Powered by Administrator

Translate

Rabu, 05 Desember 2018

5. Swa-komitmen 自誓

Ⓥ:定從他受。
  Wajib mengambil dari orang lain (seorang guru).

Ⓢ:開自誓受。

  Didispensasikan mengambil dengan berkomitmen sendiri.



Poin ini berkaitan dengan pengambilan disiplin Prātimokṣa secara paravijñapana seperti yang pernah disinggung sebelumnya. Istilah paravijñapana berarti ‘penunjukan orang lain’: orang lain menunjukkan kepada kita metode penerimaan disiplin melalui sebuah upacara formal (dan, sebenarnya, kita juga menunjukkan kehendak untuk mengambil disiplin kepada orang lain tersebut dengan mengikuti segala prosedur upacaranya). Dalam hal Delapan Śīla, Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā (T. vol. 23, hlm. 509a) mengatakan:

夫受齋法必從他受。於何人邊受?
Bahwa penerimaan Aturan Puasa harus diambil dari orang lain. Dari orang-orang manakah kita mengambilnya?

五眾邊。
Dari kelima kelompok (yakni, dari seorang bhikṣu; atau jika tidak tersedia: dari seorang bhikṣuṇī; atau jika tidak tersedia juga: dari seorang śikṣamāṇā, śrāmaṇera, atau śrāmaṇerī).

Begitu sentralnya peran seorang guru dalam pengambilan Delapan Śīla sehingga, menurut Vaibhāṣika, substansi disiplin Upavāsa tidak terbentuk tanpa kehadiran guru. Jika karena suatu alasan seseorang yang hendak menekuni Upavāsa tidak dapat pagi-pagi pergi memohon Śīla dari seorang guru, ia harus memohon di siangnya, bahkan boleh selewat jam makan. Substansi disiplin yang diperolehnya akan berlaku surut, terhitung sejak pagi hari itu. Pada penjelasan untuk bait 28 dari bab IV Abhidharmakośa 《阿毘達磨俱舍釋論》 (T. vol. 29, № 1559 hlm. 232b) dikatakan:

若食已,亦得受。亦應從他受,不得自受。
Setelah makan dapat juga mengambilnya. Juga mesti diterima dari orang lain, tidak dapat mengambil sendiri (sa bhuktvāpi gr̥hṇīyāt; anyataś ca grahītavyo, na svayam).

Walaupun belum memohon disiplin, tentu saja ia harus menjaga agar makannya tidak melampaui tengah hari (sehingga dapat tetap disebut berpuasa). Demikian pula untuk langkah latihan lainnya. Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā (T. vol. 23, hlm. 509a) mengatakan:

若人欲受八齋,先恣情女色、或作音樂、或貪飲噉、種種戲笑,如是等放逸事,盡心作已,而後受齋。不問中前、中後,盡不得齋。
Jikalau seseorang [telah] berkehendak mengambil Puasa Berunsur Delapan sebelumnya, lalu dengan sesukanya berahi kepada lawan jenis, bermain musik, gelojoh pada makanan, beria-ria dengan aneka hiburan — setelah melakukan berbagai jenis kelengahan seperti ini, ia kemudian [baru memohon] menerima Upavāsa. Maka meskipun belum tengah hari atau sudah tengah hari, ia tidak memperoleh [substansi disiplin] Upavāsa.

……

若欲受齋,而以事難自礙,不得自在。事難解已,而受齋者,不問中前、中後,一切得齋。
Jikalau seseorang [telah] berkehendak mengambil Upavāsa, namun karena terkendala oleh suatu masalah yang sulit, tidak dapat leluasa [langsung pergi memohon] — setelah terbebas dari masalah sulit itu, barulah ia menerima Upavāsa. Maka meskipun belum tengah hari atau sudah tengah hari, ia memperoleh [substansi disiplin] Upavāsa.






Bagaimanakah jika seseorang yang hendak mengambil Upavāsa tidak dapat menjumpaï seorang guru, bahkan hingga malam hari? Menurut Bhadanta Harivarman sesungguhnya saṃvara avijñapti sudah terbentuk saat orang tersebut bertekad untuk menekuni Upavāsa di pagi hari, walau tanpa kehadiran seorang guru. Dalam bab CXIII Satyasiddhi Śāstra, “Tentang Delapan Śīla Upavāsa” 〈八戒齋品〉 (T. vol. 32, hlm. 303c) tercatat:

問曰:是八分齋,但應具受?為得分受?
Tanya: Puasa berunsur delapan ini mestikah diambil lengkap saja? Atau dapatkah diambil sebagian?

答曰:隨力能持。
Jawab: Sesuai kesanggupan memegangnya, [seberapa pun boleh].

有人言:「此法但齋一日一夜。」是事不然。隨受多少戒,或可半日,乃至一月,有何咎耶?
Ada yang mengatakan: “Aturan puasa ini hanya [dapat berlaku] sehari semalam.” — Tidak demikian halnya. Seberapa pun śīla yang diambil, entah untuk setengah hari, bahkan hingga satu bulan, apalah salahnya?

有人言:「要從他受。」是亦不定。若無人時,但心念、口言:「我持八戒。」
Ada yang mengatakan: “Harus diambil dari orang lain.” — Ini juga tidak pasti. Apabila tiada orang lain, cukuplah batin [sendiri] bertekad dan mulut mengucap: “Aku akan memegang Delapan Śīla.”

Seandainya seseorang kesulitan menjumpaï seorang guru, ia boleh saja mengambil sendiri disiplin Upavāsa di rumah, misalnya di hadapan altar Buddha dsb. Kejanggalan justru tampak pada konsep berlaku surut Vaibhāṣika, yang berpegangan bahwa disiplin Upavāsa tidak dapat berlaku kurang atau lebih dari sehari semalam. Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā menyebutkan:

若本無心受齋,而作種種放逸事;後遇善知識即受齋者。不問中前、中後,一切得齋。
Jikalau seseorang sejak semula tidak memiliki buah-pikir untuk mengambil Upavāsa, lalu melakukan berbagai jenis kelengahan; kemudian ia bertemu dengan seorang guru (kalyāṇamitra) dan menerima Upavāsa. Maka meskipun belum tengah hari atau sudah tengah hari, ia memperoleh [substansi disiplin] Upavāsa.

Untuk kasus seperti ini, menurut sistem Satyasiddha tentu saja substansi disiplin Upavāsa juga diperoleh orang tersebut, hanya saja bukan sehari semalam sebab ia telah melewati setengah harinya bukan di bawah disiplin. Saṃvara avijñapti-nya baru terbentuk tepat setelah ia mengambil Śīla dan berlaku sampai keesokan paginya. Jadi, ia hanya melaksanakan Upavāsa selama setengah hari dan satu malam — dan bukan dipaksakan disebut “selama sehari semalam” dengan konsep berlaku surut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar