Kata “berlindung” dalam bahasa Tionghoa disebut kui-i 歸依. Kui berarti ‘kembali’ dan i berarti ‘bersandar’. Kui-i seringkali juga ditulis 皈依. Aksara 皈 terdiri atas komponen-komponen: 白 ‘putih’ dan 反 ‘berbalik’. Dengan berlindung kepada Triratna berarti kita berbalik dari kegelapan batin, dan bersandar sepenuhnya kepada Triratna menuju terang Kota Kebebasan (Nirvāṇa).
Buddha dan semua makhluk pada dasarnya sama-sama memiliki hakikat Kebuddhaan/potensi untuk mencapai kesucian. Tetapi, karena semua makhluk terselubungi oleh rintangan kekotoran batin (kleśāvaraṇa) dan rintangan pengetahuan (jñeyāvaraṇa), hakikat Kebuddhaannya tidak tampak. Ketika seseorang beralih dari perlindungan yang salah (fan-hsieh 翻邪) dan kembali kepada Triratna (san-kui 三歸), maka ia telah maju selangkah menuju Kebuddhaan.
Dalam tradisi Buddhis Tiongkok, Fan-hsieh San-kui seringkali diberikan dalam ritual tersendiri. Jika seseorang belum siap melaksanakan Lima Śīla, namun memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi siswa Triratna, maka ia dapat mengambil Fan-hsieh San-kui saja.
Meskipun tidak mengambil Śīla apa pun, namun ada komitmen-komitmen yang harus dipegang oleh seseorang yang berlindung kepada Triratna. Dalam Upāsaka Śīla Sūtra 《優婆塞戒經》 bab XIV (T. vol. 24, № 1488 hlm. 1048a) disebutkan:
1. 若歸佛已,寧捨身命,終不依於自在天等。
Setelah berlindung kepada Buddha, lebih baik kehilangan tubuh dan nyawa daripada berlindung kepada Īśvara-deva, dsb.
Seseorang yang meyakini Buddha sebagai tabib yang menunjukkan metode Pembebasan takkan lagi meyakini atau takut pada sesosok “Tuhan” (Īśvara) yang mahakuasa, yang mengatur alam semesta dengan segala isinya. Ia juga tidak seharusnya lagi tunduk kepada dewa-dewa atau roh-roh duniawi yang masih terbelenggu dalam saṁsāra. Ia takkan bernamaskāra sebagai bentuk penyembahan kepada mereka, menempatkan mereka pada kedudukan yang lebih tinggi daripada Triratna, atau melakukan kegiatan pemuliaan yang berlebih-lebihan. Ia takkan bergantung kepada “isi” jimat-jimat atau patung-patung yang dianggap keramat. Ketika berada dalam kesulitan, ia takkan lagi memohon atau membuat kaul kepada mereka, melainkan hanya mengandalkan Triratna sebagai penolong.
2. 若歸法已,寧捨身命,終不依於外道典籍。
Setelah berlindung kepada Dharma, lebih baik kehilangan tubuh dan nyawa daripada berlindung kepada ajaran-ajaran/kitab suci non-Buddhis.
Seseorang yang meyakini Dharma sebagai obat yang membebaskan dari segala penderitaan seharusnya hanya mengandalkan Dharma saja sebagai pedoman hidup. Ia harus memandang Dharma sebagai sesuatu yang amat langka, yang sukar dijumpaï di dunia ini. Ia tidak seharusnya merendahkan Dharma dengan mengkomersialkan-Nya seperti barang murahan. Ia takkan melakukan praktek-praktek yang tidak sesuai dengan Buddhadharma, dan sedapat mungkin menerapkan Buddhadharma dalam kehidupannya sehari-hari.
3. 若歸僧已,寧捨身命,終不依於外道邪眾。
Setelah berlindung kepada Saṅgha, lebih baik kehilangan tubuh dan nyawa daripada berlindung kepada komunitas spiritual non-Buddhis.
Seseorang yang meyakini Saṅgha sebagai jururawat yang mampu menyokong kehidupan spiritual tidak seharusnya lagi meminta nasihat dari rohaniwan non-Buddhis ketika berada dalam kesulitan. Ia tidak seharusnya bergabung dengan komunitas non-Buddhis, mengikuti ritual keagamaan mereka, apalagi hingga berpindah mengikuti keyakinan mereka. Ia seharusnya mendukung kemajuan sahabat-sahabat spiritual yang mempraktikkan Dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar