Powered by Administrator

Translate

Selasa, 10 September 2019

Jadikanlah Śīla Gurumu




Begitu utamanya Perlindungan Buddhis yang keempat, Śīla, sehingga Buddha menjadikannya pengganti Beliau sendiri, selaku guru (śāstr̥) setelah kemangkatan-Nya. Ujaran populer dari Buddha Paścimāvavāda Sūtra 《佛遺教經》 ini dapat kita jumpaï padanannya, terutama, di jilid 38 “Kṣudraka Vastu” dari  Mūlasarvāstivāda Vinaya 《根本說一切有部毘奈耶雜事》 (T. vol. 24, № 1451 hlm. 398c–399a):

「汝等苾芻,我涅槃後,作如是念:『我於今日無有大師。』汝等不應起如是見!我令汝等每於半月說波羅底木叉。當知!此則是汝大師、是汝依處,若我住世無有異也。」
“Kalian, para bhikṣu, setelah parinirvāṇa-Ku mungkin akan berpikir demikian: ‘Hari ini kami tiada lagi memiliki guru.’ Kalian tidaklah semestinya membangkitkan pandangan demikian! Telah Kuperintahkan kalian setiap paruh-bulan untuk membabarkan Prātimokṣa. Ketahuilah! Itulah kelak gurumu, itulah sandaranmu, yang tidak berbeda dengan diri-Ku saat masih berada di dunia.”

Pada gāthā penutup Prātimokṣasūtra dari mazhab Dharmaguptaka, baik untuk bhikṣu (T. №. 1429 dan 1430) maupun bhikṣuṇī (T. № 1431), pun termaktub:

世尊涅槃時  興起於大悲
集諸比丘眾  與如是教誡
莫謂我涅槃  淨行者無護
我今說戒經  亦善說毘尼
我雖般涅槃  當視如世尊
此經久住世  佛法得熾盛
以是熾盛故  得入於涅槃

Sang Bhagavan, pada saat nirvāṇa-Nya,
telah membangkitkan belaskasih agung,
menghimpun saṅgha para bhikṣu, dan
memberikan wejangan demikian:

“Janganlah menyangka setelah nirvāṇa-Ku
para brahmacārin tiada memiliki penjaga!
Prātimokṣasūtra yang kini Kuucapkan,
juga Vinaya yang dengan baik Kubabarkan
— meskipun Aku telah parinirvāṇa —
pandanglah ia sebagai Bhagavan.

Apabila sūtra ini bertahan lama di dunia,
Buddhadharma dapatlah gilang-gemilang.
Karena kegemilangannya tersebut,
dapatlah Nirvāṇa dimasuki.”

Adegan paralel juga termuat dalam berbagai redaksi Parinirvāṇa Sūtra milik mazhab berbeda-beda, di mana aspek Dharma sebagai pemotong nafsu, yang menjadi Perlindungan yang keempat ini, biasanya dipecah menjadi Dharma dan Vinaya (terjemahan-terjemahan lebih kuno seringkali menggunakan istilah arkais “Sūtra dan Śīla” 經戒 sebagai substitusi). Dalam Ta po-nieh-p’an ching 《大般涅槃經》 (T. vol. 1, № 7 hlm. 204b) terjemahan Peziarah Fa-hsien, misalnya — ini adalah yang pertama dari dua Parinirvāṇa Sūtra yang kepenerjemahannya disandangkan padanya: versi Hīnayānis dan versi Mahāyānis masing-masing — diceritakan sbb.:

爾時,如來告阿難言:「汝勿見我入般涅槃,便謂正法於此永絕!何以故?我昔為諸比丘,制戒波羅提木叉,及餘所說種種妙法。此即便是汝等大師,如我在世無有異也。」
Pada saat itu Tathāgata pun memberitahu Ānanda: “Janganlah karena melihat-Ku memasuki parinirvāṇa maka kamu menyangka sampai di sini Saddharma akan terhenti selamanya! Apakah sebabnya? Dahulu, demi para bhikṣu, Aku telah menetapkan śīla-śīla Prātimokṣa dan telah membabarkan bermacam-macam Dharma yang menakjubkan di tempat lain. Itulah guru kalian kelak, yang tidak berbeda dengan diri-Ku saat masih berada di dunia.”

Sedangkan dalam *Viharaṇa Sūtra 《遊行經》 atau ‘Sūtra tentang Perjalanan [Terakhir]’, yang merupakan sūtra ke-2 dari Dīrgha Āgama (T. vol. 1, № 1 hlm. 26a), sbb.:

「阿難。汝謂佛滅度後無復覆護,失所恃耶?勿造斯觀!我成佛來,所說經戒,即是汝護,是汝所恃。」
“Ānanda, pada sangkamu setelah Buddha parinirvāṇa tidak lagikah engkau memiliki penjaga, dan kehilangan andalan? Janganlah berpandangan demikian! Segala Sūtra dan Śīla yang Kubabarkan semenjak Aku menjadi Buddha itulah penjagamu, itulah yang akan kauandalkan.”

Terjemahan Tionghoa tertua, Fo po-ni-huan ching 《佛般泥洹經》 (T. vol. 1, № 5 hlm. 172b) oleh Śramaṇa Po Fa-tsu 白法祖 yang hidup pada zaman Dinasti Tsin Barat (265–316), menuturkan:

「吾泥曰後,無得以佛去,故言:『無所復怙。』當怙經戒!吾泥曰後,轉相承用,翫經奉戒。」
“Setelah nirvāṇa-Ku, janganlah karena menganggap Buddha telah pergi maka kalian berkata: ‘Kami tidak lagi memiliki pengayom.’ Jadikanlah Sūtra dan Śīla sebagai pengayommu! Setelah nirvāṇa-Ku, berlanjutlah menerima dan menerapkan pengkajian Sūtra dan penjunjungan Śīla.”

Dan terakhir, dalam Po-ni-huan ching 《般泥洹經》 (T. vol. 1, № 6 hlm. 188a), yang diterjemahkan sedikit lebih belakangan daripada T. № 5 dan sama-sama tidak kita ketahui berasal dari kanon mazhab mana:

「汝諸弟子,當自勗勉。無以懈慢,謂佛已去,莫可歸也!必承法教:常用半月,望晦講戒;六齋之日,高座誦經。歸心於經,令如佛在!」
“Kalian, para siswa, hendaklah bertekun diri. Janganlah karena kemalasan dan kesombongan, menyangka Buddha telah pergi sehingga tidak dapat dijadikan Perlindungan! Haruslah kalian menyambut ajaran Dharma: selalu setiap paruh-bulan, pada purnama dan tilem, ketika Śīla dikhotbahkan; serta pada enam hari poṣadha, ketika Sūtra dibacakan dari kursi tinggi. Berlindunglah kepada Sūtra sama seperti kepada Buddha saat masih ada!”

Bagi yang meyakini kemajemukan Buddha-Buddha yang eksis bersamaan di saat sekarang, sepeninggal Śākyamuni mungkin mereka dapat mengatakan bahwa mereka berlindung juga kepada para Buddha yang benar-benar nyata hidup di sistem dunia (galaksi) lain di sepuluh penjuru. Namun, bagi yang hanya menerima bahwa Śākyamuni ialah satu-satunya Buddha di seluruh alam semesta dan tidak ada Buddha lain kecuali di galaksi kita, maka ketika mengucapkan “aku berlindung kepada Buddha”, kepada siapakah sesungguhnya perlindungan itu ditujukan, sedangkan Buddha sudah tiada? Tentunya kita tidak dapat berlindung kepada patung-Nya yang hanya merupakan pelambang. Buddha-Buddha masa lampau sama juga sebab, seperti Śākyamuni, mereka pun tidak lagi hidup; sementara Buddha-Buddha masa datang belumlah lahir.

Karena seseorang yang mencapai Nirvāṇa terbebas dari kelahiran dan kematian, terdapat bahaya kita terjebak dalam pandangan bahwa Nirvāṇa adalah kemusnahan mutlak — mencapai Nirvāṇa berarti menjadi tidak ada sama sekali, nihil. Maka pada petikan-petikan di atas Buddha telah mengingatkan: sesudah Beliau parinirvāṇa, Dharmalah pengganti diri-Nya. Dharma, dalam aspeknya berupa ajaran (Sūtra dan Śīla), akan menjadi guru (śāstr̥), penjaga (trāṇa), andalan (pratiśaraṇa), pengayom (parāyaṇa), Perlindungan (śaraṇa) kita. Dharma bukan cuma setara dengan Buddha, tetapi Dharma identik dengan Beliau sendiri.

Dari sinilah tumbuh keyakinan tentang adanya tubuh Dharma (dharmakāya) Buddha. Menurut ide yang mula-mula ini, tubuh Dharma tidak lebih daripada “pertubuhan” atas kumpulan-kumpulan ajaran (dharmaskandha) Beliau. Buddha tetap hadir sesudah Beliau parinirvāṇa, walaupun kehilangan identitas dan tereduksi menjadi pertubuhan ajaran yang impersonal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar