Powered by Administrator

Translate

Kamis, 09 Maret 2017

Motivasi dalam Mengambil Disiplin Buddhis (2)

Lebih buruk dari orang yang mengambil Śīla karena berharap lahir di surga dengan menjalankan moralitas, adalah mereka yang tidak benar-benar berniat menjalankan disiplin, namun mengambilnya hanya demi status. Misalnya: seseorang mengambil Pañca Śīla supaya dipandang sebagai umat Buddha yang baik, supaya dianggap telah menjadi upāsaka yang sah sehingga “lebih tinggi” kedudukannya dibandingkan umat lain yang hanya merupakan simpatisan dalam acara-acara keagamaan. Ada lagi orang yang tidak memiliki keterampilan atau kesulitan mendapat pekerjaan, lalu mengikuti upasaṃpadā supaya dianggap sah sebagai bhikṣu di mata masyarakat sehingga dapat hidup dalam komunitas saṅgha.

Dalam Upāsaka Śīla Sūtra bab IV, “Tentang Pembebasan” 《優婆塞戒經·解脫品》 (T. vol. 24, № 1488 hlm. 1037a), Buddha bersabda:

「善男子。若人不能一心觀察生死過咎、涅槃安樂,如是之人,雖復惠施、持戒、多聞,終不能得解脫分法。若能厭患生死過咎,深見涅槃功德安樂,如是之人,雖復少施、少戒、少聞,即能獲得解脫分法。」
“Putra berbudi, jikalau seseorang tidak dapat dengan sepenuh hati mengamati keburukan dari saṃsāra dan kebahagiaan dari Nirvāṇa, maka meskipun orang tersebut suka berderma, memegang śīla, atau banyak mendengarkan [Ajaran], ia takkan dapat memperoleh bagian Pembebasan. Jikalau seseorang dapat merasa enggan akan keburukan saṃsāra dan melihat secara mendalam kualitas Nirvāṇa yang membahagiakan, maka meskipun ia sedikit berderma, sedikit memegang Śīla, sedikit mendengar [Ajaran], ia tentu dapat memperoleh bagian Pembebasan.”

Orang yang mengambil dan menuruti disiplin Buddhis, tetapi masih menggemari kelahiran di surga, takkan memperoleh bagian Pembebasan. Apalagi mereka yang mengambilnya tanpa benar-benar berniat untuk menurutinya! Substansi disiplin sesungguhnya tidak terbentuk dalam diri mereka; mereka telah membuang-buang kesempatan emas berjumpa dengan Prātimokṣa Saṃvara, yang merupakan dharma unik (dharmāntara) yang hanya ada pada masa śāsana seorang Samyaksaṃbuddha. Oleh sebab itu, Śīla-Śīla Buddhis seharusnya benar-benar diambil dengan dilandasi semangat untuk bertolak dari saṃsāra.




Bagaimanakah semangat tersebut harus kita kembangkan pada saat kita mengambil Śīla? Vinayācārya Tao-hsüan mengutip (komentar) vinaya kuno berjudul P’i-pa¹ 毘跋律, yang kini telah hilang, dalam Hsing-shih ch’ao 《行事鈔》 (T. vol. 40, № 1804 hlm. 26 a–b):

  1. 發心:「我今求道,當教一切衆生,衆生皆惜壽命」,以此事受,是下品輭心。雖得佛戒,猶非上勝。
    Dengan membangkitkan tekad: “Kini aku hendak mencari Pencerahan; [untuk itu] aku harus menolong semua makhluk sebab semua makhluk menyayangi hidupnya”, ini merupakan penerimaan yang motivasinya asor dan lemah. Walaupun Śīla-Śīla Buddhis didapatkan, namun tidaklah unggul.
“Menolong semua makhluk” bisa diartikan:
  • Sekadar tidak menyakiti makhluk hidup mana pun, sebab semua makhluk menyayangi hidupnya.
  • Membimbing dengan Dharma supaya mereka tidak hanya selamat di masa sekarang, tetapi juga dapat mengatasi segala penderitaan di masa datang.
  • Menyeberangkan seutuhnya dengan berbagai upaya hingga mereka benar-benar mencapai Kebuddhaan.
Maka “Pencerahan” yang dimaksudkan di sini ialah Buah yang dicita-citakan pengikut kedua Kendaraan Kecil, yang hanya sekadar membangkitkan tekad untuk tidak mencelakaï makhluk hidup mana pun.

  1. 餘二就義明之。
    [Seperti motivasi di atas,] kedua lainnya akan diterangkan sampai pengertiannya.

    云何中品?若言:「我今正心向道,解衆生疑。我爲一切作津梁,亦能自利、復利他人」,受持正戒。
    Bagaimanakah motivasi madya? Apabila seseorang berkata: “Kini dengan batin yang sungguh-sungguh terarah kepada Pencerahan, aku akan mengatasi keraguan semua makhluk. Aku hendak menjadi jembatan penyeberang bagi semua agar dapat, selain menguntungi diriku sendiri, juga menguntungi yang lain”, lalu ia menerima dan memegang Śīla dengan tepat.
“Pencerahan” yang diarah di sini ialah Kebuddhaan. “Keraguan” atau ketidakmantapan menyebabkan semua makhluk terombang-ambing dalam siklus saṃsāra karena terus membuat karma baru. Seorang bodhisattva junior bertindak sebagai “jembatan”, mengenalkan Dharma kepada semua makhluk agar, seperti dirinya, semuanya juga berkesempatan untuk mencapai Pencerahan.

  1. 云何上品?若言:「我今發心受戒,為成三聚戒故,趣三解脫門,正求泥洹果。又以此法引導眾生,令至涅槃;令法久住。」
    Bagaimanakah motivasi utama? Apabila seseorang berkata: “Kini aku membangkitkan tekad hendak menerima Śīla demi menyempurnakan Tiga Etika Akumulatif, demi memasuki Tiga Gerbang Pembebasan dan sungguh-sungguh mencari Buah Nirvāṇa. Dengan Dharma ini, aku akan menarik semua makhluk agar mereka tiba di Nirvāṇa; juga agar Saddharma dapat bertahan lama.”

    如此發心尚是邪想,況不發者,定無尊尚!
    Bahkan orang yang membangkitkan tekad-tekad seperti di atas masih mungkin memiliki pemikiran salah, apalagi yang tidak membangkitkan sama sekali — pastilah tiada mereka indahkan [disiplinnya]!
“Tiga Etika Akumulatif” sering disebut-sebut dalam berbagai teks Mahāyāna, misalnya pada bab VII Bodhisattvakeyura-parikarma Sūtra 《菩薩瓔珞本業經》 (T. vol. 24, № 1485 hlm. 1020c). Etika umum bodhisattva ini terdiri atas:
  • Memutuskan semua kejahatan, yakni mengekang diri dalam disiplin (saṃvarika śīla 攝律儀戒).
  • Mengembangkan semua kebaikan (kuśaladharma-saṃgrāhaka śīla 攝善法戒).
  • Menguntungi semua makhluk (sattvārtha-kriyā śīla 攝眾生戒).
Tanpa melalaikan Pencerahannya sendiri, seorang bodhisattva berupaya dengan empat hal yang membawa ketertarikan (catvāri saṃgrahavastūni) untuk menyeberangkan semua makhluk seutuhnya “agar tiba di Nirvāṇa”. Namun, sementara bersungguh-sungguh “mencari Buah Nirvāṇa” bagi dirinya maupun makhluk lain, ia memasuki tiga “Gerbang Pembebasan” (vimokṣa-mukha) yang kosong (śūnya), tanpa-tanda (animitta), dan tanpa-hasrat (apraṇihita). Upayanya menarik makhluk lain untuk mencapai Pencerahan yang sama dengan dirinya pada gilirannya akan diikuti makhluk tersebut, yang juga akan berupaya membawa makhluk lain lagi menuju Pencerahan yang sama, dan seterusnya. Dengan demikian, “Saddharma akan dapat bertahan lama”.






CATATAN:

¹ *Vivarta? *Vibhā? Atau mungkin malah *Vibhāṣā? Jika kita anggap rekonstruksi yang terakhir ini benar, maka teks ini sesungguhnya tidak memiliki judul khusus — nama P’i-pa lü semata-mata hanya berarti ‘komentar vinaya’ (vinayavibhāṣā).

Katalog tertua yang masih lestari, Ch’u san-tsang chi chi 《出三藏記集》(T. vol. 55, № 2145 hlm. 13c), menyebutkan P’i-pa lü dalam “Koleksi Sūtra, Vinaya, dan Śāstra yang Baru Dikumpulkan” 〈新集經律論録〉 sebagai keluaran Śramaṇa Shih Fa-tu 沙門釋法度出 pada masa pemerintahan Kaisar Ch’i Wu-ti (482–493). Tidak ada keterangan apa-apa yang diberikan Sêng-yu, yang menerbitkan katalog ini k.l. tahun 515.

Jilid 11 tawarikh Fei Chang-fang, Li-tai San-pao chi 《歴代三寶紀》 (T. vol. 49, № 2034 hlm. 96a), yang berisi daftar nama-nama penerjemah pada masa Dinasti Ch’i, Liang, dan Chou, juga hanya mengatakan bahwa Śramaṇa Shih Fa-tu dari Yang-chou 揚州 mengeluarkan dua karya:
  • *Kṣāranadī Sutra 《灰河經》 (sebuah sūtra dari Saṃyukta Āgama?), dan
  • P’i-pa lü 《毘跋律》.
Masing-masing dalam satu jilid.

Katalog zaman Sui, Chung-ching mu-lu 《眾經目録》 (T. № 2146) terbitan Fa-ching dkk. pada tahun 593, adalah yang pertama yang menyangsikan otentisitas P’i-pa lü. Pada jilid 5 (vol. 55, hlm. 140a), di antara teks-teks vinaya piṭaka Hīnayāna 〈小乘毘尼藏録〉, P’i-pa lü digolongkan dalam §4-6 sebagai “palsu” atau “didustakan” (眾律偽妄). Alasannya: karena Fa-tu menggunakan istilah 律 (vinaya) pada judulnya, lalu menyatakan teks ini sebagai karya terjemahan [dari sumber berbahasa Indis]. Kecaman ini sepertinya berdampak pada kelestarian P’i-pa lü. Meskipun para vinayācārya masih mengutipnya, selepas zaman T’ang teks ini tidak pernah dimasukkan ke dalam kanon Tionghoa edisi cetak, dan lambat laun akhirnya punah.

Atribusi palsu Fa-ching sebetulnya masih bisa kita sanggah. Memang benar 律 digunakan untuk menerjemahkan judul suatu vinaya piṭaka, misalnya: 《他毘利律》 (Sthāvirīya Vinaya, vinaya piṭaka kaum Sthaviravādin), 《摩訶僧祇律》 (Mahāsāṅghika Vinaya), 《根本薩婆多部律》 (Mūlasarvāstivāda-nikāya Vinaya), dsb. Akan tetapi, Samantapāsādikā nāma Vinayavibhāṣā (T. № 1462), yang diterjemahkan ke bahasa Tionghoa dengan judul Shan-chien lü p’i-p’o-sha 《善見律毘婆沙》, kadang-kadang ditulis Shan-chien p’i-p’o-sha lü 《善見毘婆沙律》 (dan disingkat Shan-chien lü 《善見律》). Padahal, jelas itu merupakan sebuah kitab komentar. P’i-pa lü tampaknya juga bukan terjemahan vinaya piṭaka suatu mazhab — walaupun tidak banyak yang dapat kita katakan mengenaï isinya, karena telah punah. Satu-satunya petikan lain yang diketahui terdapat dalam teks Tun-huang Szŭ-fên lü ping lun yao-yung ch’ao 《四部律并論要用抄》 (T. vol. 85, № 2795 hlm. 701b), yang menerangkan tatakrama seorang bhikṣu dalam menerima derma makanan. Beserta dengan petikan yang dikutip Tao-hsüan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa P’i-pa lü mengomentari suatu vinaya [Hīnayāna], namun berdasarkan sudut pandang Mahāyāna.

Kata ch’u 出 pada 釋法度出 (‘keluaran Shih Fa-tu’) belum tentu berarti ‘terjemahan’. Fa-tu bisa saja memang bukan “menerjemahkan” (譯出) dari sebuah teks tunggal, tetapi “mengumpulkan” (集出) dari pelbagai sumber-sumber komentar menjadi satu kitab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar