Pūrvakārin, salah satu dari dua jenis pribadi langka yang kita bahas pada posting
sebelumnya, berarti orang yang berinisiatif memberikan bantuan secara sukarela — bahkan hingga mengorbankan dirinya sendiri — tanpa mengharapkan balasan. Buddha adalah seorang Pūrvakārin karena Beliau telah berjasa besar dan seringkali menjadi “sahabat tanpa diminta” (
anadhīṣṭa kalyāṇamitra 不請之友). Apa sajakah jasa-jasa Buddha kepada kita?
Sebuah sūtra dari
Ekottara Āgama menyebutkan tujuan kemunculan Buddha di dunia:
- Untuk memutar Roda Dharma.
- Demi menyelamatkan orangtua-Nya.
- Untuk membangun dasar keyakinan bagi orang-orang yang tidak percaya.
- Agar mereka yang belum memiliki pikiran bodhisattva membangkitkan Batin Pencerahan.
- Untuk memberikan prediksi pencapaian Kebuddhaan di masa datang.
Orangtua yang akan diselamatkan-Nya bukan hanya orangtua pada kehidupan terakhir-Nya sebagai Siddhārtha Gautama, melainkan juga orangtua-orangtua dari kehidupan-kehidupan lampaunya. Akan tetapi,
一切眾生,從無始來,在生死中輪迴不息,靡不曾作父母、兄弟、男女、眷屬。
Semenjak waktu yang tak berawal dalam siklus saṃsāra yang berputar tanpa henti, tiada satu makhluk pun yang belum pernah menjadi ayah, ibu, kakak, adik, putra, putri, atau salah satu kerabat kita.
—— Laṅkāvatāra Sūtra 《大乘入楞伽經》
(T. vol. 16, № 672 hlm. 623a)
Tidak terhitungnya jumlah kelahiran kita dalam saṃsāra berimplikasi tidak terhitung pula jumlah orangtua yang pernah kita, termasuk Buddha, miliki. Bahkan dapat dikatakan:
一切男子皆是父 一切女人皆是母
Semua pria merupakan ayahku,
semua wanita merupakan ibuku.
—— Cittabhūmi-parīkṣā Sūtra 《大乘本生心地觀經》
(T. vol. 3, № 159 hlm. 306c)
Semua makhluk adalah orangtua-Nya. Namun, karena belum mengkontemplasikan kebijaksanaan melalui Smr̥tyupasthāna, semua makhluk terjebak dalam
empat kekeliruan atau “keterbalikan” (
viparyāsa catuṣka 四倒): menganggap jasmani yang tidak murni sebagai murni, perasaan yang hakikatnya penderitaan sebagai kebahagiaan, batin yang tidak kekal sebagai kekal, dan dharma yang tanpa-aku sebagai aku. Karena empat kekeliruan tersebut, muncullah 84.000 kekotoran batin (
kleśa) yang meliputi tubuh beragregat lima (
pañcaskandha) ini — digambarkan dalam
Saddharmapuṇḍarīka Sūtra ibarat
rumah besar yang mengalami kebakaran hebat di keempat sisinya.
Hanya Buddha satu-satunya yang rela menerobos kobaran api dan mengikhtiarkan berbagai upaya untuk menuntun keluar mereka yang terjebak di dalam rumah tersebut. Karya penyelamatan-Nya masih dipersulit oleh
lima kekeruhan (
pañcakaṣāya 五濁) yang sedang melanda Dunia Sahā tempat kita tinggal saat ini: kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan, kekeruhan kotoran batin, kekeruhan makhluk, dan kekeruhan usia. Maka atas segala budi besar-Nya, layaklah Ia dipuji:
“Alangkah langkanya Sang Śākyamuni! Alangkah sukar yang dilakukan Sang Śākyādhirāja, yang mampu di Dunia Sahā dengan lima kekeruhannya ini merealisasi Anuttara Samyak-saṃbodhi dan, demi semua makhluk, membabarkan Dharma yang sukar dipercaya seisi dunia!”
—— Amitābha Sūtra