- 或多自歸 山川樹神
廟立圖像 祭祀求福
Banyaklah orang yang pergi berlindung
kepada dewata penunggu gunung, sungai, dan pohon,
kepada berhala yang didirikan di kuil-kuil,
serta mempersembahkan sesajian demi memohon berkah.
- 自歸如是 非吉非上
彼不能來 度我眾苦
Namun, perlindungan yang demikian
bukanlah yang teraman dan bukan yang terbaik.
Perlindungan itu tidak dapat mendatangkan
keselamatan bagi kita dari segala penderitaan.
- 如有自歸 佛法聖眾
道德四諦 必見正慧
Jikalau ada yang berlindung
kepada Buddha, Dharma, dan Ārya Saṅgha,
maka Empat Kebenaran Mulia dari Sang Jalan
akan terlihat dengan kebijaksanaan benar, [yakni:]
- 生死極苦 從諦得度
度世八道 斯除眾苦
“Kelahiran dan kematian sungguh merupakan penderitaan (duḥkha).
Bertolak dari Kebenaran ini (tentang asal duḥkha),
dapatlah kita terseberangkan (menuju akhir duḥkha).
Jalan Berunsur Delapan penyelamat dunia —
inilah yang menghapuskan segala penderitaan.”
- 自歸三尊 最吉最上
唯獨有是 度一切苦
Berlindung kepada Tiga yang Mulia
merupakan yang teraman dan yang terbaik.
Hanya inilah satu-satunya
yang menyelamatkan dari segala penderitaan.
- 士如中正 志道不慳
利哉斯人 自歸佛者
Orang yang benar-benar lurus,
yang demi Sang Jalan, tidak merasa sayang [mengorbankan segalanya]
— sungguh beruntunglah orang seperti itu,
yang berlindung kepada Buddha.
Pada pemutaran Roda Dharma yang pertama di Taman Rusa, Empat Kebenaran Sejati menjadi topik bahasan utama Buddha. Empat Kebenaran merupakan kerangka klasik yang mendasari segala ajaran-Nya sepanjang 45 (atau menurut tradisi lain 49) tahun Ia berkarya, walau dapat dimengerti pada beberapa tataran. Dalam Buddha Paścimāvavāda Sūtra 《佛遺教經》 (T. vol. 12, № 389 hlm. 1111a), Aniruddha berkata:
「月可令熱,日可令冷,佛說四諦不可令異。」
“Rembulan bisa jadi panas, matahari bisa jadi dingin, namun Empat Kebenaran yang disabdakan Buddha tidaklah bisa berbeda.”
Premis-premis Empat Kebenaran menunjukkan prinsip sebab-akibat:
- Penyusun penderitaan (duḥkhasamudaya) adalah sebab berada di dunia.
- Penderitaan (duḥkha) merupakan buah berada di dunia.
- Jalan untuk mengakhiri penderitaan (duḥkhanirodha gāminīpratipat) adalah sebab bertolak dari dunia.
- Akhir penderitaan (duḥkhanirodha) merupakan buah bertolak dari dunia.
Sebagai tabib yang baik, pertama-tama Buddha mendiagnosa gejala-gejala penyakit (=penderitaan) semua makhluk. Oleh karena itulah, Kebenaran tentang duḥkha ditempatkan pertama. Untuk dapat mengobatinya, Beliau harus menemukan dahulu sebab penyakit itu. Maka Kebenaran tentang penyusun duḥkha ditempatkan kedua. Beliau menyatakan bahwa kesembuhan adalah mungkin, lalu Beliau pun meresepkan obatnya — Kebenaran tentang akhir duḥkha dan jalan untuk mengakhirinya. Karena beragamnya penyakit semua makhluk, diperlukan beragam obat dengan kombinasi bahan yang berbeda-beda (meskipun bahan dasar obat tersebut sama). Maka seringkali dikatakan bahwa Buddha mengajarkan 84.000 Pintu Dharma yang berbeda-beda sesuai kapasitas dan kondisi makhluk yang berbeda-beda.
Sewaktu memutar Roda Dharma pertama kalinya, Buddha bahkan sampai melakukan tiga putaran (parivarta) untuk keempat Kebenaran. Eksegesa dalam Buddhisme Tiongkok menafsirkan bahwa putaran-putaran tersebut masing-masing bersifat indikatif, rekomendatif, dan evidensial.
- Putaran indikatif 示轉 maksudnya bersifat penunjukan.
Hal ini ditandaï dengan kata-kata tunjuk: “inilah” (ayaṃ, idaṃ). Mereka dengan kapasitas utama, dengan indera yang tajam, langsung tercerahkan begitu mendengar penunjukan seperti ini saja —
此是苦 inilah penderitaan,
此是集 inilah penyusunnya,
此是滅 inilah akhirnya,
此是道 inilah jalannya. - Putaran rekomendatif 勸轉 maksudnya bersifat penganjuran.
Kata-kata kuncinya di sini: “harus diketahui” (parijñeya), “harus dipotong” (prahātavya), “harus direalisasi” (sākṣātkartavya), “harus dikembangkan” (bhāvayitavya). Mereka dengan kapasitas madya, dengan indera menengah, tidak langsung tercerahkan dengan penunjukan pertama, sehingga harus diberi anjuran sekali lagi —
此苦當知 penderitaan ini harus diketahui,
此集當斷 penyusunnya ini harus dipotong,
此滅當證 akhirnya ini harus direalisasi,
此道當修 jalannya ini harus dikembangkan. - Putaran evidensial 證轉 maksudnya bersifat pemberian bukti.
Kata-kata kuncinya di sini: “telah Kuketahui” (parijñāta), “telah Kupotong” (prahīṇa), “telah Kurealisasi” (sākṣātkr̥ta), “telah Kukembangkan” (bhāvita). Mereka dengan kapasitas asor, dengan indera yang tumpul, bahkan tidak tercerahkan setelah mendengar dua kali, dan harus diberi bukti agar yakin —
此苦我已知 penderitaan ini telah Kuketahui,
此集我已斷 penyusunnya ini telah Kupotong,
此滅我已證 akhirnya ini telah Kurealisasi,
此道我已修 jalannya ini telah Kukembangkan.
Untuk jelasnya lihat interpretasi guru besar T’ien-t’ai, Cʜɪʜ-ɪ, dalam jilid 7 Fa-hua wên-chü 《法華文句》 (‘Kata-kata dan Kalimat dari Saddharmapuṇḍarīka’, T. vol. 34, № 1718 hlm. 99a). Cʜɪʜ-ɪ lebih jauh lagi menautkan tiga putaran dengan tiga Kendaraan: para bodhisattva tercerahkan cukup dengan satu putaran, para pratyeka ditambah dengan yang kedua, dan para śrāvaka membutuhkan tiga-tiganya semua.