Powered by Administrator

Translate

Rabu, 28 September 2016

Āṭānāṭiya (Āṭānāṭika) Mahāsūtra

erdapat dua teks Āṭānāṭiya yang saling berkaitan, namun memiliki perbedaan isi: yang pertama tanpa dhāraṇī, yang kedua dengan dhāraṇī. Keduanya dapat dijumpaï dalam Kangyur Tibet, masing-masing dengan judul:
  • lCang-lo-can gyi pho-brang gi mdo ལྕང་ལོ་ཅན་གྱི་ཕོ་བྲང་གི་མདོ (Āṭānāṭiya Sūtra), diterjemahkan oleh Ānandaśrī dan Tharpa Lotsāwa Nyima Gyaltshen.
  • mDo chen-po kun-tu-rgyu-ba dang, kun-tu-rgyu-ba ma-yin-pa dang-mthun-pa’i mdo མདོ་ཆེན་པོ་ཀུན་ཏུ་རྒྱུ་བ་དང་། ཀུན་ཏུ་རྒྱུ་བ་མ་ཡིན་པ་དང་མཐུན་པའི་མདོ (Āṭānāṭīya nāma Mahāsūtra), diterjemahkan oleh Jinamitra, Prajñāvarman, dan Yeshe De.

Kanon Pāli, di dalam Dīgha Nikāya 32, memiliki padanan teks pertama yaïtu Āṭānāṭiya Suttanta. Sedangkan dalam Dīrgha Āgama Tionghoa 《長阿含經》 (T. № 1), yang berasal dari mazhab Dharmaguptaka, tidak tersua judul Āṭānāṭiya atau sūtra lain yang isinya paralel. Dan, memang, di sepanjang Tripiṭaka Tionghoa hanya kita temukan padanan dari Āṭānāṭiya dengan dhāraṇī, di bawah judul Vaiśravaṇa Sūtra 《毘沙門天王經》 (T. № 1245).

Katalog K’ai-yüan shih-chiao lu 《開元釋教錄》 (T. vol. 55, № 2154 hlm. 563a) menyebutkan bahwa sebuah teks 阿吒那智經 pernah diterjemahkan pada tahun ke-3 era Lung-shuo 龍朔 (663 M) oleh Śramaṇa Nadi 沙門那提 (juga dipanggil *Puṇyotpādya 布如烏伐耶, atau dalam bahasa Cina Fu-shêng 福生 ‘melahirkan jasa’). Namun, sayangnya, terjemahan ini telah punah. Kita juga tidak tahu apakah ini merupakan terjemahan dari Āṭānāṭiya tanpa dhāraṇī atau dengan dhāraṇī.

Kanonisitas kedua Āṭānāṭiya diterima, paling tidak, oleh mazhab Sarvāstivāda. Gāthā berlindung kepada Buddha di tiga masa yang diucapkan oleh Vaiśravaṇa (hanya terdapat pada Āṭānāṭiya dengan dhāraṇī) dikutip dalam Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā 《薩婆多毘尼毘婆沙》 (T. vol. 23, № 1440 hlm. 505c). Āṭānāṭika juga merupakan salah satu dari 18 judul mahāsūtra yang disebutkan dalam Vinaya Piṭaka kaum Sarvāstivādin 《十誦律》 (T. vol. 23, № 1435 hlm. 174b):


諸大經有:
Berbagai mahāsūtra adalah:

《波羅𦀟提伽》 Prāsādika,
  (晉言:清淨經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Kemurnian Jernih’)

《波羅𦀟大尼》 Prasadanīya,
  (晉言:一淨經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra Satu Kemurnian’)

《般闍提利劍》 Pañcatrikaṃ,
  (晉言:三昧經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Semadi’)

《摩耶闍藍》 Māyājālaṃ,
  (晉言:化經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Ilusi’)

《婆羅末闍藍》 Brahmajālaṃ,
  (晉言:梵經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Brahma’)

《阿吒那劍》 Āṭānāṭikaṃ,
  (晉言:鬼神成經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Keberhasilan atas Setan dan Hantu’)

《摩訶𦀟摩耆劍》 Mahāsamājikaṃ,
  (晉言:大會經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra Persamuhan Akbar’)

《阿羅伽度波摩》 Alagardopama,
  (晉言:蛇譬經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra Perumpamaan Ular’)

《咤唳室那都叉耶時冃提》 Tr̥ṣṇāsaṃkṣayavimukti,
  (晉言:索滅解脫經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Pembebasan dan Pemadaman dari Jerat’)

《釋伽羅波羅念奈》 Śakrapraśna,
  (晉言:釋問經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Pertanyaan Śakra’)

《摩呵尼陀那波梨耶夜》 Mahānidānaparyāya,
  (晉言:大因緣經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Sebab-Musabab Agung’)

《頻波𦀟羅波羅時伽摩南》 Bimbasārapratigamanaṃ,
  (晉言:洴沙迎經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Sambutan Raja Bimbasāra’)

《般闍優波陀那肝提伽》 Pañcopādānaskandhika,
  (晉言:五受陰卻經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Penyingkiran Lima Agregat Penampung’)

《沙陀耶多尼》 Ṣaḍāyatanika,
  (晉言:六情部經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Enam Organ’)

《尼陀那散猶乞多》 Nidānasaṃyukta,
  (晉言:同界部經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra Sesama Batas Wilayah’)

《波羅延》 Pārāyaṇa,
  (晉言:過道經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Melampaui Jalan’)

《阿陀婆耆耶修妒路》 Arthavargīya-sūtra,
  (晉言:眾德經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Aneka Kebajikan’)

《薩耆陀舍修妒路》 Satyadr̥śa-sūtra.
  (晉言:諦見經)
  (Dalam bahasa Cina: ‘Sūtra tentang Melihat Kebenaran’)


Potongan manuskrip Sanskerta yang diduga sebagai sebuah versi Āṭānāṭiya ditemukan pertama kali di awal abad XX di Asia Tengah. Dugaan tersebut didasarkan pada perkataan āṭānāṭi yang terkandung di dalamnya. Transliterasinya bisa dilihat pada hlm. 24–27 Manuscript Remains of Buddhist Literature Found in Eastern Turkestan vol. 1, yang diterbitkan tahun 1916 oleh A. F. Rudolf Hoernle. Ms. Hoernle, akan tetapi, tidak memiliki kemiripan isi dengan bagian mana pun dari Āṭānāṭiya tanpa dhāraṇī ataupun Āṭānāṭiya dengan dhāraṇī.

Masih di Asia Tengah, pada tahun-tahun berikutnya benar-benar ditemukan ms. Āṭānāṭiya dengan dhāraṇī di bawah judul Āṭānāṭika Sūtra. Ms. Asia Tengah ini memiliki lebih banyak dhāraṇī yang disisipkan di paragraf-paragraf yang, pada terjemahan Tibet atau Tionghoa, seharusnya tidak memuatnya. Belakangan ditemukan lagi ms. Āṭānāṭīya (dengan -ṭī- panjang) Sūtra di Gilgit, dengan bahasa yang lebih mendekati Sanskerta klasik. Baik Āṭānāṭika Sūtra Asia Tengah maupun Āṭānāṭīya Sūtra Gilgit juga hanya berupa fragmen yang tidak lengkap. Perbandingan keduanya dapat dilihat pada artikel di sini.



Vaiśravaṇa Sūtra Tionghoa

Vaiśravaṇa Sūtra diterjemahkan pada tahun 990 oleh Trepiṭaka Dharmadeva (Fa-t’ien 法天) di masa Dinasti Sung Utara. Teks kita ini memuat sembilan dhāraṇī seperti Mahāsūtra Tibet, namun dalam bentuk yang lebih singkat. Juga berbeda dengan Mahāsūtra Tibet, di mana Buddha menceritakan kembali kepada para bhikṣu semua yang diucapkan oleh Vaiśravaṇa secara persis, pada teks kita pengulangan tersebut tidak terjadi.

Terjemahan Dharmadeva secara umum lebih ringkas, bahkan cenderung menyederhanakan, dibanding Mahāsūtra Tibet yang berusaha dengan taat menerjemahkan kata demi kata secara harfiah dari sumber aslinya. Maka dalam gāthā pergi berlindung yang diucapkan Vaiśravaṇa, teks kita kekurangan panggilan untuk Buddha cakṣuṣmān (seperti pada ms. Asia Tengah) atau buddhimān (seperti pada ms. Gilgit; bandingkan Tib. blo-ldan བློ་ལྡན). Sebaliknya, panggilan mahāvīra diterjemahkan bebas menjadi ta wu-wei 大無畏 ‘yang teragung tanpa ketakutan’. Hilanglah seruan terkenal Namas te, puruṣājanya! Namas te, puruṣottama! pada paragraf 7–10, dan disederhanakan saja dengan 歸依、頂禮、尊重、恭敬 ‘mereka pergi berlindung, menyembah, memuliakan, dan menghormati-Nya’. Nama Gautama dihindari di akhir paragraf-paragraf tersebut; demikian pula gelar Jina.

Beberapa karakter juga kurang pada teks kita — khususnya pada transkripsi nama diri — sehingga mesti ditambahkan (dalam posting ini ditampilkan dengan warna magenta). Pada awal par. 10, misalnya, karakter 主 ‘pemimpin’ jelas diperlukan untuk mempertahankan simetri dengan par. 7–9. Kalimat-kalimat berikutnya pun mengandung istilah 藥叉主 ‘pemimpin para yakṣa’ (觀此非人而能禮敬,彼藥叉主守護北方).

Kekurangkonsistenan dapat dilihat pada terjemahan kalimat-kalimat yang seharusnya tampil simetris, contohnya: 命 menggantikan 依 pada par. 9 sehingga menjadi 歸命、頂禮、尊重、恭敬. Contoh lain pada par. 14–16 kita dapati 常來親近,侍奉衛護; tetapi, pada par. 17, 19, dan 21 常來親近,侍奉供養; sementara pada par. 20 kalimat ini hilang sama sekali. Kekurangkonsistenan disebabkan pula karena suatu kata kadangkala ditranskripsikan, kadangkala diterjemahkan. Pada akhir daftar nama di par. 14 *yāvati jagatogati ditranskripsikan dengan 野嚩帝·惹誐睹誐帝; sementara di par. 18 dan 21 klausa ini diterjemahkan sebagai 乃至世間行者 ‘hingga semua yang berkelana di dunia’. Dalam hal nama diri, Madhumada tampil dalam transkripsi 麼度麼多, sementara Puṣpamada diterjemahkan menjadi 花醉. Kombinasi transkripsi-translasi juga terjumpaï, seperti: 欲麼睹 (Kāmamada), 俱枳羅成 (?Kokilasāra), 金麼拏尾 (Kanaka-mānavi).

Daftar nama makhluk-makhluk supranatural barangkali merupakan bagian paling menarik dari teks kita. Hampir seluruhnya berupa transkripsi tanpa tanda baca apa pun, kesulitan timbul untuk memenggal nama demi nama. Rekonstruksi nyaris mustahil dilakukan tanpa bantuan Mahāsūtra Tibet di mana, untungnya, nama-nama itu diterjemahkan dan dipisahkan dengan dang(-ni) དང་﹙ནི﹚. Penggunaan karakter — terutama untuk sukukata terakhir — seringkali tampak tidak konsisten, misalnya aksara “la” yang seharusnya ditranskripsikan dengan 羅 diganti 路, atau 迦 untuk aksara “ka” diganti 俱. Akan tetapi, harus kita ingat bahwa pada sumber Indis aslinya semua nama tersebut akan muncul dalam bentuk nominatif. Apabila Aśoka (bentuk nominatif: Aśokaḥ) tampil sebagai 阿輸俱, maka 俱 di situ sesungguhnya merupakan transkripsi untuk akhiran -kaḥ. Hal lain yang menambah kerumitan adalah adanya sandhi serta partikel-partikel selain nama diri yang ikut ditranskripsikan. Terkena aturan sandhi, Maṇiḥ + maṇiḥ + maṇicaraḥ memang berubah menjadi Maṇirmaṇirmaṇicaraḥ; namun, bunyi -r tersebut malah ikut ditranskripsikan sehingga menjadi 摩尼里、摩尼里、摩尼左囉. Pada kasus lain, Nandyeva yang berarti ‘Nandin saja’ (Nandī + eva) ditranskripsikan 難禰嚩. Kecuali untuk penyimpangan-penyimpangan demikian, yang akan kita tampilkan miring/italik, dalam posting ini bentuk dasar dari nama diri selalu digunakan.

Dalam posting ini juga rekonstruksi dhāraṇī semata-mata bersifat tentatif. Dhāraṇī dari Mahāsūtra Tibet hanya akan dilirik sebagai contoh. Dalam Mahāsūtra terdapat variansi bacaan antara yang diucapkan Vaiśravaṇa dengan ulangannya oleh Buddha — terjadi, bahkan, dalam satu salinan teks yang sama; belum lagi varian-varian yang akan ditemukan di berbagai edisi Kangyur berbeda. Selain itu, seperti yang sudah disinggung di atas, dhāraṇī dalam Mahāsūtra lebih panjang dan memuat kata/frase yang tidak ada pada Vaiśravaṇa Sūtra. Jadi, nilai setiap karakter Tionghoa akan lebih kita pertimbangkan daripada mengikuti mentah-mentah Mahāsūtra Tibet (misalnya: otumbha otumbhe 烏凍麼烏凍彌 vs. Tib. oṃ tumbhe tumbhe ཨོཾ་ཏུམྦེ་ཏུམྦེ).

LINK: Transliterasi Mandarin dari Vaiśravaṇa Sūtra untuk keperluan pendarasan dapat diunduh di https://sites.google.com/ site/dharmasangiti/Atanatiya.pdf






《佛說毘沙門天王經》
Sūtra tentang Raja Dewa Vaiśravaṇa
(T. № 1245)






西天譯經三藏朝散大夫試鴻臚卿傳教大師臣法天奉 詔譯
Diterjemahkan atas titah kerajaan oleh Tripiṭakācārya Dharmadeva,
guru besar pentransmisi Ajaran,
penerjemah kitab suci dari Negeri Barat






  1. 如是我聞。
    Demikianlah yang telah kudengar:



  2. 一時,佛在舍衛國,祇樹給孤獨園。
    Pada suatu ketika Buddha berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada.



  3. 爾時,毘沙門天王,與百、千、無數藥叉眷屬,於初夜分,俱來佛所,放大光明,照祇陀園一切境界。五體投地,禮世尊足,住立一面,合掌向佛,以偈讚曰:
    Tatkala itu Raja Dewa Vaiśravaṇa, beserta ratusan, ribuan, tak terhitung yakṣa pengiringnya, datang bersama-sama ke tempat Buddha di waktu jaga pertama di malam hari. Ia memancarkan cahaya cemerlang yang menerangi seluruh kawasan Hutan Jeta, lalu bersujud dengan kelima anggota tubuhnya menyentuh tanah di bawah kaki Bhagavan, berdiri di satu sisi, berañjali menghadap Buddha, dan memuji dengan gāthā:

    「歸命大無畏  正覺二足尊
     諸天以天眼  觀無所見
     過現未來佛  三世慈悲主
     一一正遍知  我今歸命禮」

    “Hormat bagi Yang Teragung Tanpa Ketakutan¹,
    Saṃbuddha yang terunggul di antara makhluk berkaki-dua.
    Para dewa, dengan mata dewanya,
    tidak dapat melihat makna (Kebenaran)² [seperti yang Kauamati].

    Kepada para Buddha di masa lampau, sekarang, dan akan datang,
    Pemimpin yang Penuh Kasih-Sayang dari ketiga masa,
    — ya, kepada para Samyaksaṃbuddha ini satu per satu —
    kini aku pergi berlindung dan menyembah.”



  4. 爾時,毘沙門天王說此偈已,白佛言:「世尊。有諸聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,或於曠野、林間、樹下,經行坐臥。
    Setelah Raja Dewa Vaiśravaṇa mengucapkan gāthā ini, berkatalah ia kepada Buddha: “Ya Bhagavan, terdapat para siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, dan upāsikā yang berjalan-jalan, duduk, atau berbaring di padang belantara, di tengah hutan, atau di bawah pohon.

    我此藥叉、非人之類,有信佛言者、有少信之者。復有無數諸惡藥叉不信佛言,惱亂有情,令不安隱。
    Sementara di antara yakṣa-yakṣa kami, golongan bukan-manusia ini, ada yang meyakini sabda Buddha (bhagavatpravacana), ada yang hanya sedikit yakin. Ada pula para yakṣa jahat yang tak terhitung, yang [sama sekali] tidak meyakini sabda Buddha, dan mengganggu makhluk hidup lain sehingga tidak tenteram.

    善哉!世尊。所有《阿吒曩胝經》能為明護。若有苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷、及諸天人,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,皆能衛護,為作吉祥。」
    Baguslah, Bhagavan! Adanya Āṭānāṭīya Sūtra ini mampu menjadi ilmu (vidyā) dan penjagaan (rakṣā). Apabila terdapat bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, upāsikā, serta para dewa atau manusia yang menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka semuanya akan dapat terjagaï dan terciptalah keberuntungan.”



  5. 爾時,會中有諸正信藥叉之眾,合掌白言:「唯願!天王。說此經典,我等樂聞。」
    Pada saat itu hadir di tengah-tengah persamuhan itu rombongan para yakṣa yang berkeyakinan benar, yang berañjali dan berkata: “Berkenanlah kiranya, Raja Dewa! Babarkanlah sūtra tersebut sebab kami sudi mendengarnya.”



  6. 時,毘沙門天王默然受請,即向佛前,頭面禮足。承佛威神,告藥叉言:「今此經典,若有所得宣布流通,能除眾生一切煩惱。是故!我今歸依頂禮。
    Maka Raja Dewa Vaiśravaṇa pun berdiam diri menerima permohonan mereka, kemudian ia menghadap Buddha dan bernamaskāra menyembah kaki-Nya. Beroleh kekuatan perbawa dari Buddha (buddhânubhāva), diberitahunya para yakṣa: “Sūtra ini jikalau ada yang dapat menyebarluaskannya, akan mampu menyingkirkan segala kesusahan makhluk hidup. Oleh karena itu, kini aku pergi berlindung dan menyembahnya!



    ᴛᴀʀĀʀᴀ

  7. 「東方世界,有乾闥婆主,名曰持國
    “Di sebelah timur dunia ini adalah pemimpin para gandharva yang bernama Dhr̥tarāṣṭra.

    具大威德,身放光明,譬如日出普照世間。
    Berkewibawaan besar, tubuhnya memancarkan cahaya, bak mentari terbit menerangi seisi dunia.

    統領眷屬乾闥婆眾,恭敬圍繞,歌舞作唱,而受快樂。
    Memerintah rombongan para gandharva pengiringnya, yang dengan takzim mengelilinginya seraya mengidung, menari, dan menyanyi, ia menerima kebahagiaan.

    有九十一子,同名帝釋,有大勢力,勇猛暴惡。
    Ada sembilan puluh satu putranya, semuanya sama-sama bernama Indra, pemilik kekuatan yang hebat, perkasa lagi garang.

    見佛世尊,歸依、頂禮、尊重、恭敬。
    Demi menampak Buddha, sang Bhagavan, [dari kejaühan] mereka pergi berlindung, menyembah, memuliakan, dan menghormati-Nya.

    觀此非人而能禮敬,彼持國天王守護東方。
    Mengawasi makhluk-makhluk bukan-manusia ini mampu memberi hormat, Raja Dewa Dhr̥tarāṣṭra menjaga penjuru timur.

    如佛行,行如是護世。
    Sebagaimana Buddha berjalan (berperilaku), demikianlah dijalankannya penjagaan dunia.
    [Serunya:]

    是故!我今稽首歸命正遍知、明行足、無上寂靜。
    ‘Oleh karena itu, marilah kini kita menghormat dan berlindung kepada Samyak-saṃbuddha, sang Vidyācaraṇa-saṃpanna, yang telah mencapai Kedamaian Tiada Tara (Nirvāṇa)!’



    VɪʀŪḌʜᴀᴋᴀ

  8. 「南方世界,有鳩槃拏主,名尾嚕茶迦
    “Di sebelah selatan dunia ini adalah pemimpin para kumbhāṇḍa yang bernama Virūḍhaka.

    具大威德,身有光明,如日照世;
    Berkewibawaan besar, tubuhnya memancarkan cahaya, bak mentari menerangi dunia;

    亦如大海深廣無邊,彼諸凡夫不可測度。
    juga seumpama mahāsamudra yang dalam dan luasnya tak bertepi, orang biasa tiada boleh menduganya.

    統領眷屬鳩槃拏眾,恭敬圍繞,歌舞作唱,而受快樂。
    Memerintah rombongan para kumbhāṇḍa pengiringnya, yang dengan takzim mengelilinginya seraya mengidung, menari, dan menyanyi, ia menerima kebahagiaan.

    有九十一子,同名帝釋,有大勢力,勇猛暴惡。
    Ada sembilan puluh satu putranya, semuanya sama-sama bernama Indra, pemilik kekuatan yang hebat, perkasa lagi garang.

    見佛世尊,歸依、頂禮、尊重、恭敬。
    Demi menampak Buddha, sang Bhagavan, [dari kejaühan] mereka pergi berlindung, menyembah, memuliakan, dan menghormati-Nya.

    觀此非人而能禮敬,彼鳩槃拏主守護南方。
    Mengawasi makhluk-makhluk bukan-manusia ini mampu memberi hormat, pemimpin para kumbhāṇḍa tersebut menjaga penjuru selatan.

    如佛行,行如是護世。
    Sebagaimana Buddha berjalan, demikianlah dijalankannya penjagaan dunia.
    [Serunya:]

    是故!我今稽首歸命正遍知、明行足、無上寂靜。
    ‘Oleh karena itu, marilah kini kita menghormat dan berlindung kepada Samyak-saṃbuddha, sang Vidyācaraṇa-saṃpanna, yang telah mencapai Kedamaian Tiada Tara (Nirvāṇa)!’



    VɪʀŪĀᴋṣᴀ

  9. 「西方世界,有大龍主,名尾嚕博叉
    “Di sebelah barat dunia ini adalah pemimpin para nāga yang bernama Virūpākṣa.

    有大威德,光明遠照。
    Berkewibawaan besar, terang cahayanya memancar jauh.

    統領眷屬諸大龍眾,恭敬圍繞,歌舞作唱,而受快樂。
    Memerintah rombongan para nāga pengiringnya, yang dengan takzim mengelilinginya seraya mengidung, menari, dan menyanyi, ia menerima kebahagiaan.

    有九十一子,同名帝釋,有大勢力,勇猛暴惡。
    Ada sembilan puluh satu putranya, semuanya sama-sama bernama Indra, pemilik kekuatan yang hebat, perkasa lagi garang.

    見佛世尊,歸命、頂禮、尊重、恭敬。
    Demi menampak Buddha, sang Bhagavan, [dari kejaühan] mereka pergi berlindung, menyembah, memuliakan, dan menghormati-Nya.

    觀此非人而能禮敬,彼大龍主守護西方。
    Mengawasi makhluk-makhluk bukan-manusia ini mampu memberi hormat, pemimpin para nāga tersebut menjaga penjuru barat.

    如佛行,行如是護世。
    Sebagaimana Buddha berjalan, demikianlah dijalankannya penjagaan dunia.
    [Serunya:]

    是故!我今稽首歸命正遍知、明行足、無上寂靜。
    ‘Oleh karena itu, marilah kini kita menghormat dan berlindung kepada Samyak-saṃbuddha, sang Vidyācaraṇa-saṃpanna, yang telah mencapai Kedamaian Tiada Tara (Nirvāṇa)!’



    Kᴜᴠᴇʀᴀ

  10. 「北方世界,有藥叉,名俱吠囉
    “Di sebelah utara dunia ini adalah pemimpin para yakṣa yang bernama Kuvera.

    有大威德,身光熾盛,如大火焰。
    Berkewibawaan besar, cahaya tubuhnya menyala-nyala bagaikan kobaran api besar.

    統領眷屬藥叉之眾,恭敬圍繞,歌舞作唱,而受快樂。
    Memerintah rombongan para yakṣa pengiringnya, yang dengan takzim mengelilinginya seraya mengidung, menari, dan menyanyi, ia menerima kebahagiaan.

    有九十一子,同名帝釋,有大勢力,勇猛暴惡。
    Ada sembilan puluh satu putranya, semuanya sama-sama bernama Indra, pemilik kekuatan yang hebat, perkasa lagi garang.

    見佛世尊,歸依、頂禮、尊重、恭敬。
    Demi menampak Buddha, sang Bhagavan, [dari kejaühan] mereka pergi berlindung, menyembah, memuliakan, dan menghormati-Nya.

    觀此非人而能禮敬,彼藥叉主守護北方。
    Mengawasi makhluk-makhluk bukan-manusia ini mampu memberi hormat, pemimpin para yakṣa tersebut menjaga penjuru utara.

    如佛行,行如是護世。
    Sebagaimana Buddha berjalan, demikianlah dijalankannya penjagaan dunia.
    [Serunya:]

    是故!我今稽首歸命正遍知、明行足、無上寂靜。
    ‘Oleh karena itu, marilah kini kita menghormat dan berlindung kepada Samyak-saṃbuddha, sang Vidyācaraṇa-saṃpanna, yang telah mencapai Kedamaian Tiada Tara (Nirvāṇa)!’



  11. 「復次!北方世界,人壽千歲,命不中夭。地無耕種,人不執作。飲食自然,色香具足,資益諸根,身體光潤。處處皆有花果、樹木、流泉、池沼。隨意遊戲,如受天樂。如是東方持國、南方尾嚕茶迦、西方尾嚕博叉、北方俱吠囉,各以威德,護四大洲。
    “Selanjutnya lagi, di sebelah utara dunia ini manusia berumur seribu tahun dan tiada yang mati muda. Tanahnya tidak perlu dibajak atau ditanami; orang-orang tiada yang menguasaï atau mengerjakan [lahan tersebut]. Makanan dan minuman muncul secara alami, sempurna bentuk dan aromanya, mengumpani segala indera, dan menjadikan tubuh mulus bercahaya. Di segala tempat terdapatlah pohon buah-buahan dan bunga-bungaan, aliran sungai, mata air, dan kolam-kolam. Sekehendak pikiran, [penduduk di sana] bermain-main laksana menerima kebahagiaan surgawi. Demikianlah Dhr̥tarāṣṭra dari sebelah timur, Virūḍhaka dari sebelah selatan, Virūpākṣa dari sebelah barat, dan Kuvera dari sebelah utara, masing-masing dengan kewibawaannya menjaga keempat benua besar.



  12. 「復次!乾闥婆主有藥叉女眾,有乘象者、有乘馬者、有乘駝者、有乘水牛者、有乘羊者、有乘蛇者、有乘飛禽者、有乘童男者、有乘童女者。以象前引於虛空中,密詣諸方,種種變化,隨意自在。亦能守護,人不可見。
    “Selanjutnya lagi, pemimpin para gandharva ada³ (memiliki?) rombongan yakṣī: ada yang mengendaraï gajah, ada yang mengendaraï kuda, ada yang mengendaraï unta, ada yang mengendaraï kerbau, ada yang mengendaraï kambing, ada yang mengendaraï ular, ada yang mengendaraï unggas terbang, ada yang mengendaraï pemuda, ada yang mengendaraï pemudi. Dipandu oleh seekor gajah di angkasa, mereka melawat berbagai tempat secara rahasia, dengan bermacam-macam transformasi sekehendak pikiran. Mereka juga mampu menjagaï tanpa terlihat orang.

    若諸藥叉,形容醜惡,種種差異;亦如飛禽,往虛空中,自在遊行,亦密護人。其名曰:阿吒曩吒俱曩吒波里俱娑曩吒曩拏曩拏布里迦等,及藥叉女眾,皆住北方阿拏迦嚩帝大城。
    Para yakṣa tampil dalam rupa yang buruk, dengan bermacam-macam wujud berbeda; bagai unggas yang terbang di angkasa, mereka berkelana sesukanya, dan juga menjagaï orang secara rahasia. Mereka yang bernama: Āṭānāṭa, Kunāṭa, Parikusanāṭa, Nāḍa, Nāḍapurika, dkk. beserta rombongan yakṣī, semuanya tinggal di Kota Besar Aḍakavatī di utara.

    又此大城有一宮殿,於其四邊,有九十九池。水甚深廣,名曰地池,泉源通流,亦能降雨。
    Juga kota besar ini mempunyaï sebuah istana; di keempat sisinya ada sembilan puluh sembilan kolam. Airnya sangat dalam dan luas, namanya adalah Kolam Dharaṇī, mengalir deras dari sumbernya, mampu pula menurunkan hujan.

    復有多種花果樹木,所謂:供俱婆迦、俱囉囉、迦麼花等。果味甘美,眾所愛樂。頻伽、孔雀、種種諸鳥,常出妙音。
    Selanjutnya ada berbagai jenis pohon buah-buahan dan bunga-bungaan, yaïtu: kaukumbhaka, kurara, bunga kama, dll. Rasa buahnya manis dan sedap, disukaï oleh semua orang. [Kala]viṅka, merak, dan beraneka jenis burung senantiasa mengeluarkan suara merdu.

    彼有天子,名曰勇猛,并諸眷屬,亦住是宮,守護國界。」
    Di sana adalah seorang devaputra yang bernama Śūra beserta pengiringnya, juga tinggal di istana itu menjaga wilayah negeri.”






  13. 時,毘沙門天王,承佛慈力,次第宣說真言曰:
    Pada saat itu, dengan beroleh kekuatan kasih-sayang dari Buddha, Raja Dewa Vaiśravaṇa pun menguraikan secara berurutan mantra berikut:
    Atanatiya (Atanatika)



    Para Gandharva

  14. 爾時,毘沙門天王說真言已,白佛言:「世尊。復有諸大乾闥婆眾,與我而為兄弟。其名曰:
    Setelah Raja Dewa Vaiśravaṇa mengucapkan mantra tersebut, berkatalah ia kepada Buddha: “Bhagavan, ada pula rombongan para gandharva besar yang bertalian saüdara denganku. Nama-nama mereka adalah:

    欲麼睹、樂麼睹、歌麼多、
    Kāmamada, Ratimada, Gītamada,

    麼羅麼睹、麼度麼多、花醉、
    Mālāmada, Madhumada, Puṣpamada,

    恒醉、吉祥醉、財醉、
    Sadāmada, Śrīmada, Dhanamada,

    難禰迦、青蓮華、白蓮華、月、
    Nandika, Utpala, Puṇḍarīka, Candra,

    半尼羅、俱枳羅成、凍母嚕、五髻、
    Paṇila, Kokilasāra, Tumburu, Pañcaśikha,

    妙色、金麼拏尾、輸俱、
    Suvarṇa, Kanaka-māṇavi, Śukra,

    蜜里(二合)賀娑波(二合)帝王,野嚩帝·惹誐睹誐帝。
    Br̥haspati Rāja, yāvati jagatogati.

    如是等乾闥婆眾,迷惑、惱亂一切眾生。若有惱亂有情而不捨離者,聞此真言,頭破作七分如阿梨樹枝。
    Demikianlah rombongan gandharva tersebut menyesatkan dan mengganggu semua makhluk hidup. Jikalau ada yang mengganggu makhluk hidup dan tidak sudi lepas, demi mendengar mantra ini, maka pecahlah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)

    「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼乾闥婆及父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉衛護。若有惱害者,即失威力,不得乾闥婆三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不得往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka gandharva-gandharva itu beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta menjaganya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Gandharva Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.



    Para Piśāca

  15. 「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼閉舍左及父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉衛護。若有惱害者,即失威力,不得閉舍左三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不得往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka piśāca-piśāca beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta menjaganya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Piśāca Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)



    Para Kumbhāṇḍa

  16. 「世尊。復有鳩槃拏眾。其名曰:
    “Bhagavan, ada pula rombongan kumbhāṇḍa. Nama-nama mereka adalah:

    難多、烏波難多、訖里(二合)計輸、
    Dānta, Upadānta, Kr̥kīśa,

    麼賀波囉輸(二合)、摩斛那囉、捺舍賀娑睹(二合)
    Mahāpārśva, Mahodara, Daśahasta,

    部彌左嚕、末麼訖里(二合)瑟拏(二合)、路呬多、
    Bhūmicara, Vāmakr̥ṣṇa, Lohita,

    阿婆囉嚩囉拏、尾麼路、禰里伽(二合)囉拏、
    Abhravarṇa, Vimala, Dīrghakarṇa¹⁰,

    誐里惹曩、惹致路、捺舍難尼、阿里祖(二合)諾、
    Garjana, Jaṭila, Daśadānī¹¹, Arjuna,

    迦麼迦麼迦、曀羅巘拏、訖里(二合)野虞般多、
    Kāmakāmaka, Elagaṇḍa¹², Kriyāgupta,

    怛囉野(二合)劍末羅跋捺里(二合)迦、
    trayaḥ Kāmbalabhadrikāḥ (tiga Bhadrika Berselimut Wol),

    薩里嚩(二合)囕誐、唧怛囉(二合)芻等。
    Sarvaraṅga, Citrākṣa, dkk.

    如是鳩槃拏眾,迷惑、惱亂一切有情。若有惱亂者,聞此真言,頭破作七分如阿梨樹枝。
    Demikianlah rombongan kumbhāṇḍa tersebut menyesatkan dan mengganggu semua makhluk hidup. Jikalau ada yang mengganggu makhluk hidup, demi mendengar mantra ini, maka pecahlah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)

    「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼鳩槃拏眾及父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉衛護。若有惱害者,即失威力,不能鳩槃拏三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不得往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka rombongan kumbhāṇḍa itu beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta menjaganya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Kumbhāṇḍa Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.



    Para Preta

  17. 「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼必隸多及彼父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉供養。若有惱害者,即失威力,不得必隸多三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不得往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka preta-preta beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta memujanya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Preta Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)



    Para Nāga

  18. 「世尊。我今復說諸大龍眾。其名曰:
    “Bhagavan, kini akan kuuraikan pula rombongan para nāga besar. Nama-nama mereka adalah:

    難努波難努、
    Nandopanandau (Nanda + Upananda),

    難禰嚩、
    Nandyeva (Nandin saja),

    嚩穌計里跋捺囉(二合)惹敢(二合)迦、卑孕(二合)誐路、
    Vāsukirbhadrajambukaḥ (Vāsuki, Bhadrajambuka¹³), Piṅgala,

    那地迦囉拏、印捺囉(二合)嚩護、莎悉帝(二合)迦、
    Dadhikarṇa, Indrabāhu, Svastika,

    阿輸俱、彌多輸迦、尾鉢囉(二合)目訖睹、惹焰鉢帝、
    Aśoka, Vītaśoka, Vipramukta, Jayaṃpati,

    必里(二合)兔多羅、唧怛囉(二合)多羅、
    Pr̥thutala, Citratala,

    必里(二合)兔𤚥、唧怛囉(二合)鉢囉(二合)賀嚩𡁠、
    Pr̥thujman, Citra-prahadbhuj¹⁴,

    麼賀頗尼所·惹喻(二合)底囉穌、
    mahāphaṇeṣu Jyotīrasaḥ¹⁵ (‘Kesenangan Bintang’ di antara para ular tedung),

    麼賀訖里瑟拏、部惹敢(二合)誐麼、
    Mahākr̥ṣṇa, Bhujaṅgama,

    阿惹播羅、怛乞叉(二合)、嚩摩訖里(二合)瑟拏(二合)
    Ajapāla, Takṣaka¹⁶, Vāmakr̥ṣṇa,

    舍野摩秫俱(二合),乃至世間行者。
    Śyāmaśukla¹⁷, hingga semua yang berkelana di dunia.

    如是龍等惱亂有情,聞此真言,頭破作七分如阿梨樹枝。
    Demikianlah nāga-nāga tersebut yang mengganggu makhluk hidup, demi mendengar mantra ini, maka pecahlah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)

    「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼諸龍眾及彼父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉衛護。若有惱害者,即失威力,不得龍中三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不得往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka rombongan para nāga itu beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta menjaganya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Nāga Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.



    Para Kaṭapūtana

  19. 「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼羯吒布怛曩及彼父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉供養。若有惱害者,即失威力,不得羯吒布怛曩三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不能往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka kaṭapūtana-kaṭapūtana beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta memujanya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Kaṭapūtana Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)



    Para Jenderal Yakṣa¹⁸

  20. 「世尊。我今說彼藥叉大將。其名曰:
    “Bhagavan, kini akan kuuraikan jenderal-jenderal besar yakṣa. Nama-nama mereka adalah:

    印捺囉(二合)、穌謨、嚩嚕拏、
    Indra, Soma, Varuṇa,

    鉢囉(二合)惹鉢帝、婆羅捺嚩惹、伊舍曩室左(二合)難曩、
    Prajāpati, Bharadvāja, Īśanaścandanaḥ (Īśana, Candana),

    迦麼室里瑟姹、俱儞建跓、儞軍吒、
    Kāmaśreṣṭha, Kunikaṇṭha, Nikuṇṭha,

    摩尼里、摩尼里、摩尼左囉、
    Maṇirmaṇirmaṇicaraḥ (Maṇi¹⁹, Maṇi, Maṇicara),

    鉢囉(二合)拏那、烏波半左迦、
    Praṇāda, Upapañcaka,

    娑多儗里、呬麼嚩多、布囉拏、
    Sātāgiri, Haimavata, Pūrṇa,

    佉禰囉俱、尾吒、虞波羅野叉、
    Khadiraka, Viṭa²⁰, Gopāla Yakṣa,

    阿吒嚩俱、曩囉囉祖、𡁠那里沙婆、唧怛囉(二合)細曩、
    Āṭavaka, Nara Rāja, Janar̥ṣabha, Citrasena,

    巘馱里舞(二合)、禰里伽(二合)舍訖帝(二合)、摩多隸、半左羅巘拏、
    Gandharva, Dīrghaśakti, Mātali, Pañcālagaṇḍa,

    穌摩曩、禰里伽(二合)野叉并諸眷屬,
    Sumana, Dīrgha Yakṣa dan para pengiringnya,

    帝里(二合)頗隸左、帝里(二合)建吒等,乃至世間行者。
    Triphalī ca Trikaṇṭhaḥ (Triphalin dan Trikaṇṭha), hingga semua yang berkelana di dunia.

    俱是眷屬,若惱亂有情而不捨離者,聞此真言,頭破作七分如阿梨樹枝。
    Bersama dengan pengiringnya tersebut, jikalau mereka mengganggu makhluk hidup dan tidak sudi lepas, demi mendengar mantra ini, maka pecahlah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)

    「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼諸藥叉及彼父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。若有惱亂者,即失威力,不能得藥叉三昧,頭破作七分如阿梨樹枝,亦不能往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka para yakṣa itu beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Yakṣa Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.



    Para Rākṣasa

  21. 「世尊。若有聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於此經中,受持、讀誦、禮敬、供養、廣為人說,彼諸羅剎及彼父母、兄弟、男女眷屬等,皆不能為害。常來親近,侍奉供養。若有惱亂者,即失威力,不能得羅剎三昧,頭破作七分如阿梨樹枝。亦不能往阿拏迦嚩帝大城中住。
    “Bhagavan, apabila terdapat seorang siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, atau upāsikā yang, terhadap sūtra ini, menerima, memegang, membaca, melafalkan, menghormati, memuja, dan membabarkannya kepada orang lain, maka para rākṣasa beserta ayah, ibu, kakak, adik, putra, atau putri pengiringnya semua takkan dapat mencelakaïnya. Mereka akan senantiasa datang mendekat, melayani, serta memujanya. Jikalau ada yang mencelakaï, maka mereka akan kehilangan kekuatan perbawanya, tak mampu mendapat ‘Rākṣasa Samādhi’, akan pecah kepalanya menjadi tujuh bagian bagaikan ranting arjaka, juga tak dapat pergi ke Kota Besar Aḍakavatī untuk tinggal.

    真言曰:
    Mantranya berbunyi:
    Atanatiya (Atanatika)






  22. 毘沙門天王說此《阿吒曩胝經》已,禮世尊足,卻住一面。
    Setelah Raja Dewa Vaiśravaṇa membabarkan Āṭānāṭīya Sūtra ini, maka ia menyembah kaki sang Bhagavan dan undur berdiri di satu sisi.



  23. 爾時,釋迦牟尼佛,於夜分中,告苾芻眾言:「如是!此經有大威力,能為明護。」
    Pada saat itu, di waktu jaga pertengahan malam, Buddha Śākyamuni pun memberitahu para bhikṣu: “Demikianlah! Sūtra ini memiliki kekuatan perbawa yang agung, dan mampu menjadi ilmu (vidyā) dan penjagaan (rakṣā).”



  24. 彼毘沙門天王,與無數、百、千藥叉眷屬,放大光明,照祇陀園一切境界,說伽他曰:
    [Sekali lagi] Raja Dewa Vaiśravaṇa beserta ratusan, ribuan, tak terhitung yakṣa pengiringnya memancarkan cahaya cemerlang yang menerangi seluruh kawasan Hutan Jeta, lalu mengucapkan gāthā berikut:

    「歸命大無畏  正覺二足尊
     諸天以天眼  觀無所見
     過現未來佛  三世慈悲主
     一一正遍知  我今歸命禮」

    “Hormat bagi Yang Teragung Tanpa Ketakutan,
    Saṃbuddha yang terunggul di antara makhluk berkaki-dua.
    Para dewa, dengan mata dewanya,
    tidak dapat melihat makna [seperti yang Kauamati].

    Kepada para Buddha di masa lampau, sekarang, dan akan datang,
    Pemimpin yang Penuh Kasih-Sayang dari ketiga masa,
    — ya, kepada para Samyaksaṃbuddha ini satu per satu —
    kini aku pergi berlindung dan menyembah.”



  25. 說此偈已,而白佛言:「有諸聲聞苾芻、苾芻尼、優婆塞、優婆夷,於曠野、林間、樹下,經行坐臥,有諸藥叉非人之類——有信佛言者、有少信者、有極惡不信者——惱亂有情,令不安隱,說此經典,利樂眾生。」
    Setelah mengucapkan gāthā ini, berkatalah ia kepada Buddha: “Terdapat para siswa (śrāvaka) bhikṣu, bhikṣuṇī, upāsaka, dan upāsikā yang berjalan-jalan, duduk, atau berbaring di padang belantara, di tengah hutan, atau di bawah pohon. Jikalau ada di antara para yakṣa, golongan bukan-manusia — ada yang meyakini sabda Buddha, ada yang hanya sedikit yakin, ada pula yang amat jahat dan [sama sekali] tidak yakin — yang mengganggu makhluk hidup lain sehingga tidak tenteram, dengan diucapkannya sūtra ini, maka semua makhluk akan teruntungkan.”



    — (Buddha:)

  26. 「汝諸苾芻。諦聽!諦聽!此經真實有大威力,能為救護。乃至天人,常得密護。汝當受持,廣宣流布!」
    “Para bhikṣu, dengarkanlah oleh kalian baik-baik! Sūtra ini sungguh memiliki kekuatan perbawa yang agung, dan mampu menjadi penolong dan penjaga. Bahkan dari dewa dan manusia, seseorang senantiasa mendapatkan penjagaan rahasia. Kalian haruslah menerima, memegang, dan menyebarluaskannya!”



  27. 說是語已,天、龍、藥叉、人、非人等,皆大歡喜,信受奉行。
    Setelah disabdakan-Nya perkataan ini, para dewa, nāga, yakṣa, manusia maupun bukan-manusia, semuanya merasa amat bergembira, serta meyakini, menerima, menjunjung, dan melaksanakannya.






《佛說毘沙門天王經》
Akhir dari Sūtra tentang Raja Dewa Vaiśravaṇa






CATATAN:

¹ Pada manuskrip-manuskrip Skt. mahāvīra; Tib. dpa-chen དཔའ་ཆེན. Mungkinkah bentuk asli pada sumber dari teks kita *mahābhīru (mahā + abhīru)?

² Tentatif. Wo 我 pada teks kita tampaknya salah salin untuk i 義. Kuan wo wu-so-chien 觀我無所見 akan berarti ‘mengamati apa yang tidak dapat kulihat’. Kesalahan ini kembali terdapat pada gāthā yang diulangi di akhir teks.

³ Kurang jelas. Tidakkah semestinya pemimpin para yakṣa (Kuvera) yang memiliki rombongan yakṣī?

⁴ Kita mungkin tergoda untuk merekonstruksi nama ini menjadi *Kusanāṭa (bandingkan Pāli: Kusināṭā). Akan tetapi, lihat Sūryagarbha Sūtra, yang merupakan bagian dari Mahāsannipāta 《大方等大集經·日藏分》 (T. vol. 13, № 397 hlm. 248c), di mana nama-nama yakṣa ini menjadi rangkaian kata-kata sebuah dhāraṇī: “... 阿吒那吒(十三)拘那吒(十四)鉢利鳩薩那吒(十五)那茶那吒(十六)富利迦那吒(十七).” Juga patut diperhatikan bahwa kita “terpaksa” menampilkan nama-nama yakṣa ini dalam bentuk maskulin; sementara pada Āṭānāṭiya Suttanta Pāli mereka merupakan nama-nama kota berakhiran yang memiliki gender feminin.

⁵ Tib. rnga-‘dzin རྔ་འཛིན. Tampaknya menerjemahkan pāṇavika.

⁶ 成 barangkali merupakan terjemahan untuk -sāra. Akan tetapi, Tib. khu-byug-sgra ཁུ་བྱུག་སྒྲ = Kokilasvara.

⁷ Datta? Tib. byin བྱིན.

⁸ Upadatta? Tib. nye-byin ཉེ་བྱིན.

⁹ Tib. kri-mi-sha ཀྲི་མི་ཤ.

¹⁰ Teks kita kekurangan chia 迦 untuk aksara “ka”. Bandingkan Tib. rna-ba-ring རྣ་བ་རིང (‘bertelinga panjang’).

¹¹ Bentuk nominatif untuk Daśadānin. Pada Tib. stobs-bcu སྟོབས་བཅུ, yang biasanya merupakan terjemahan untuk daśabala.

¹² Pada Tib. ‘jog-po འཇོག་པོ, yang biasanya merupakan terjemahan untuk nama seorang raja nāga, Takṣaka.

¹³ Teks kita kekurangan pu 部 untuk aksara “bhu”. Bentuk asli dari Tib. ‘dzam-bu-bzang འཛམ་བུ་བཟང sepertinya Jambubhadra.

¹⁴ Tentatif. Tib. bkra-bdud-rgyal བཀྲ་བདུད་རྒྱལ. *Prahad-bhuj (‘raja pembantai’) tampaknya ditafsirkan sederhana sebagai bdud-rgyal, yang biasanya merupakan terjemahan Māra Rāja.

¹⁵ Jyotīrasa juga merupakan nama sejenis permata. Entah apa maksud karakter suo 所 di sini, barangkali transkripsi untuk akhiran lokatif jamak -ṣu. Selain itu, penempatan 二合 setelah suo tampak janggal; seharusnya ialah setelah 惹喻 yang mewakili sukukata tunggal jyo-. Versi Tib. menganggap ada dua nama yang terpisah: Mahāphaṇin (gdengs-ka-chen གདེངས་ཀ་ཆེན) dan Jyotīrasa (skar-dga’ སྐར་དགའ).

¹⁶ Teks kita kekurangan chia 迦 untuk aksara “ka”.

¹⁷ Kita mungkin menduga sumber teks kita memiliki bentuk Prakerta *-suka (bandingkan Pāli sukka). Namun, 二合 setelahnya menandakan bahwa seharusnya ada dua karakter untuk mentranskripsikan satu sukukata. Maka secara tentatif lu 路 ditambahkan di sini.

¹⁸ Nama-nama para jenderal yakṣa ini terdapat dalam manuskrip Sanskerta Mahāmāyūrī Sūtra dengan urut-urutan yang hampir sama persis. Lihat Shūyo Takubo (ed.), Ārya-Mahā-Māyūrī Vidyā-Rājñī (Tokyo: 1972), hlm. 27–28.

¹⁹ Sumber asli teks kita sepertinya memiliki dua Maṇi. Yang pertama ini, akan tetapi, pada Mahāmāyūrī Sanskerta terbaca Vaḍi. Pada Tib. stobs-ldan སྟོབས་ལྡན, yang biasanya merupakan terjemahan untuk balin/balavat.

²⁰ Dalam Mahāmāyūrī Sanskerta dua nama terakhir ini berbentuk: Khadira, Kovida. Akan tetapi, 吒 biasanya merupakan transkripsi untuk aksara “ṭa” sehingga rekonstruksi kita lebih dekat dengan terjemahan Tib.: Khadiraka (seng-ldeng-ma སེང་ལྡེང་མ) dan Viṭa (gyon-can གཡོན་ཅན).

Senin, 08 Agustus 2016

Sebuah Pretavastu dalam Tripiṭaka Tionghoa

Kisah-kisah setan kelaparan (Pretavastu) membentuk genre kesusastraan Buddhis tersendiri yang, dalam kanon berbagai mazhab, biasanya dimasukkan di Kṣudraka Āgama (āgama kelima dari Sūtra Piṭaka) atau Kṣudraka Piṭaka. Teks terkenal Ullumpana Sūtra 《佛說盂蘭盆經》 (T. № 685, rekonstruksi judul yang kurang tepat: *Ullambana Sūtra) sepatutnya tergolong dalam genre ini. Jilid ke-5 dari Avadānaśataka 《撰集百緣經》 (T. № 200), yang memuat 10 cerita, juga dapat kita sebut sebagai sebuah Pretavastu.

Di samping itu, dalam Tripiṭaka Tionghoa kita juga menemukan tiga teks independen, tetapi saling berkaitan, di mana Maudgalyāyana sebagai siswa Buddha yang utama dalam kemampuan gaib menjadi narasumber yang menerangkan sebab-musabab dari para preta di kelahiran lampaunya:
  • Fo-shuo kui wên Mu-lien ching 《佛說鬼問目連經》 (‘Sūtra tentang Pertanyaan Para Setan kepada Maudgalyāyana’, T. № 734), umumnya dianggap sebagai terjemahan An Shih-kao;
  • O-kui pao-ying ching 《餓鬼報應經》 (‘Sūtra tentang Ganjaran Para Setan Kelaparan’, T. № 746), tidak diketahui penerjemahnya, namun telah tercantum pada rekaman Dinasti Tsin Timur;
  • serta teks yang dibawa oleh Peziarah Fa-hsien 法顯 (337–422) sekembalinya ia dari Śrī Laṅkā, Tsa-tsang ching 《雜藏經》 (T. № 745).

Sesuai judulnya, teks Fa-hsien secara jelas menyatakan diri sebagai bagian dari suatu Kṣudraka Piṭaka 雜藏. Selain kisah-kisah setan kelaparan, di dalamnya juga terkandung cerita sebab-musabab kelahiran beberapa mahluk dewata, sebuah avadāna Raja Yu-ta-na 憂達那 (*Udana, *Udayana?), serta apendiks berupa tanya-jawab. Terjemahan Fa-hsien barangkali lebih akurat, namun di bawah ini hanya kami sajikan teks An Shih-kao, yang paling singkat. Hampir keseluruhan dari 17 kasus di dalamnya juga terdapat pada O-kui pao-ying ching (selanjutnya disingkat Opc.) walaupun dengan urutan yang tidak sama dan versi cerita yang sedikit berbeda. Perbandingan antara keduanya akan dirujuk dalam catatan kaki.






《佛說鬼問目連經》
Sūtra tentang Pertanyaan Para Setan kepada Maudgalyāyana
(T. № 734)






後漢 安息國三藏安世高 譯
Diterjemahkan oleh Tripiṭakācārya An Shih-kao dari Parthia
pada masa Dinasti Han Belakang






聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar:



一時,佛住王舍城,迦蘭陀竹園。
Pada suatu ketika Buddha berada di Rājagr̥ha di Hutan Bambu Karaṇḍa.

爾時,目連晡時從禪覺,遊恒水邊,見諸餓鬼,受罪不同。時,諸餓鬼見尊者目連,皆起敬心,來問因緣。
Pada saat itu Maudgalyāyana bangkit dari meditasinya (dhyāna) di sore hari, melintasi tepian Sungai Gaṅgā, dan menjumpaï para setan kelaparan¹ sedang menerima hukuman yang tidak serupa. Tatkala para setan kelaparan melihat Bhadanta Maudgalyāyana, semuanya membangkitkan rasa hormat dan datang kepadanya untuk menanyakan sebab-musabab.




KASUS I
(= Opc. 1)

一鬼問言:「我一生以來,恒患頭痛。何罪所致?」
Sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya senantiasa menderita sakit kepala. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,好以杖打眾生頭。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau suka memukuli kepala makhluk hidup lain dengan tongkat. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS II
(= Opc. 16)

又一鬼問言:「我一生以來,資財無量,而樂著弊衣。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini harta simpanan saya tidak terukur, namun saya senang mengenakan baju yang compang-camping. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,布施作福,還復悔惜。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, setiap kali berderma dan melakukan perbuatan jasa, engkau kembali menyesalinya dan merasa sayang. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS III
(= Opc. 17)

又一鬼問言:「我一生以來,宿無常處,恒倚巷陌。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya tidak memiliki tempat permanen di malam hari dan senantiasa bersandar di gang-gang dan lorong-lorong. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,客來投止,不肯安處。見他止客,方復瞋恚。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, apabila ada tamu yang datang bersinggah, engkau tak sudi menyediakan tempat menginap. Melihat orang lain mampir bertamu, engkau malahan membencinya. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS IV
(= Opc. 4)

又一鬼問言:「我食不噉一斛,而不得飽。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Makanan yang saya makan tidak mencapai satu nalih sehingga tidak dapat kenyang. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,飯飼眾生,初不令足。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau mendermakan makanan kepada makhluk lain, tetapi selalu tidak memadaï. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS V
(= Opc. 24)

又一鬼問言:「我一生以來,腹大如甕,咽細如針孔,不得下食。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini perut saya besar bagai periuk, tetapi kerongkongan saya sehalus lubang jarum sehingga tidak dapat dilalui makanan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,作聚落主。自恃豪強,輕欺百姓,強打拍人,索好美食。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau menjadi kepala desa. Mengandalkan kekuasaanmu itu, engkau menindas dan menipu rakyat kebanyakan, memukul orang dengan semena-mena untuk memalak makanan yang enak. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS VI
(= Opc. 8)

又一鬼問言:「我一生以來,恒患男根瘡爛,痛不可言。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya senantiasa menderita borok yang membusuk pada zakar saya, dan sakitnya tidak terkatakan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,佛圖、精舍、清淨之處,行於婬欲。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, di hadapan stūpa Buddha, caitya pemujaan, atau di biara yang murni engkau telah melakukan tindakan asusila. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS VII
(= Opc. 6)

又一鬼問言:「我一生以來,多有兒子,皆端正可喜,而皆早死。念之斷絕,痛不可言。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya memiliki banyak anak, semuanya rupawan dan menyenangkan. Namun, semua mati muda. Mengenang kepergian mereka, sakitnya tidak terkatakan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,見儿殺生,助喜噉肉。
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, menjumpaï orang lain membunuh makhluk hidup, engkau turut bergembira dan memakan dagingnya.
殺故短命,
Karena membunuh, maka [orang lain yang kini menjadi anak-anakmu itu] pendek umur;

喜故痛毒。
karena turut bergembira, maka [engkau kini] merasakan kepedihan.
今受花報,果入地獄。」
Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS VIII²

又一鬼問言:「我一生以來,有一狗體大牙利,兩目赫赤,常來噉我。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini ada seekor anjing yang berbadan besar, bergigi tajam, dan kedua matanya menyala kemerahan, senantiasa datang memakan saya. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,喜將狗獵,殘害眾生,無有慈心。今受花報,果在地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau senang membawa anjing untuk berburu dan mencelakaï makhluk hidup lain tanpa kasih-sayang. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS IX
(= Opc. 27)

又一鬼問言:「我一生以來。有一人持諸利刀,常割我肉,肉盡便去。須臾復生,而復來割,痛不可言。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini ada seseorang yang memegang berbagai pisau tajam, senantiasa mengiris daging saya dan baru pergi setelah habis. Dalam seketika daging itu tumbuh lagi, dan ia kembali datang mengirisnya. Sakitnya tidak terkatakan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,喜屠割眾生,初無慈心。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau senang menyembelih dan mengiris makhluk hidup, selalu tanpa kasih-sayang. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS X
(= Opc. 12)

又一鬼問言:「我一生以來,恒患身體處處皆痛,不可得忍。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini di sekujur badan saya senantiasa menderita sakit yang tak dapat tertahankan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時好漁獵。所網得魚,投之沙土,令其苦死。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau suka menangkap ikan. Ikan-ikan yang berhasil kaujaring kaulemparkan ke tanah berpasir agar mati menderita. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS XI
(= Opc. 13)

又一鬼問言:「我一生以來,頑無所知。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya bodoh dan tidak berpengetahuan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,強勸人酒,令其顛倒。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau menyodorkan minuman keras dengan paksa kepada orang lain agar teler. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS XII³

又一鬼問言:「我一生以來,恒患熱渴。行見恒河,冀入其中,以除熱渴。方入其中,身體焦爛,肌肉離骨。渴欲飲入一口,之腹五藏焦爛,痛不可言。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya senantiasa menderita kepanasan dan kehaüsan. Ketika berjalan melihat Sungai Gaṅgā, saya hendak masuk ke dalamnya untuk menghilangkan kepanasan dan kehaüsan. Baru saja masuk ke dalamnya, badan saya terbakar melepuh dan daging pun rontok meninggalkan tulang. Apabila hendak meminumnya karena dahaga, seteguk yang masuk membakar lima organ di dalam perut, dan sakitnya tidak terkatakan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,喜焚燒山澤,殘害眾生。今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau senang membakar hutan dan paya sehingga mencelakaï makhluk hidup lain. Akibat yang kini kauterima adalah bunganya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS XIII
(= Opc. 23)

又一鬼問言:「我一生以來,恒患飢渴。欲至廁上,取糞噉之。廁上有大力鬼,以杖打我,初不得近。何罪所致?
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya senantiasa menderita kelaparan dan kehaüsan. Saya hendak ke toilet mengambil kotoran untuk dimakan. Di toilet ada setan berkekuatan besar yang memukuli saya dengan tongkat sehingga saya selalu tak dapat mendekat. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,作佛圖主。有客比丘來,慳惜不與食。待客去後,乃行舊僧。慳惜僧物故,今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau adalah pengemong caitya Buddha. Apabila ada bhikṣu tamu yang datang, dengan kikir tidak kauberi ia makan. Kautunggu sampai tamu itu pergi, barulah kauberikan kepada bhikṣu-bhikṣu lama (yang sudah menetap di sana). Karena kikir dan menyayangkan barang milik saṅgha, kini engkau menerima bunga dari akibatnya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS XIV
(= Opc. 22)

又一鬼問言:「我一生以來,恒處不淨。臭惱纏身,不能得離。飢渴之時,還食此不淨。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya senantiasa menetap di tempat yang kotor. Bau busuk meliputi tubuh saya dan saya tidak sanggup meninggalkannya. Pada saat kehaüsan dan kelaparan, saya kembali memakan kekotoran ini. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,作婆羅門子。有一道人,中後來就汝乞食。汝爾時當作是方便,令此道人不復來乞:便取其缽,盛糞著底,以飯覆之。道人得缽,還至本處。著一面澡漱既訖,攝缽欲食。缽中臭穢,不可得近。以是之故,墮在地獄。汝將來世,墮糞屎彌犁地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau adalah putra seorang brāhmaṇa. Ada seorang petapa yang belakangan datang menghampirimu untuk mengemis makanan melulu. Engkau pada saat itu menyusun upaya berikut agar petapa ini tidak lagi datang mengemis: kauambil mangkuknya dan kauisi dengan kotoran di dasarnya, lalu kaututupi dengan nasi. Petapa itu menerima mangkuknya dan kembali ke tempat asalnya. Setelah berbasuh dan mencuci [tangan] di satu sisi, dirangkupnya mangkuknya hendak makan. Tetapi, mangkuk itu mengeluarkan bau busuk yang tak sedap didekati. Karena hal inilah, engkau terjatuh di neraka. Pada kehidupan mendatang engkau akan jatuh ke Kuṇapa Niraya (‘Neraka Tahi Kotoran’).”



KASUS XV
(= Opc. 25)

又一鬼問言:「我一生以來,肩上有銅瓶,盛滿中洋銅。一手捉銅杓以取之,還灌其頭,痛不可言。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini di atas bahu saya ada sebuah vas tembaga yang dalamnya terisi penuh tembaga lebur. Tangan saya satu lagi memegang gayung tembaga untuk menciduknya dan mengguyurkannya ke kepala sendiri. Sakitnya tidak terkatakan. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,作僧維那,知僧事。有一瓶酥,藏著餘處,不行與客僧。待客去後,乃行與舊僧。此酥是招提僧物,一切有分。慳惜僧物故,今受花報,果入地獄。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau adalah seorang karmadāna, bhikṣu administrator yang mengawasi keperluan saṅgha. Ada seguci minyak samin yang kausembunyikan di tempat lain dan tidak kauberikan kepada bhikṣu yang bertamu. Kautunggu sampai tamu itu pergi, barulah kauberikan kepada bhikṣu-bhikṣu lama. Adapun minyak samin merupakan barang milik caturdiśa-saṅgha (‘saṅgha dari keempat penjuru’) sehingga semua berhak atas bagiannya. Karena kikir dan menyayangkan barang milik saṅgha, kini engkau menerima bunga dari akibatnya; buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS XVI

又一鬼問言:「我一生以來,或登刀山劍樹地獄,或墮火坑鑊湯地獄,種種受苦無休已。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya mendaki gunung pisau di Neraka Hutan Pedang, atau terjatuh ke kawah api di Neraka Periuk Rebusan, menerima berbagai macam derita tanpa henti-hentinya. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,作天祠主。烹殺三牲,祭祀天神,血肉灌灑四方。語眾人言:
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau adalah pengemong kuil dewa. Engkau memasak dan menyembelih tiga hewan kurban untuk disajikan kepada para dewa dan roh, lalu memercikkan darahnya ke empat penjuru. Kauberitahu orang-orang:
『汝等祠祀,大得吉利!』
‘Apabila kalian melakukan pengurbanan, maka akan mendapatkan keberuntungan besar!’
作此魔邪之言、妖㜸之師,汝輕欺百姓,誑惑父母。以是之故,果入地獄。」
Dengan membuat pernyataan sesat māra seperti ini dan menjadi tukang ramal pertanda-pertanda, engkau menindas dan menipu rakyat kebanyakan, serta memperdaya dan mengalutkan bapak-ibu. Karena hal ini, buahnya akan masuk ke neraka.”



KASUS XVII

又一鬼問言:「我一生以來,常吞鐵丸。何罪所致?」
Lagi sesosok setan bertanya: “Sepanjang kelahiran ini saya senantiasa menelan bola besi. Dosa apakah yang menyebabkannya?”

目連答言:「汝為人時,作沙彌子,取淨水作石蜜漿。石蜜堅大,盜打取少許。眾僧未食,盜食一口故,以是因緣,果入地獄。汝將來,世世常吞鐵丸。」
Maudgalyāyana menjawab: “Sewaktu menjadi manusia, engkau adalah seorang śrāmaṇera kecil yang mengambil air bersih untuk membuat minuman gula batu. Karena gula batu itu padat lagi besar, dengan curi-curi kaupukul lalu kauambil sedikit. Sementara saṅgha belum mengonsumsinya, dengan curi-curi kaumakan sesuap. Karena sebab-musabab ini, buahnya akan masuk ke neraka. Di masa mendatang, dari kehidupan ke kehidupan engkau akan senantiasa menelan bola besi.”



爾時,目連與諸餓鬼說往昔因緣經竟,還來在耆闍崛山。
Pada saat itu, setelah Maudgalyāyana selesai menceritakan kepada para setan kelaparan kisah sebab-musabab terdahulu, kembalilah ia ke Gunung Gr̥dhrakūṭa.

一切大會,聞佛所說,稽首奉行。
Semua di dalam persamuhan besar, setelah mendengar sabda Buddha, memberi hormat, menjunjung, dan melaksanakannya.






《佛說鬼問目連經》
Akhir dari Sūtra tentang Pertanyaan Para Setan kepada Maudgalyāyana






CATATAN:

¹ Lima ratus jumlahnya menurut teks Fa-hsien.

² Bandingkan Opc. 21. Tetapi, sebab-musababnya di sana justru mirip dengan kasus XVI pada teks kita.

³ Sebab-musabab di sini mirip dengan Opc. 2. Tetapi, kasus yang diberikan Opc. adalah tentang sesosok setan yang senantiasa menderita sakit borok.

⁴ 彌犁 pada teks kita tampaknya adalah salah-salin untuk 泥犁 niraya.

⁵ Lihat catatan no. 2 di atas.

⁶ Bandingkan Opc. 29. Sebab-musabab yang diterangkan di sana adalah tentang seorang śrāmaṇera yang secara tidak adil melebihkan tujuh potong buah untuk gurunya saat membagikan makanan dalam perjamuan saṅgha. Akan tetapi, kasus dari teks kita dan Opc. tampaknya merupakan dua kisah yang berbeda. Keduanya muncul sendiri-sendiri dalam teks Fa-hsien di mana śrāmaṇera yang memotong dan mencuri gula batu kini menjadi setan yang tubuhnya dipenuhi lidah, yang selalu dipotong oleh sebilah kapak yang muncul secara ajaib; sementara śrāmaṇera yang melebihkan tujuh potong buah kini menjadi setan yang selalu dipaksa menelan tujuh bola besi membara.

⁷ Barangkali setelah kembali ke Gr̥dhrakūṭa, Maudgalyāyana menceritakan pengalamannya di hadapan Buddha dan para bhikṣu. Akan tetapi, entahlah — teks kita tidak menjelaskannya secara detail. Pada Opc. kisah ini hanya ditutup dengan para setan yang bertobat, Maudgalyāyana kemudian membabarkan Dharma untuk mereka, dan semua merasa gembira mendengarnya.

Jumat, 11 September 2015

LIMA ŚĪLA & LIMA KEBAJIKAN

Jauh sebelum munculnya agama Buddha, di India tumbuhlah berbagai sekte śramaṇa yang menolak otoritas kitab-kitab Veda dan para brāhmaṇa-nya. Tradisi śramaṇa lebih mengutamakan kebajikan personal untuk mencapai Pembebasan dari saṃsāra daripada upacara kurban kepada dewa-dewa. Salah satu dari enam tokoh besar śramaṇa yang hidup sezaman dengan Buddha adalah Mahāvīra, pendiri agama Jainisme, yang berasal dari klan Jñātr̥. Ia lebih dikenal dengan nama Nigaṇṭha Nātaputta (Skt. Nirgrantha Jñātr̥putra) dalam teks-teks Pāli. Ajarannya dinyatakan dalam sutta ke-2 dari Dīgha Nikāya, Sāmaññaphala, berbunyi:

“Seorang nigaṇṭha terkendali dengan empat macam pengendalian diri (cātuyāma saṃvara). Bagaimanakah, o Baginda, seorang nigaṇṭha yang terkendali dengan empat macam pengendalian diri itu? Dalam dunia ini, seorang nigaṇṭha hidup mengendalikan diri terhadap semua air (sabbavāri vārito), mempergunakan semua air (sabbavāri yuto), menyingkirkan semua air (sabbavāri dhuto), dan melumuri dengan semua air (sabbavāri phuṭo).”

Teks Pāli, akan tetapi, telah keliru menyandangkan empat pengendalian sebagai ajaran Nātaputta. (Ada beberapa versi Śrāmaṇyaphala Sūtra dalam terjemahan Tionghoa; Mūlasarvāstivāda Vinaya juga memuat narasi Raja Ajātaśatru mengenaï ajaran keenam tokoh śramaṇa ini — tidak satu pun di antara berbagai versi di atas yang menyebut-nyebut empat pengendalian.) Selain itu, komentar Dīgha Nikāya, Sumaṅgalavilāsinī, juga memberi penjelasan membingungkan untuk kata sabbavāri sebagai ‘semua air’, sehingga penerjemah-penerjemah modern dalam bahasa Inggris mengabaikannya dan mengganti dengan makna lainnya: ‘semua penghindaran/pengekangan (dari dosa)’.

Menurut tradisi Jaina yang sebenarnya, empat pengendalian bukan diajarkan Mahāvīra, melainkan oleh Pārśva, tīrthaṅkara (secara harfiah: ‘pembuat arungan’) yang hidup k.l. 150 tahun sebelumnya. Cāturyāma dharma tidak berkaitan dengan penggunaan air dll., tetapi merupakan disiplin yang terdiri atas:
  1. Sarvaprāṇātipāta veramaṇa — Menghindari pembunuhan semua makhluk hidup, yakni mengembangkan ahiṃsā ‘tanpa-kekejaman’.
  2. Sarvamr̥ṣāvāda veramaṇa — Menghindari pengucapan semua kedustaan, yakni mengembangkan satya ‘kebenaran’.
  3. Sarvādattādāna veramaṇa — Menghindari pengambilan semua yang tidak diberikan, yakni mengembangkan asteya ‘tanpa-pencurian’.
  4. Sarvabahirdhādāna veramaṇa — Menghindari kemelekatan pada semua objek eksternal.

Disiplin keempat sudah kabur maknanya pada zaman Mahāvīra, yang merupakan tīrthaṅkara ke-24 atau terakhir, sehingga ia merincikan dua kebajikan lagi yang harus dikembangkan, agar lebih jelas:
  1. Brahmacarya ‘kehidupan kudus’, dan
  2. Aparigraha ‘tanpa-pemilikan’.
Kelima yāma ini berlaku, baik bagi kaum monastik maupun umat awam Jaina. Bagi kaum monastik brahmacarya berarti hidup membujang/selibat, sedangkan bagi umat awam dimengerti sebagai penghindaran aktivitas seksual di luar ikatan pernikahan. Demikian pula penerapan aparigraha bagi umat awam lebih kendur derajatnya dibandingkan kaum monastik, yang hanya boleh memiliki sedikit barang kepunyaan.


Begitu merasuknya ajaran pañcayāma ini sebagai falsafah hidup masyarakat India sehingga literatur dharmaśāstra Hindu belakangan pun meminjamnya. Misalnya, kitab Manusmr̥ti menyebutkan (bab X: 63):

Ahiṁsā satyam asteyaṁ
śaucam indriyanigrahaḥ /
etaṁ sāmāsikaṁ dharmaṁ
cāturvarṇye 'bravīn manuḥ //

“Tanpa-kekejaman, kebenaran, tanpa-pencurian,
kesucian, dan penguasaan indera —
inilah, secara ringkas, dharma
bagi keempat kasta,” kata Manu.

Baudhāyana Dharma-sūtra praśna II, 10:18 juga menerangkan berbagai sumpah seorang sannyāsin:

Atha imāni vratāni bhavanti: ahiṃsā, satyam, astainyaṃ, maithunasya ca varjanam, tyāga ity eva.
Selanjutnya, inilah brata-brata yang dimilikinya: tanpa-kekejaman, kebenaran, tanpa-pencurian, pantang berhubungan seksual, dan pelepasan.

Namun, yang paling mempopulerkannya barangkali ialah Patañjali, melalui Yoga Sūtra-nya (bab II “Sādhana Pāda”: 30):

Ahiṁsā-satya-asteya brahmacarya-aparigrahāḥ yamāḥ.
Tanpa-kekejaman, kebenaran, tanpa-pencurian, kehidupan kudus, dan tanpa-pemilikan — [inilah Lima] Pengendalian Diri.

Dari perbandingan dengan lima pengendalian di atas, dapat kita lihat bahwa tidak ada yang baru dalam lima śīla Buddhis. Selain śīla menghindari minum minuman keras, śīla-śīla lainnya merupakan hal yang sudah umum diketahui. Kasus yang mirip juga terdapat di Cina, di mana lima śīla Buddhis dipandang tidak lain merupakan pengamalan lima kebajikan konstan (wu-ch’ang 五常) Konfusianisme. Pendekatan-pendekatan untuk menyandingkan keduanya, misalnya, dilakukan:

Dalam komentar guru besar T’ien-t’ai, Chih-i 智顗, atas Narendrarāja Prajñāpāramitā Sūtra 《仁王護國
  般若經疏》 (T. vol. 33, № 1705 hlm. 260c–261a):
  • Tidak membunuh berpadan dengan jên 仁 ‘cinta-kasih kemanusiaan’.
  • Tidak mencuri berpadan dengan chih 智 ‘kebijaksanaan’.
  • Tidak berzinah berpadan dengan i 義 ‘kelurusan’.
  • Tidak berdusta berpadan dengan hsin 信 ‘kredibilitas/dapat dipercaya’.
  • Tidak meminum minuman keras berpadan dengan li 禮 ‘keadaban’.

Dalam risalah Mo-ho chih-kuan 《摩訶止觀》 (T. vol. 46, № 1911 hlm. 77b):
  • Tidak membunuh berpadan dengan jên 仁 ‘cinta-kasih kemanusiaan’.
  • Tidak mencuri berpadan dengan i 義 ‘kelurusan’.
  • Tidak berzinah berpadan dengan li 禮 ‘keadaban’.
  • Tidak berdusta berpadan dengan hsin 信 ‘kredibilitas/dapat dipercaya’.
  • Tidak meminum minuman keras berpadan dengan chih 智 ‘kebijaksanaan’.




Kalau begitu, apakah keunikan śīla-śīla Buddhis? Seperti yang sudah sering disinggung, dengan menerima śīla-śīla Buddhis terbentuklah saṃvara avijñapti khusus, Prātimokṣa Saṃvara, dalam diri kita. Prātimokṣa Saṃvara merupakan dharma yang unik (dharmāntara 別法) yang hanya ada selama berlangsungnya masa Ajaran dari seorang Samyak-saṃbuddha, dan hanya dimiliki oleh Buddhis. Non-Buddhis, yang bertekad menjalankan aturan-aturan moralitas tertentu, cuma mungkin memiliki naivasaṃvara-nāsaṃvara avijñapti yang bersifat baik (menurut sistém Vaibhāṣika) atau saṃvara avijñapti yang bersifat non-Prātimokṣa (menurut sistém Satyasiddhi).

Kita tahu bahwa latihan Buddhis itu berjenjang tiga (tisraḥ śaikṣāḥ), yakni: śīla, samādhi, dan prajñā. Adalah mustahil untuk mencapai samādhi tanpa śīla yang murni; dan śīla yang murni hanya dapat tercapai bila Prātimokṣa Saṃvara, disiplin pengarah Pembebasan, kita peroleh. Śīla-śīla Buddhis dilaksanakan dengan motivasi untuk meraih Pembebasan Sejati, sedangkan ajaran-ajaran moralitas dalam kepercayaan lain seringkali dilaksanakan hanya demi kelahiran di alam surga. Oleh karena itu, śīla-śīla Buddhis merupakan śīla yang melampaui duniawi (lokottara śīla), sedangkan ajaran-ajaran moralitas dalam kepercayaan lain hanya disebut śīla duniawi (laukika śīla).

Maka Abhidharmakośa Bhāṣya 《阿毘達磨俱舍論》 (T. vol. 29, № 1558 hlm. 73b) mengatakan:

外道無有所受戒耶?
Tiadakah Śīla yang dimiliki non-Buddhis berkat penerimaan (samādānika śīla)?

雖有,不名別解脫戒。由彼所受無有功能永脫諸惡,依著有故。
Walaupun ada, tetapi tidak disebut Prātimokṣa Saṃvara. Apa yang mereka terima tidak memiliki kemampuan untuk membebaskan secara mutlak dari segala kejahatan karena mereka masih melekat pada konsep keberadaan (bhava saṃniśritatvāt). [Yakni, bahkan dalam sistém kepercayaan yang meyakini kelahiran kembali, masih terdapat konsep tentang adanya jiwa {atma}. Jiwa-jiwa yang sudah mencapai Kebebasan dari saṃsāra akan tetap eksis selamanya “di suatu tempat di atas dunia”.]

Senin, 07 September 2015

Ko-eksistensi Beberapa Tipe Prātimokṣa Saṃvara

Dalam transmisi Prātimokṣa Saṃvara, derajat kesériusan kehendak akan menentukan kuat–lemahnya avijñapti yang terbentuk. Bisa saja terdapat umat awam yang saṃvara avijñapti-nya kuat dan kaum monastik yang saṃvara avijñapti-nya lemah. Demikian pula saṃvara avijñapti yang terbentuk dalam diri seseorang mungkin kuat saat ia mengambil Śīla śrāmaṇera, namun lemah sewaktu ia menerima upasaṃpadā. Bahkan seorang arhat mungkin mempunyaï saṃvara avijñapti yang lemah, dan seorang bhikṣu biasa (pr̥ṭhagjana) mempunyaï saṃvara avijñapti yang kuat — akan tetapi, tiada Anāsrava Saṃvara dalam diri seorang pr̥ṭhagjana sebagaimana yang dimiliki arhat.

Prātimokṣa Saṃvara yang lemah, menurut sistém Vaibhāṣika, tidak dapat dikuatkan. Hal ini disebabkan avijñapti berlangsung seumur hidup. Kendati seseorang mengikuti kembali upacara pengambilan Śīla yang sama, saṃvara avijñapti yang telah terbentuk sebelumnya tidak serta-merta rontok dan tergantikan dengan yang baru. (Bahkan sesungguhnya tidak terbentuk saṃvara avijñapti baru karena ia masih memiliki yang lama.) Seseorang yang sudah mengambil suatu disiplin tidak akan kehilangan disiplinnya sampai ia mati atau sampai ia melepas Śīla. Satu-satunya solusi hanyalah dengan melepas Śīla dahulu. Jadi, seorang upāsaka dapat mengucapkan pernyataan melepas Lima Śīla (yang lemah) yang telah ia ambil, dan dianggap sebagai umat yang berlindung kepada Triratna saja. Kemudian, pada saat itu juga, ia mengambil kembali Lima Śīla (dengan buah-pikir yang lebih kuat kali ini).

Maka semuanya tergantung dari bagaimana buah-pikir yang kita bangkitkan ketika mengambil disiplin, untuk tipe apa pun. Saṃvara avijñapti yang terbentuk tentu saja diharapkan lebih kuat saat mengambil Śīla-Śīla yang lebih tinggi. Mula-mula kita mungkin mencoba-coba untuk melaksanakan Śīla sementara waktu dengan mengambil disiplin Upavasatha. Seiring dengan berkembangnya pemahaman, dan kita mampu membangkitkan tekad yang kuat, berikutnya bolehlah kita mengambil Lima Śīla untuk seumur hidup. Demikian seterusnya kita mungkin berkehendak untuk menjalani kehidupan monastik, serta menerima pravrajyā dan upasaṃpadā jikalau kita sudah dapat membangkitkan tekad yang lebih kuat lagi.

Selanjutnya muncul pertanyaan: sewaktu mengambil disiplin yang lebih tinggi, apakah beberapa tipe disiplin hadir, ataukah yang lebih rendah lebur menjadi tipe disiplin baru (yang lebih tinggi)? Menurut bait 14d dari bab IV Abhidharmakośa Bhāṣya 《阿毘達磨俱舍論》 (T. vol. 29, № 1558 hlm. 72b): “Masing-masing terpisah dan tidak saling berlawanan (pr̥thak te cāvirodhinaḥ 各別不相違).”

Bagaimanakah cara beberapa tipe disiplin ko-eksis dalam diri seseorang? Sebuah kutipan dari Po-ni-huan ching 《般泥洹經》(T. vol. 1, № 6 hlm. 188a), salah satu dari beberapa terjemahan Parinirvāṇa Sūtra versi Hīnayāna, menyebutkan:

「我滅度後,儻有如此外學他術,在異生輩,欲棄束髮,來踐法渚,沐浴清化,捨家就戒,當聽可彼以為沙門。何則用彼有大意?故當先試之三月,知能自損,用心與不。若言、行相應者,為能捨罪,先授十戒。三年無失,乃與二百五十戒。其十戒為本,二百四十戒為禮節威儀。」
“Setelah Aku parinirvāṇa, jika seandainya terdapat praktisi ajaran lain seperti ini, yang berasal dari golongan non-Buddhis, yang hendak menanggalkan berkas rambutnya, datang menyeberangi arungan Dharma, membasuh dirinya dalam kejernihan Ajaran, dan meninggalkan kehidupan rumah-tangga serta menerima Śīla, maka Kuiizinkan untuk memperbolehkannya menjadi śramaṇa. Apalah yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya tekad yang ia miliki? Karenanya, ia mesti diuji terlebih dahulu selama tiga bulan untuk mengetahui apakah ia sanggup menyangkal diri, dengan segenap hatinya atau tidak. Apabila ucapannya bersesuaian dengan tingkah lakunya, dan ia sanggup melepaskan segala dosa, maka transmisikanlah dahulu 10 śīla. Setelah tiga tahun, jikalau tiada kekurangan, barulah berikan 250 śīla kepadanya: 10 śīla merupakan pokok, dan 240 śīla merupakan tatakrama yang berkenaan dengan adab kesopanan.”






Agar lebih jelas lagi, marilah kita simak tanya-jawab dalam jilid 124 komentar besar abhidharma, Mahāvibhāṣā 《阿毘達磨大毘婆沙論》 (T. vol. 27, No. 1545 hlm. 646c):

問:諸近事受勤策律儀,及勤策受苾芻律儀,彼為捨前律儀,得後律儀不?若捨前得後者,何故《施設論》說:「前後律儀,彼俱成就」?
又若捨者,後捨勤策為近事時,及捨苾芻為勤策時,更未受戒,云何得彼近事、勤策二律儀耶?
若不捨者,彼既成就二種律儀,或復三種。何故得名唯依後戒?
又親教師,彼既有二。何故佛說後是前非?
Tanya: Para upāsaka yang menerima disiplin śrāmaṇera, atau para śrāmaṇera yang menerima disiplin bhikṣu, apakah disiplin mereka yang sebelumnya lepas sehingga mendapatkan disiplin yang belakangan? Jikalau yang sebelumnya lepas dan yang belakangan didapat, apakah sebabnya Prajñaptipāda Śāstra mengatakan: “Disiplin yang sebelumnya dan yang belakangan, keduanya sama-sama lengkap terbentuk”?
Juga jikalau telah lepas, bilamana seorang śrāmaṇera kembali menjadi upāsaka, atau seorang bhikṣu kembali menjadi śrāmaṇera, walau ia belum menerima Śīla apa pun lagi, apakah sebabnya ia mendapatkan [salah satu dari] kedua disiplin: upāsaka atau śrāmaṇera? [Yakni, misalnya, seorang bhikṣu yang hanya menyatakan lepas jubah, maka secara otomatis ia menjadi śrāmaṇera meskipun tidak mengambil Śīla śrāmaṇera kembali. {Seorang bhikṣu yang hendak lepas jubah menjadi upāsaka harus menyatakan bahwa ia melepas disiplin bhikṣu dan śrāmaṇera; atau juga menyatakan melepas Lima Śīla jikalau ia hanya ingin menjadi umat awam dengan Tiga Perlindungan saja.} Demikian pula halnya śrāmaṇera yang lepas jubah.]
Jikalau tidak lepas, berarti [dalam satu waktu] seseorang dapat memiliki lengkap dua atau tiga tipe disiplin sekaligus. Apakah sebabnya ia hanya disebut berdasarkan Śīla yang ia dapat belakangan? [Yakni, misalnya, seseorang dipanggil “bhikṣu” karena ia terakhir mengambil disiplin kebhikṣuan — padahal kini tiga jenis disiplin hadir bersamaan dalam dirinya.]
Juga dalam hal mengikuti guru pembimbing, kini ia telah memiliki dua. Apakah sebabnya Buddha menyatakan yang terakhir itu guru, bukan yang mula-mula lagi?

答:受後律儀,不捨前戒。謂:近事受勤策律儀,不捨近事五,更得勤策十。爾時,成就十五律儀。若勤策受苾芻律儀,不捨前十五,更得苾芻過二百五十。爾時,成就過二百六十五律儀。
有餘師說:若近事受勤策律儀,不捨近事五,更得勤策五。爾時,成就十種律儀。若勤策受苾芻律儀,不捨前十,更得苾芻過二百四十。爾時,成就過二百五十律儀。
Jawab: Jikalau menerima disiplin yang belakangan, śīla-śila yang sebelumnya tidak lepas. Jadi, upāsaka yang menerima disiplin śrāmaṇera, 5 śīla upāsaka-nya tidak lepas, dan ia mendapatkan lagi 10 śīla śrāmaṇera. Pada saat ini terbentuk lengkap disiplin dengan 15 śīla. Jikalau śrāmaṇera menerima disiplin bhikṣu, 15 śīla sebelumnya tidak lepas, dan ia mendapatkan lagi 250 lebih śīla bhikṣu. Pada saat ini terbentuk lengkap disiplin dengan 265 śīla lebih. (Vasubandhu tampaknya lebih menyetujui pendapat ini — lihat ilustrasi di bawah.)
Ada guru-guru lain berpendapat: Jikalau upāsaka menerima disiplin śrāmaṇera, 5 śīla upāsaka-nya tidak lepas, dan ia mendapatkan lagi 5 śīla śrāmaṇera. Pada saat ini terbentuk lengkap disiplin dengan 10 śīla. Jikalau śrāmaṇera menerima disiplin bhikṣu, 10 śīla sebelumnya tidak lepas, dan ia mendapatkan lagi 240 lebih śīla bhikṣu. Pada saat ini terbentuk lengkap disiplin dengan 250 śīla lebih.

問:彼既成就二種律儀,或復三種。何故得名唯依後戒?
Tanya: Ia telah memiliki lengkap dua atau tiga tipe disiplin sekaligus. Apakah sebabnya ia hanya disebut berdasarkan Śīla yang ia dapat belakangan?

答:就勝,立名不應為難。如得勝位,捨本劣名。
Jawab: Karena lebih unggul — maka menetapkan sebutannya bukanlah perkara yang rumit. Jikalau seseorang mendapat kedudukan yang lebih unggul, ia menanggalkan sebutannya semula yang lebih asor.

問:彼親教師,既有二種。何故佛說後是前非?
Tanya: Dalam hal mengikuti guru pembimbing, kini ia telah memiliki dua jenis. Apakah sebabnya Buddha menyatakan yang terakhir itu guru, bukan yang mula-mula lagi?

答:以勝律儀,依後師得,不依前故。如不依彼律儀得名,彼師亦爾。
復有說者:捨前律儀。
Jawab: Karena disiplin yang lebih unggul diperoleh dari guru yang belakangan, bukan dari yang sebelumnya. Sebagaimana ia mendapatkan sebutan bukan lagi berdasarkan disiplin [yang mula-mula] itu, demikian pula halnya guru itu.
Tetapi, ada pula [yang masih bersikukuh dengan] pendapat: Berarti disiplin sebelumnya lepas!

問:若爾,何故《施設論》說:「前後律儀,彼俱成就」?
Tanya: Jika demikian, apakah sebabnya Prajñaptipāda Śāstra mengatakan: “Disiplin yang sebelumnya dan yang belakangan, keduanya sama-sama lengkap terbentuk”?

答:彼論意說,由前律儀,資後令勝。前戒勢力,今時猶轉,故說成就。而先律儀,實不成就。
Jawab: Maksud śāstra ini adalah disiplin sebelumnya berkontribusi memperkuat yang belakangan. Kekuatan Śīla yang sebelumnya masih berlanjut saat ini, maka disebut “lengkap terbentuk”. Namun, disiplin yang terdahulu sesungguhnya tidak benar-benar [masih] berbentuk.

問:後捨苾芻為勤策時,及捨勤策為近事時,復云何得彼二戒耶?
Tanya: Lalu pada saat seorang bhikṣu lepas jubah menjadi śrāmaṇera, atau pada saat seorang śrāmaṇera lepas jubah menjadi upāsaka, bagaimanakah ia kembali mendapatkan kedua jenis Śīla tersebut?

答:即由語表自誓:「我今還為勤策或近事」,故得二律儀,非成舊戒。如是說者,不捨前戒,而得後戒。彼後所受,非前所受,相違法故。又前後戒,因緣各別,不應相合,成十數等。
Jawab: Yaïtu dari vak vijñapti berupa pernyataannya sendiri: “Kini aku kembali menjadi śrāmaṇera atau upāsaka”, maka ia mendapatkan [salah satu dari] kedua disiplin itu; bukan karena mendaur-ulang Śīla yang lama. Penjelasan ini maksudnya: bukan karena Śīla sebelumnya tidak lepas (misalnya: Śīla śrāmaṇera sebelum di-upasaṃpadā), maka [secara otomatis] mendapatkan Śīla yang belakangan (Śīla śrāmaṇera setelah lepas jubah). Śīla belakangan yang diterimanya bukanlah yang ia terima sebelumnya, karena keduanya merupakan dharma yang saling berlawanan (virodhin). Juga sebab dan kondisi terbentuknya Śīla yang sebelumnya dengan yang belakangan masing-masing berbeda; janganlah mencampur-aduk pembentukannya (10 śīla dll.)!

Pendekatan I: Abhidharma Mahāvibhāṣā

Pendekatan II: Abhidharma Mahāvibhāṣā, Parinirvāṇa Sūtra, Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā

Pelepasan Disiplin (śikṣāpratyākhyāna)

Lihat juga Perolehan dan Pelepasan Disiplin dalam Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā.