upāsaka, bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa kalimat di dalam sūtra berikut bukanlah tanpa arti? Di dalam sūtra dikatakan: ketika seorang upāsaka menerima disiplin, di hadapan guru pembimbingnya ia berkata demikian, “Saya N. berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Saṅgha. Kiranya Bhadanta memperhatikan dan memegang [pernyataan ini]! Saya adalah seorang upāsaka. Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, selama itu saya menjaga kehidupan (prāṇopeta) dan pergi berlindung dengan kemurnian¹.”

答:彼由此表但得三歸,名為近事,而未得律儀。後說學處,方得律儀。然彼文句,非為無義。由後自誓,令前三歸得堅牢故。若不護生,歸非淨故。
Jawab: Di sini maksudnya: hanya memperoleh Tiga Perlindungan saja sudah disebut upāsaka, walau belum memperoleh disiplin. Jika ia kemudian mengucapkan langkah latihan (śikṣāpada), barulah ia memperoleh disiplin. Kalimat dalam sūtra di atas memang bukan tanpa arti. Komitmennya di akhir memperkokoh Tiga Perlindungan yang diambil sebelumnya. Karena jika ia tidak menjaga kehidupan, ia pergi berlindung dengan tidak murni².

問:若缺減律儀成近事者,便為善順一分等言。所以者何?若受一,名一分;受二,名少分;受三、受四,名多分;具受五,名滿分故。云何不有律儀缺減勤策、苾芻等耶?
Tanya: Jika tanpa disiplin sama sekali atau disiplin tidak lengkap menjadikan seseorang upāsaka, maka akan bersesuaian dengan istilah “pelaksana satu-bagian” dsb. Mengapa demikian? Karena jika ia hanya menerima satu [bagian disiplin], ia disebut pelaksana satu-bagian (ekadeśakārin); jika ia menerima dua, ia disebut pelaksana sedikit-bagian (pradeśakārin); jika ia menerima tiga atau empat, ia disebut pelaksana banyak-bagian (yadbhūyaskārin); jika ia menerima lengkap kelimanya, ia disebut pelaksana sepenuh-bagian (paripūrṇakārin). Akan tetapi, mengapa tidak ada śrāmaṇera atau bhikṣu yang tanpa disiplin sama sekali atau disiplinnya tidak lengkap? [Yakni, tidak ada, misalnya, śrāmaṇera yang hanya mengambil dua atau tiga śīla saja, tetapi harus lengkap sepuluh śīla.]

答:佛觀所化,機宜不同。授與律儀,亦不一種。如諸近事不樂捨家。為攝引故,佛隨其意,於五學處,多少受得。故彼律儀有缺減受。苾芻、勤策意樂捨家。為安立故,制具律儀,具受乃得。故彼律儀無缺減受。以是世尊內眷屬故。
Jawab: Buddha mengamati bahwa makhluk-makhluk yang diajar-Nya memiliki kapasitas yang tidak sama. Maka dalam memberikan disiplin, juga bukan hanya satu jenis. Misalnya, para upāsaka yang tidak bergemar meninggalkan kehidupan rumah-tangga. Untuk merangkul dan menarik mereka, Buddha mengikuti pikiran mereka: dalam menerima kelima langkah latihan, mereka boleh memperoleh berapa pun. Oleh sebab itu, terdapat mereka yang tanpa disiplin sama sekali atau menerima disiplin tidak lengkap.
Para bhikṣu dan śrāmaṇera pikirannya bergemar meninggalkan kehidupan rumah-tangga. Demi membangun mereka, ditetapkanlah disiplin lengkap dan harus diterima seluruhnya barulah mereka memperolehnya. Oleh sebab itu, tidak terdapat mereka yang tanpa disiplin sama sekali atau menerima disiplin tidak lengkap karena mereka merupakan anggota keluarga (parivāra) Bhagavan.
 
 
———————————————————————————————
PERTANYAAN DARI (PROTO-)SAUTRĀNTIKA KEPADA VAIBHĀṢIKA
———————————————————————————————

迦濕彌羅國諸論師言:「無有唯受三歸,及缺減律儀,名為近事。」
Guru-guru śāstra dari Kāśmīra mengatakan: “Bukan dengan menerima Tiga Perlindungan saja, dan tanpa mengambil/mengambil tidak lengkap disiplin (saṃvara), seseorang dinamakan upāsaka.”

問:若爾,契經寧非無義?如說:「我某甲歸佛、法、僧,乃至廣說。」
Tanya: Jika demikian, bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa kalimat di dalam sūtra bukanlah tanpa arti? Seperti yang disebutkan di atas, “Saya N. berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Saṅgha dst.”

答:彼由此表既得三歸,亦得律儀,故成近事。
Jawab: Di sini maksudnya: seketika ia memperoleh Tiga Perlindungan, ia juga sekaligus memperoleh disiplin; maka ia menjadi upāsaka.

問:此唯自誓離於殺生。云何由此,具得五種?
Tanya: Ini hanya komitmennya sendiri untuk meninggalkan pembunuhan makhluk hidup. Bagaimanakah dari sini ia memperoleh lengkap lima jenis?

答:由此自誓離殺為依,五種律儀亦俱時得。五學處中,彼為勝故。以受戒者,為不損生。於損生中,殺為上首。故以離殺為五所依。
又護生言,非唯離殺,謂不損惱一切有情。彼自誓言:「我從今者,乃至命盡,於諸有情,不害其命、不盜其物、不侵其妻、不行虛誑。為護前四,亦不飲酒。」故護生言,非唯離殺。
然有別誦言捨生者。此言意說捨殺生等。略去等,但說捨生。又捨生言,顯於生類,捨損惱事,即五律儀,皆為遮防損生事故。由此自誓,方得律儀。故彼契經非為無義。
Jawab: Dari komitmennya sendiri untuk meninggalkan pembunuhan, lima jenis [bagian] disiplin diperoleh lengkap dalam seketika karena, di antara kelima langkah latihan (śikṣāpada), itulah yang terutama. Menerima śīla adalah demi tidak menyakiti mahkluk hidup. Di antara segala bentuk menyakiti makhluk hidup, membunuh merupakan yang terutama. Oleh sebab itu, meninggalkan pembunuhan menjadi tumpuan kelima [bagian disiplin].
Selain itu, menjaga kehidupan (prāṇopeta) bukan hanya berarti meninggalkan pembunuhan, tetapi juga tidak menyebabkan gangguan pada semua makhluk. Maka ia [sebenarnya] berkomitmen sendiri, “Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, terhadap semua makhluk, aku tidak akan mencelakaï hidupnya, tidak akan mencuri miliknya, tidak akan berzinah dengan istrinya, tidak akan mendustaïnya. Demi menjaga keempat hal ini, aku juga tidak akan meminum minuman keras.” Oleh sebab itu, menjaga kehidupan bukan hanya berarti meninggalkan pembunuhan.
Di samping itu, ada juga varian bacaan “melepas kehidupan” (prāṇāpeta). [Yakni, varian untuk klausa sūtra di atas, “selama itu saya menjaga kehidupan ...” — klausa tambahan ini ataupun varian bacaannya tidak terdapat pada Mahānāma Sūtra dalam koleksi-koleksi saṃyukta Tionghoa.]³ Maksudnya adalah “melepas pembunuhan kehidupan” (prāṇātipātāpeta). “Pembunuhan” disingkat di sini dan hanya diucapkan “melepas kehidupan”. Melepas kehidupan berarti: terhadap segala yang berkehidupan, ia melepas segala bentuk gangguan. Kelima [bagian] disiplin semuanya adalah demi mencegah menyakiti mahkluk hidup. Dari komitmennya sendiri ini, maka ia memperoleh disiplin. Oleh sebab itu, kalimat di dalam sūtra ini bukanlah tanpa arti.

問:若唯自誓便得律儀,何故復說五種學處?
Tanya: Jika hanya berkomitmen sendiri disiplin diperoleh, mengapakah lima langkah latihan diucapkan lagi?

答:雖由自誓已得律儀,而未了知彼差別相。欲令知故,說五學處。故彼所說,皆非無義。
Jawab: Meskipun dari komitmennya sendiri seseorang telah memperoleh disiplin, namun bentuk-bentuk disiplinnya belum diketahui. Untuk membuatnya diketahui, maka lima langkah latihan diucapkan. Oleh sebab itu, [lima langkah latihan] yang diucapkannya, bukanlah tanpa arti.

問:若爾,何故說有一分等鄔波索迦耶?
Tanya: Jika demikian, lantas mengapakah ada yang disebut upāsaka “pelaksana satu-bagian” dsb.?

答:此說持位,非說受位。謂於五中,持一不持四,名一分;持二不持三,名少分;持三持四,名多分;具持五,名滿分。
Jawab: Ini menyatakan pokok-pokok yang sanggup dipegangnya, bukan pokok-pokok yang diterimanya. Di antara lima [bagian disiplin], jika ia memegang satu dan tidak memegang empat, ia disebut pelaksana satu-bagian; jika ia memegang dua dan tidak memegang tiga, ia disebut pelaksana sedikit-bagian; jika ia memegang tiga atau empat, ia disebut pelaksana banyak-bagian; jika ia memegang lengkap lima, ia disebut pelaksana sepenuh-bagian.






CATATAN:

¹ Kalimat ini memiliki nuansa dalam penafsiran. Teks Cinanya tampaknya sengaja diterjemahkan demikian, mengikuti sudut pandang Vaibhāṣika. Pemahaman Sautrāntika atas kalimat ini mungkin berbeda.
Selama itu saya menjaga kehidupan — Atau bisa juga berarti ‘selama saya memiliki kehidupan’, yakni seumur hidup si pemohon.
Dengan kemurnian — Skt. abhi-prasanna. Dalam teks-teks Buddhis prasanna/prasāda memang memiliki makna ‘kegembiraan’, ‘kebajikan’, ‘kemurnian’, atau ‘keyakinan’ (lihat sebuah sūtra dalam Ekottara Āgama yang membahas istilah yang berkaitan, agra-prasāda); sehingga frase ini bisa juga berarti ‘dengan penuh keyakinan’.
Keseluruhan kalimat dapat dimengerti sebagai: Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, selama saya memiliki kehidupan, saya pergi berlindung dengan penuh keyakinan.

² Maksud Sautrāntika mungkin: Karena jika tidak selama ia memiliki kehidupan (= jika tidak seumur hidupnya), ia pergi berlindung bukan dengan penuh keyakinan.

³ Teks Pāli SN LV.4: 37 dan AN VIII.3: 5 pun — seperti dalam koleksi-koleksi saṃyukta Tionghoa — juga tidak memuatnya. Kaum Vaibhāṣika sepertinya salah mengutip sumber. Pendapat bahwa terdapat suatu versi Mahānāma Sūtra dengan klausa tambahan tersebut disanggah oleh kaum Sautrāntika (lihat Abhidharmakośa Bhāṣya bab IV: 31).

Pada umumnya Mahānāma Sūtra hanya berbunyi sbb.:

“Yataśca, Mahānāma, gr̥hī avadātavasanaḥ puruṣaḥ puruṣendriyeṇa samanvāgato buddhaṃ śaraṇaṃ gacchati, dharmaṃ saṃghaṃ śaraṇaṃ gacchati, vācaṃ ca bhāṣate: ‘Upāsakaṃ ca māṃ dharaya’ — iyatā upāsako bhavati.”
(Padanan Pālinya: “Yato kho, Mahānāma, buddhaṃ saraṇaṃ gato hoti, dhammaṃ saraṇaṃ gato hoti, saṅghaṃ saraṇaṃ gato hoti — ettāvatā kho, Mahānāma, upāsako hoti.”)
dan tidak memiliki klausa tambahan dengan prāṇopeta. (Kaum Vaibhāṣika bahkan lebih jauh mengatakan bahwa pada salinan Mahānāma Sūtra tertentu terbaca prāṇāpeta sebagai varian.)

Walau demikian, Pernyataan sebagai Upāsaka dengan rumusan klisé prāṇopeta sesungguhnya dapat dijumpaï dalam banyak sūtra lain, dan umumnya berbunyi:

“Eṣo ‘haṃ bhagavantam buddhaṃ śaraṇaṃ gacchāmi, dharmaṃ ca bhikṣusaṃghaṃ ca. Upāsakaṃ ca māṃ dhāraya adyāgreṇa yāvajjīvaṃ prāṇopetaṃ śaraṇaṃ gatam abhiprasannam.”
(Padanan Pālinya dapat dijumpaï, misalnya, di akhir Sigālovāda Sutta yang terkenal: “Esāhaṃ, Bhante, bhagavantaṃ saraṇaṃ gacchāmi, dhammañ ca bhikkhusaṅghañ ca. Upāsakaṃ maṃ, Bhagavā, dhāretu ajjatagge pāṇupetaṃ saraṇaṃ gatanti.”)
Rumusan di atas biasanya dimengerti sebagai: “Saya berlindung kepada Bhagavan, sang Buddha; serta kepada Dharma dan Bhikṣu-saṅgha. Peganglah [pernyataan ini] bahwa saya adalah upāsaka yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, seumur hidup pergi berlindung dengan penuh keyakinan.”

⁴ Jadi, dalam pemahaman kaum Vaibhāṣika, yang disebut ekadeśakārin, pradeśakārin, dan yadbhūyaskārin semuanya telah menerima lima śīla lengkap. Yang membedakan mereka adalah: masing-masing hanya ketat dalam memegang satu (atau beberapa) śīla tertentu, sementara śīla-śīla lainnya lebih banyak mereka langgar.

Rabu, 21 Agustus 2013

SIAPAKAH SEORANG UPĀSAKA/UPĀSIKĀ?


優婆塞者,不止在三歸,更加五戒,始得名為優婆塞也。
Yang disebut upāsaka tidak terhenti sampai Tiga Perlindungan saja, tetapi ditambah lagi dengan Lima Śīla, barulah dapat dinamakan upāsaka.

Vinaya Mātr̥kā 《毘尼母經》 jilid 1
(T. vol. 24, № 1463 hlm. 802b)



Umat Buddhis awam disebut upāsaka (Cn. yu-p’o-sê 優婆塞 atau wu-po-so-chia 烏波索迦), yang ditafsirkan sebagai ‘ia yang duduk dekat untuk melayani (upāsana) Triratna’ (Cn. chin-shih-nan 近事男). Pada terjemahan lama kata upāsaka juga diartikan ch’ing-hsin-shih 淸信士 ‘ia yang berkeyakinan jernih’.

Ada perbedaan pendapat apakah seseorang menerima Tiga Perlindungan saja atau harus ditambah Lima Śīla untuk dapat disebut upāsaka, seperti tercatat dalam jilid 124 dari komentar besar abhidharma Sarvāstivādin, Abhidharma Mahāvibhāṣā 《阿毘達磨大毘婆沙論》 (T. vol. 27, № 1545 hlm. 645c):
 
健馱羅國諸論師言:「唯受三歸,及律儀缺減,悉成近事。」
Guru-guru śāstra dari Gandhara mengatakan: “Hanya menerima Tiga Perlindungan saja, dan tidak mengambil disiplin (saṃvara) sama sekali atau mengambil tidak lengkap — semuanya dinamakan upāsaka.”

……

迦濕彌羅國諸論師言:「無有唯受三歸,及缺減律儀,名為近事。」
Guru-guru śāstra dari Kāśmīra mengatakan: “Bukan dengan menerima Tiga Perlindungan saja, dan tanpa mengambil/mengambil tidak lengkap disiplin (saṃvara), seseorang dinamakan upāsaka.”
 
 
Sungguhkah tidak ada penerimaan Triśaraṇa saja (yakni: fan-hsieh san-kui 翻邪三) tanpa mengambil Lima Śīla?

Beberapa sūtra yang menceritakan riwayat hidup Buddha, antara lain Hsiu-hsing pên-ch’i ching 《修行本起經》 (T. vol. 3, № 184 hlm. 472b) dan Fo pên-hsing chi ching 《佛本行集經》 (T. vol. 3, № 190 hlm. 802b), menyatakan bahwa sejak awal pengikut-pengikut pertama Buddha seperti Trapuṣa dan Bhallika, di samping mengucapkan Tiga Perlindungan, juga mengambil Lima Śīla.

Akan tetapi, menurut “Śīla-samādāna Skandhaka” dari Dharmaguptaka Vinaya dan Mahīśāsaka Vinaya (lihat di sini), Trapuṣa dan Bhallika serta beberapa pengikut pertama hanya menerima Perlindungan (dalam Dua Pernyataan). Orang pertama yang diketahui secara pasti mengambil Lima Śīla selain Perlindungan (dalam Tiga Pernyataan) adalah ayah dari Yaśa(ka), bhikṣu keenam (T. vol. 22, hlm. 789c dan 105b).

Mahāsāṅghika Vinaya 《摩訶僧祇律》 jilid 9 (T. vol. 22, № 1425 hlm. 306a) membagi:

優婆塞者:三歸、一分行、少分行、多分行、滿分行。隨順行此法,是名優婆塞。
Upāsaka terdiri atas: [yang hanya menerima] Tiga Perlindungan, pelaksana satu-bagian [dari Lima Śīla], pelaksana sedikit-bagian, pelaksana banyak-bagian, pelaksana penuh. Ia yang melaksanakan [salah satu dari] dharma ini sesuai situasi, dinamakan upāsaka.
 
Upāsaka Śīla Sūtra 《優婆塞戒經(T. vol. 24, № 1488 hlm. 1049a) akhirnya menyatakan:

爾時,智者次應為說三歸依法。第二、第三亦如是說。受三歸已,名優婆塞。
Pada saat itu [guru] yang bijak selanjutnya harus mengajarkan Tiga Perlindungan. Untuk kedua kali dan ketiga kali ia harus mengulangkannya. Setelah menerima Tiga Perlindungan, maka [pemohon tersebut] disebut upāsaka. 

爾時,智者復應語言:『善男子。諦聽!諦聽!如來、正覺說優婆塞戒,或有一分、或有半分、或有無分、或有多分、或有滿分。
Pada saat itu [guru] yang bijak lalu harus berkata: ‘Putra yang berbudi, dengarlah baik-baik! Tathāgata, Yang Tercerahkan Sempurna, telah membagi pelaksanaan Upāsaka Śīla, yaïtu: satu-bagian, separuh-bagian, tanpa-bagian, banyak-bagian, dan sepenuh-bagian.

『若優婆塞受三歸已,不受五戒,是名優婆塞。
‘Jika seorang upāsaka telah menerima Tiga Perlindungan, namun tidak menerima Lima Śīla, maka ia dinamakan upāsaka [saja].

『若受三歸,受持一戒,是名一分。
‘Jika setelah menerima Tiga Perlindungan, ia menerima dan memegang satu śīla, maka ia disebut pelaksana satu-bagian (ekadeśakārin).

『受三歸已,受持二戒,是名少分。
‘Jika setelah menerima Tiga Perlindungan, ia menerima dan memegang dua śīla, maka ia disebut pelaksana sedikit-bagian (pradeśakārin).

『若受三歸,持二戒已,若破一戒,是名無分。
‘Setelah menerima Tiga Perlindungan dan memegang dua śīla, jika ia merusakkan satu śīla saja, maka ia menjadi tanpa-bagian.

『若受三歸,受持三四戒,是名多分。
‘Jika setelah menerima Tiga Perlindungan, ia menerima dan memegang tiga atau empat śīla, maka ia disebut pelaksana banyak-bagian (yadbhūyaskārin).

『若受三歸,受持五戒,是名滿分。
‘Jika setelah menerima Tiga Perlindungan, ia menerima dan memegang lima śīla, maka ia disebut pelaksana sepenuh-bagian (paripūrṇakārin).

『汝今欲作一分優婆塞?作滿分耶?』
‘Kini engkau hendak menjadi upāsaka pelaksana satu-bagian, …, ataukah pelaksana sepenuh-bagian?’

若隨意說,爾時智者當隨意授。
Jika [pemohon] telah menyatakan sesuai keinginannya, maka pada saat itu [guru] yang bijak haruslah memberikan sesuai keinginannya itu.
 

Sabtu, 17 Agustus 2013

Keutamaan Berlindung pada Triratna



如昔有一鴿為鷹所追,入舍利弗影,戰懼不安。移入佛影,泰然不怖。
Seperti dahulu terdapat seekor merpati yang dikejar elang dan bernaung di bawah bayangan Śāriputra, namun tetap merasa gentar dan tidak tenteram. Ketika ia berpindah memasuki bayangan Buddha, ia pun merasa sentosa dan tidak takut lagi.

大海可移,此鴿不動。所以爾者?
Samudra besar bahkan dapat dipindahkan, akan tetapi merpati ini tidak tergoyahkan. Mengapakah demikian?

佛有大慈大悲,舍利弗無大慈大悲。佛習氣盡,舍利弗習氣未盡。佛三阿僧祇劫修菩薩行,舍利弗六十劫中修習苦行。以是因緣,鴿入舍利弗影中,猶有怖畏。
Buddha memiliki mahāmaitrī dan mahākaruṇā, sedangkan Śāriputra tidak memiliki mahāmaitrī dan mahākaruṇā. Buddha telah menghentikan energi-kebiasaan (vāsanā), sedangkan Śāriputra energi-kebiasaannya belum terhenti. Buddha berlatih praktik kebodhisattvaan selama tiga asaṅkhyeyakalpa, sedangkan Śāriputra hanya berlatih praktik pertapaan keras (duṣkara caryā) selama enampuluh kalpa. Karena sebab inilah, ketika merpati memasuki bayangan Śāriputra, ia masih merasa takut.


問曰:若歸向三寶能除罪過、息怖畏者,提婆達多亦歸依三寶,以信出家、受具足戒,而犯三逆,墮阿鼻獄?
Tanya: Jika berlindung kepada Triratna dapat memusnahkan karma buruk dan menghentikan ketakutan, mengapakah Devadatta — yang juga berlindung kepada Triratna, dan dengan keyakinan meninggalkan rumahtangga serta menerima Upasaṃpanna Śīla — setelah melakukan tiga perbuatan durhaka (ānantarya), terjatuh ke Neraka Avīci?

答曰:凡救護者,救可救者。提婆達多罪惡深大,兼是定業。是故叵救。
Jawab: Setiap penolong dan penjaga hanya dapat menolong mereka yang memang dapat ditolong. Karma buruk Devadatta amatlah besar dan dalam, dan merupakan karma tetap. Karena itulah, ia tidak dapat ditolong.

問曰:若有大罪,佛不能救。若無罪者,不須佛救。云何三寶能有救護?
Tanya: Jika terdapat karma buruk besar, Buddha tidak dapat menolong. Jika tiada karma buruk, kita tidak butuh pertolongan Buddha. Bagaimanakah Triratna dapat menolong dan menjaga?

答曰:提婆達多雖歸三寶,心不真實,三歸不滿。常求利養、名聞,自號一切智人,與佛共競。以是因緣,三寶雖有大力,不能救也。如阿闍世王,雖有逆罪,應入阿鼻獄,以誠心向佛,故滅阿鼻罪,入黑繩地獄。如人中七日,重罪即盡。是謂三寶救護力也。
Jawab: Walau Devadatta berlindung kepada Triratna, hatinya tidak sungguh-sungguh sehingga Tiga Perlindungannya tidak sempurna. Ia selalu berharap memperoleh persembahan dan kemasyhuran. Ia menyebut dirinya sendiri “Yang Mahatahu” (Sarvajña) dan hendak menyaingi Buddha. Karena sebab inilah, meskipun Triratna memiliki kekuatan mahabesar, ia tidak tertolong. Sementara Raja Ajātaśatru, walau melakukan kedurhakaan besar dan sepatutnya masuk Neraka Avīci, namun dengan tulus hati telah berlindung kepada Buddha. Oleh karena itu, karma buruk [yang seharusnya menyebabkan ia lahir] di Neraka Avīci mereda, dan ia hanya masuk Neraka Kālasūtra. Setelah kira-kira tujuh hari di alam manusia, karma buruknya yang berat berakhir. Demikianlah kekuatan pertolongan dan penjagaan Triratna.

問曰:若調達罪不可救者,又經云:「若人歸依佛者,不墮三惡道。」是義云何?
Tanya: Apabila Devadatta memiliki karma buruk dan tidak dapat ditolong, — ada sūtra yang menyatakan: “Jika seseorang berlindung kepada Buddha, maka ia takkan terjatuh ke tiga jalur kelahiran rendah.” Bagaimanakah artinya?

答曰:調達以歸三寶故,雖入阿鼻獄,受苦輕微,亦時得暫息。有如人在山林、曠野、怖畏之處,若念佛功德,怖畏即滅。是故!歸依三寶,救護不虛也。
Jawab: Karena Devadatta berlindung kepada Triratna, meskipun ia masuk Neraka Avīci, namun penderitaan yang diterimanya lebih ringan dan kadangkala berhenti sewaktu-waktu. Seumpama orang yang memasuki hutan di pegunungan, padang belantara, atau tempat-tempat menakutkan, jika ia dapat merenungkan kualitas bajik Buddha, maka ketakutannya akan sirna. Oleh karena itu, jika kita berlindung kepada Triratna, pertolongan dan penjagaan-Nya sungguh tidak hampa.

—— Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā 《薩婆多毘尼毘婆沙》
(T. vol. 23, № 1440 hlm. 505a)