Bhadanta Harivarman menegaskan bahwa Śīla Saṃvara dimiliki pula oleh non-Buddhis. Maka substansi disiplin harus kita bedakan antara yang bersifat Prātimokṣa dan non-Prātimokṣa.
Banyak orang yang hidup di dunia sekadar menjadi baik bukan karena terikat sebuah komitmen, dan juga tanpa didasari cita-cita apa pun. Sebagian lain, yang mengikuti disiplin religius tertentu, menjalankan moralitas agar masuk surga setelah meninggal; atau ada juga yang mengharapkan kelahiran yang lebih baik sebagai manusia di kehidupan berikutnya apabila mereka meyakini reinkarnasi. Pada sistem religi yang lebih maju, disiplin diambil dengan harapan dapat membebaskan atma dari siklus reinkarnasi selamanya.
Dalam mengambil disiplinnya — baik Pañca Śīla, Aṣṭāṅga Śīla, Daśa Śīla, ataupun Upasaṃpanna Śīla — seorang Buddhis janganlah mengikuti kebiasaan orang-orang duniawi yang berharap memperoleh kelahiran yang lebih baik di alam manusia atau surga. Menjadi kaya, rupawan, terlahir di surga dsb. pada kehidupan berikut merupakan implikasi alamiah dari pelaksanaan moralitas jika kita belum juga terbebaskan. Prātimokṣa Saṃvara atau ‘disiplin pengarah Pembebasan’, sesuai namanya, seharusnya diambil semata-mata untuk merealisasi Pembebasan Sejati.
Seseorang masih bisa hanya mengambil Tiga Perlindungan dengan motivasi rendah, seperti: demi terluput dari tiga jalur kelahiran rendah dsb. (Contoh yang terkenal, misalnya, kisah Śakra di sini.) Pengambilan disiplin Prātimokṣa, sebaliknya, harus didasari semangat pertolakan (naiṣkramya) dari saṃsāra. Seseorang harus bertekad untuk memutus kelahiran dan kematian sewaktu mengambil Śīla-Śīla Buddhis apa pun.
Dalam jilid 2 karyanya yang lain, Chih-yüan chi 《芝園集》 (Zokuzōkyō vol. 59, № 1105 hlm. 662a), Vinayācārya Yüan-chao membagi motivasi seorang Buddhis dalam mengambil Śīla menjadi tiga:
Banyak orang yang hidup di dunia sekadar menjadi baik bukan karena terikat sebuah komitmen, dan juga tanpa didasari cita-cita apa pun. Sebagian lain, yang mengikuti disiplin religius tertentu, menjalankan moralitas agar masuk surga setelah meninggal; atau ada juga yang mengharapkan kelahiran yang lebih baik sebagai manusia di kehidupan berikutnya apabila mereka meyakini reinkarnasi. Pada sistem religi yang lebih maju, disiplin diambil dengan harapan dapat membebaskan atma dari siklus reinkarnasi selamanya.
Dalam mengambil disiplinnya — baik Pañca Śīla, Aṣṭāṅga Śīla, Daśa Śīla, ataupun Upasaṃpanna Śīla — seorang Buddhis janganlah mengikuti kebiasaan orang-orang duniawi yang berharap memperoleh kelahiran yang lebih baik di alam manusia atau surga. Menjadi kaya, rupawan, terlahir di surga dsb. pada kehidupan berikut merupakan implikasi alamiah dari pelaksanaan moralitas jika kita belum juga terbebaskan. Prātimokṣa Saṃvara atau ‘disiplin pengarah Pembebasan’, sesuai namanya, seharusnya diambil semata-mata untuk merealisasi Pembebasan Sejati.
Seseorang masih bisa hanya mengambil Tiga Perlindungan dengan motivasi rendah, seperti: demi terluput dari tiga jalur kelahiran rendah dsb. (Contoh yang terkenal, misalnya, kisah Śakra di sini.) Pengambilan disiplin Prātimokṣa, sebaliknya, harus didasari semangat pertolakan (naiṣkramya) dari saṃsāra. Seseorang harus bertekad untuk memutus kelahiran dan kematian sewaktu mengambil Śīla-Śīla Buddhis apa pun.
Dalam jilid 2 karyanya yang lain, Chih-yüan chi 《芝園集》 (Zokuzōkyō vol. 59, № 1105 hlm. 662a), Vinayācārya Yüan-chao membagi motivasi seorang Buddhis dalam mengambil Śīla menjadi tiga:
- 唯期脫苦、專求自利,名為下品。此二乘心也。
Hanya berharap terbebas dari penderitaan (duḥkha), intens mencari manfaat untuk diri sendiri — ini dinamakan motivasi asor. Merupakan cita-cita pengikut kedua Kendaraan Kecil.
- 為物解疑、自他兼濟,名為中品。此小菩薩心也。
Mengatasi keraguan demi semua makhluk, membantu diri sendiri dan yang lain — ini dinamakan motivasi madya. Merupakan cita-cita bodhisattva junior.
- 忘己利生、福智雙運、了達本性、求佛菩提,名為上品。此大菩薩心也。
Melupakan diri dalam menguntungi semua makhluk, sementara mengembangkan jasa (puṇya) dan kebijaksanaan (jñāna); memahami hakikat dasar (kekosongan pribadi dan segala dharma), sementara mencari Pencerahan Buddha — ini dinamakan motivasi utama. Merupakan cita-cita bodhisattva agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar