Powered by Administrator

Translate

Kamis, 01 Agustus 2019

Yakinlah kepada Śīla Buddhis

Petikan Bodhisattvakeyura-parikarma Sūtra 《菩薩瓔珞本業經》 yang telah kita kutip berbunyi:

入三寶海,以信為本;住在佛家,以戒為本。
Untuk memasuki laütan Triratna, keyakinan adalah dasarnya; untuk berdiam dalam keluarga Buddha, Śīla adalah dasarnya.

Di bab III Cittabhūmi-parīkṣā Sūtrasebuah jātaka Mahāyāna 《大乘本生心地觀經》 (T. vol. 3, № 159 hlm. 306c) Buddha menyabdakan hal yang sama:

「汝等比丘。諦聽!諦聽!入佛法海,信為根本;渡生死河,戒為船筏。」
“Kalian, para bhikṣu, dengarlah baik-baik! dengarlah baik-baik! Untuk memasuki laütan Buddhadharma, keyakinan adalah akarnya; untuk menyeberangi sungai kelahiran-kematian, Śīla adalah rakit kapalnya.”






Rumusan Tiga Perlindungan menjadi semacam verba consecrationis (kata-kata “sakti” pengkonsekrir) pada waktu menerimakan disiplin Buddhis mana pun, baik Lima Śīla, Delapan Śīla, Sepuluh Śīla, bahkan (semula juga) Upasaṃpanna Śīla. Dengan mengulanginya lengkap tiga kali, substansi Śīla terbentuk dalam diri si pemohon. Mengacu pembahasan sebelumnya, bagaimana mungkin kita mengulangi rumusan Tiga Perlindungan jikalau kita tidak sudi berlindung kepada Triratna? Bagaimana mungkin kita pergi berlindung jikalau kita tidak memiliki keyakinan?




Keyakinan kepada Dharmaratna beraspek dua: yakin akan Dharma sebagai keadaan bebas-nafsu dan yakin akan Dharma sebagai pemotong nafsu. Penjelasan dari Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā ini dikutip oleh Vinayācārya Tao-hsüan. Berlindung kepada Dharma, sebagai keadaan bebas-nafsu, berarti berlindung kepada Nirvāṇa itu sendiri. Nirvāṇa itu telah direalisasi oleh Buddha, lalu diajarkan-Nya kepada Saṅgha. Maka muncullah aspek lain dari Dharmaratna: sebagai pemotong nafsu yang diajarkan Buddha (yang meliputi menjadi Latihan Berunsur Tiga: Śīla, Samādhi, dan Prajñā). Dalam skema Empat Kebenaran, Dharma yang direalisasi oleh Buddha (alias Nirvāṇa) merupakan yang ketiga, yakni Kebenaran Sejati tentang Akhir Penderitaan. Dharma yang diajarkan Buddha kepada Saṅgha merupakan yang keempat, yakni Kebenaran Sejati tentang Jalan untuk Mengakhiri Penderitaan.

Dari sini dapat kita lihat betapa pentingnya Śīla, sebagai Dharma yang diajarkan Buddha. Bagaimana mungkin kita berharap dapat terlepas dari segala belenggu dan meraih Kebebasan jikalau kita tidak yakin dan bertekad menjalankan Śīla yang sungguh merupakan pemotong nafsu? Perumpamaan rangkap-empat seringkali digunakan untuk menggambarkan hal ini: Buddha adalah tabib, Dharma (Nirvāṇa) adalah keadaan kesembuhan, Saṅgha adalah jururawat, dan Śīla adalah obat mujarab. Perumpamaan lain yang juga sering digunakan adalah: Buddha sebagai nakhoda, Dharma (Nirvāṇa) sebagai pantai seberang, Saṅgha sebagai sesama penumpang, dan Śīla sebagai rakit.

Daśadharmaka Sūtra, sūtra ke-9 dari Mahāratnakuṭa 《大寶積經·大乘十法會》 (T. vol. 11, № 310 hlm. 151b), mengatakan:

信為增上乘  信者是佛子
是故有智者  應常親近信
信是世間最  信者無窮乏
是故有智者  應常親近信
若不信之人  不生諸白法
猶如燒種子  不生根芽等

Keyakinan adalah wahana peningkatan;
mereka yang yakin merupakan putra-putra Jina.
Oleh sebab itu, seorang yang bijak
semestinya selalu mengeratkan keyakinan.

Keyakinan adalah yang terutama di dunia;
mereka yang yakin tiada berkekurangan.
Oleh sebab itu, seorang yang bijak
semestinya selalu mengeratkan keyakinan.

Seseorang yang tidak yakin
takkan melahirkan segala dharma yang putih,
sama seperti benih yang terbakar
takkan melahirkan akar dan tunas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar