Powered by Administrator

Translate

Sabtu, 18 Agustus 2018

SETENGAH PUASA

Jam-jam makan dalam penekunan Puasa Buddhis pada prinsipnya diadopsi dari praktik monastik. Ada kemiripan antara apa yang dipraktikkan bhikṣu-bhikṣuṇī Buddhis dengan sādhu-sādhvī Jaina. Sādhu Jaina boleh makan kurang lebih satu muhūrta (48 menit) setelah matahari terbit. Demikian pula dalam Vinaya Piṭaka seorang bhikṣu baru boleh makan setelah hari cukup terang sehingga garis-garis di telapak tangannya kelihatan jelas. Bhikṣu Buddhis hanya diizinkan makan sampai tengah hari, sedangkan sādhu Jaina dapat makan sampai matahari terbenam. Oleh karenanya, seorang sādhu dapat berkeliling kembali untuk mengemis derma makanan (gocarī) kedua kalinya di sore hari. Akan tetapi, ia tidak diperbolehkan makan atau minum apa pun (termasuk air yang sudah direbus) sejak matahari terbenam sampai keesokan paginya, sementara bhikṣu Buddhis boleh minum.


Pergantian tanggal di India kuno dimulaï sejak terbitnya matahari, bukan sejak tengah malam atau pukul 00.00. Dari 24 jam, 12 jam pertama disebut (siang) hari dan 12 jam kedua disebut malam. Apabila kita anggap hari cukup terang pukul 06.00 dan tengah hari jatuh pukul 12.00, maka seorang Buddhis yang mengambil Delapan Śīla berarti boleh makan dalam enam jam dan berpantang selama delapan belas jam sisanya (tetapi boleh minum air).

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menurut sistém Sautrāntika-Satyasiddha, Delapan Śīla dapat diambil untuk jangka penekunan kurang dari 24 jam. Sewaktu matahari terbit, seseorang yang mengambil Delapan Śīla sampai matahari terbenam saja disebut berpuasa hanya sehari. Begitu juga seseorang yang di sore hari mengambil Delapan Śīla (berarti ia takkan makan sepanjang malam itu) sampai keesokan paginya disebut berpuasa hanya semalam.

Bagaimanakah dengan seseorang yang mengambil Delapan Śīla untuk sehari semalam dan, karena suatu sebab (misalnya: jatuh sakit atau mendadak harus melakukan pekerjaan berat), terpaksa membatalkan puasanya ketika sore hari? Praktik semacam ini disebut setengah puasa 半齋. Kaum Vaibhāṣika berpendapat setengah puasa sama saja dengan tidak berpuasa. Menurut mereka, karena seseorang tidak dapat membuat persepakatan di muka untuk mengambil Delapan Śīla hanya 12 jam saja, substansi Delapan Śīla baru terbentuk apabila diambil untuk sehari semalam — sama seperti substansi Lima Śīla yang baru terbentuk apabila diambil untuk seumur hidup. Jikalau ia tidak kuat berpuasa lagi, maka ia harus melepas delapan langkah latihannya. (Hal ini lebih baik daripada ia merusak Puasa 破齋 karena tetap memegangnya lalu makan malam.) Dengan melepas, berarti ia mundur di tengah jalan dan sama saja tidak berpuasa.

Sementara itu, dalam sistém Sautrāntika-Satyasiddha, karena Delapan Śīla sebagai sebuah disiplin Prātimokṣa yang spesial juga boleh diambil sebagian (tidak lengkap delapan), maka seseorang yang harus makan malam dapat saja hanya melepas langkah latihan “tidak makan setelah tengah hari”, dan mempertahankan tujuh sisanya. Ia tidak disebut berpuasa, tetapi tetap disebut memegang anggota (dari Delapan) Śīla.

Tentu saja meskipun hanya ditekuni selama 12 jam, setengah puasa tetap mendatangkan akibat baik seperti dikisahkan dalam cerita ke-13 Rampaian Avadāna Lama 《舊雜譬喻經》 (T. vol. 4, № 206 hlm. 513a) terjemahan K’ang Sêng-hui:

昔有四姓請佛飯。
Dahulu diselenggarakanlah [acara mahādāna] oleh keempat kasta untuk mengundang Buddha makan.

時,有一人賣牛湩。大姓留止飯,教持齋戒,止聽經。
Tatkala itu ada seorang penjual produk-produk melkerei. Orang-orang dari kasta tinggi menyisakan makanan untuknya, dan mengajarinya juga untuk memegang Aturan Puasa serta singgah sejenak mendengarkan khotbah (sūtra).

賓乃歸。
Setelah dijamu, [hingga petang] barulah ia pulang.

婦言:「我朝相待未飯。」便強令夫飯,壞其齋意。
Istrinya berkata: “Sejak pagi aku menunggumu dan belum makan.” Maka dipaksanya suaminya ikut makan sehingga merusak niat Puasanya.

雖爾,七生天上、七生世間。
Kendatipun begitu, ia terlahir tujuh kali di surga dan tujuh kali di dunia [manusia].

 ◎ 師曰:「一日持齋,有六十萬歲糧。

Sang Guru berkata: “Memegang Puasa untuk sehari akan menghasilkan [kecukupan] pangan selama 600.000 tahun.

復有五福:
Ada lagi lima pahala lainnya:

一曰、少病;
1. Sedikit penyakit;

二曰、身安隱;
2. Tubuh tenteram dan bahagia;

三曰、少婬意;
3. Sedikit pikiran nafsu;

四曰、少睡臥;
4. Sedikit kantuk dan kelesuan;

五曰、得生天上,常識宿命所行也。」
5. Dapat terlahir di surga dan senantiasa mengingat apa yang dilakukan di kehidupan lampau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar