Powered by Administrator

Translate

Jumat, 29 Maret 2019

Śīla Tidak Murni, Samādhi Takkan Maujud

(1)

harmatrāta Dhyāna Sūtra 《達摩多羅禪經》 (T. vol. 15, № 618 hlm. 301c), sebuah kitab manual tentang tingkatan-tingkatan praktik spiritual (yogacārā bhūmi) dalam mazhab Sarvāstivāda, menerangkan prasyarat meditasi ānāpānasmr̥ti:

煩惱暫止息  次當淨尸羅
尸羅既清淨  三昧於中起

Gejolak batin untuk sementara dihentikan.
Berikutnya haruslah memurnikan Śīla.
Setelah Śīla murni,
Samādhi akan timbul di sana.

Guru besar T’ien-t’ai, Cʜɪʜ-ɪ 智顗, memparafrase dalam jilid 4-1 risalah Mo-ho chih-kuan《摩訶止觀》 (T. vol. 46, № 1911 hlm. 41b–c):

尸羅清淨,三昧現前,止觀開發。
Apabila Śīla murni, Samādhi akan maujud, śamatha dan vipaśyanā dapat terbentuk.

……

故知!持戒清淨、懇惻懺悔,俱為止觀初緣。
Oleh karena itu, ketahuilah! Memegang disiplin moralitas dengan murni, bertobat dengan tulus dan remuk hati — keduanya merupakan kondisi pertama-tama bagi śamatha dan vipaśyanā.

Sejak zaman Dinasti-Dinasti Utara dan Selatan, dua baris terakhir dari bait ini menjadi pepatah Buddhis yang begitu populer, terutama dalam bentuk kalimat negatif. Misalnya dalam jilid 18 (pada edisi Ming: jilid 22) Hsü Kao-sêng chuan 《續高僧傳》 (‘Lanjutan Hikayat Para Bhikṣu Terkemuka’, T. vol. 50, № 2060 hlm. 574c) diceritakan tentang seorang bermarga Cʜ’ᴇ̂ɴ 陳 dari Shan-chou 陝州, Hopei. Pada tahun ke-12 era K’ai-huang 開皇 (592 M) dari Dinasti Sui, setelah kedua orangtuanya tiada dan ia cukup dewasa, disumbangkannya seluruh hartanya ke biara bhikṣuṇī. Ia sendiri lalu meninggalkan rumah-tangga di bawah Guru Ch’an Cʜ’ɪɴɢ 清禪師 dari Vihāra Ta-t’ung 大通寺, dan menerima upasaṃpadā dengan nama tahbisan Cʜᴇ̂ɴ-ʜᴜɪ 真慧. Cʜ’ɪɴɢ mengunjukkannya urut-urutan metode latihan dan berkata:

「有本曰:『尸羅不淨,三昧無由。』」
“Ada kitab berbunyi: ‘Apabila Śīla tidak murni, Samādhi tiadalah asalnya.’ ”

K’ᴜᴇɪ-ᴄʜɪ 窺基 (632–682), siswa Penerjemah Hsᴜ̈ᴀɴ-ᴛsᴀɴɢ, dalam jilid 3 ensiklopedia Vijñaptimātra-nya, I-lin chang《義林章》 (‘Pasal-Pasal Belantara Makna’, T. vol. 45, № 1861 hlm. 314c) pada “Pasal tentang Vijñapti- dan Avijñapti-rūpa” 表無表色章, mengatakan:

定道得緣者,經中說:「尸羅不清淨,三昧不現前。」
Tentang kondisi untuk diperolehnya Dhyānaja dan Anāsrava, di dalam sūtra disebutkan: “Apabila Śīla tidak murni, Samādhi takkan maujud.”

由此故知,須持淨戒!由持戒故無悔;無悔故心安;心安故得定;得定故起聖道;起聖道故,依俱時思,立定道戒。
Dari sini dapat kita ketahui bahwa adalah perlu memegang disiplin moralitas yang murni! Berkat memegang disiplin moralitas, tiadalah penyesalan; karena tiada penyesalan, batin menjadi tenteram; karena batin tenteram, konsentrasi diperoleh; karena konsentrasi diperoleh, timbullah Jalan Kesucian; karena Jalan Kesucian timbul, bergantung pada kehendak (cetana) di saat bersamaan, terdirikanlah Dhyānaja- dan Anāsrava-Saṃvara.

Di jilid pertama Wan-shan t’ung-kui chi 《萬善同歸集》 (‘Kumpulan [Tanya-Jawab] tentang Bermuaranya Aneka Kebaikan Bersama’, T. vol. 48, № 2017 hlm. 965b), Guru Ch’an Yᴜɴɢ-ᴍɪɴɢ Yᴇɴ-sʜᴏᴜ 永明延壽 (904–975), yang hidup di awal zaman Sung, juga mengatakan:

故經云:「尸羅不清淨,三昧不現前。」
Karenanya di dalam sūtra disebutkan: “Apabila Śīla tidak murni, Samādhi takkan maujud.”

從定發慧,因事顯理;若闕三昧,慧何由成?是知因戒得定,因定得慧。
Dari konsentrasi (samādhi), terbentuklah kebijaksanaan (prajñā); sebab fenomena, terungkaplah nomena. Jikalau Samādhi defisien, apakah yang akan menjadikan kebijaksanaan? Maka dapat kita ketahui: sebab disiplin moralitas, konsentrasi diperoleh; sebab konsentrasi, kebijaksanaan diperoleh.



(2)

Seperti dikatakan oleh Cʜɪʜ-ɪ sebelumnya, selain berusaha menjalankan Śīla dengan ketat, hal yang tidak kalah pentingnya adalah bertobat dengan tulus hati. Pertobatan atau pengakuan (per Kendaraan Kecil) dilakukan apabila terjadi pelanggaran, sehingga substansi Śīla termurnikan kembali. Hal ini berlaku bagi semua tipe disiplin Prātimokṣa, termasuk disiplin upāsaka. Bagaimana seseorang bisa melakukan pengakuan bilamana ia tidak tahu apakah terdapat substansi Śīla dalam dirinya? Pelanggaran Śīla mana yang akan ia akui?

Adalah tugas seorang guru pembimbing, seharusnya, bukan cuma mentransmisikan Śīla, melainkan juga mengajari siswa-siswanya cara memurnikan diri apabila terjadi pelanggaran Śīla. Celakanya di zaman modern ini banyak orang yang bahkan tidak mengerti substansi Śīla itu konsep apa, malah memberikan tuntunan Śīla dan, lebih parah lagi, menjadi guru meditasi. Jadi, pantaslah kita meragukan se-Buddhis apakah “pencapaian” yang mereka raih dengan meditasinya, meskipun teknik meditasi tersebut berdasarkan sūtra-sūtra.




Selanjutnya jikalau ada yang berpendapat bahwa pepatah populer di atas hanya ajaran Kendaraan Kecil yang bersumber dari sebuah kitab manual meditasi, sūtra-sūtra Mahāyāna yang dikutipkan berikut justru selaras dengannya. Kita ingat petikan dari Śūraṅgama: “Karena moralitas, lahirlah konsentrasi; karena konsentrasi, berkembanglah kebijaksanaan (因戒生定,因定發慧).” Hal yang sama juga disebutkan dalam Kāśyapa Parivarta 《大寶積經·普明菩薩會》 (T. vol. 11, № 310 hlm. 637b), yang merupakan sūtra ke-43 dari koleksi Mahāratnakūṭa:

依戒得三昧  三昧能修慧
依因所修慧  逮得於淨智

Bersandar pada Śīla akan mendapatkan Samādhi;
Samādhi mampu mengembangkan Prajñā.
Bersandar pada sebab Prajñā yang dikembangkannya,
seseorang akan selekasnya memperoleh Pemahaman Murni.

Candrapradīpa Samādhi 《月燈三昧經》 (T. vol. 15, № 639), yang lebih dikenal dengan judul Samādhirāja Sūtra dan merupakan salah satu dari sembilan dharma utama Mahāyāna di Nepal, menyebutkan di jilid pertamanya (hlm. 553a):

無物能將此定來  必由淨戒之所起

Tiada barang apa pun yang mampu mendatangkan Samādhi ini,
melainkan sewajarnya berasal dari Śīla yang murni.

Di jilid 6 sūtra yang sama (hlm. 584b) tertulis:

彼心無障礙  以住淨戒力
速得離惱定  是為淨戒利

Batinnya tiadalah terhambat
berkat kekuatan berdiam dalam Śīla yang murni;
ia akan segera memperoleh Samādhi tanpa gangguan.
Itulah manfaat dari Śīla yang murni.

Petikan-petikan ini cukuplah menggambarkan betapa pentingnya Śīla sebelum memasuki Samādhi. Jikalau masih ada yang bersikukuh bahwa sebagai pengikut Kendaraan Besar kita tidak perlu menjaga Śīla dengan ketat-ketat amat, maka sūtra-sūtra Mahāyāna ini membantahnya. Kita jangan menyamakan diri dengan tīrthika yang diceritakan dalam sūtra-sūtra tertentu, yang langsung mencapai kesucian berkat mendengar sedikit ajaran Dharma. Kendati dalam kelahiran sekarang mereka tampil menjadi pengikut non-Buddhis yang tidak pernah mengambil Śīla-Śīla (disiplin Buddhis) apa pun, namun apakah kita tahu seberapa besar pāramitā yang telah mereka kumpulkan atau bagaimana mereka berlatih di kelahiran-kelahiran sebelumnya? Apalagi kini kita hidup di zaman setelah tiadanya Buddha, yang mampu menunjukkan metode terampil yang mencerahkan dalam seketika. Tidakkah lebih baik apabila kita melaksanakan latihan konvensional dengan terlebih dahulu mengambil dan memurnikan Śīla?





(3)

Ch’an seringkali disebut sebagai ajaran khusus Mahāyāna di luar kitab-kitab suci. Walaupun guru-guru Ch’an tidak bergantung pada kata-kata, kenyataannya banyak di antara mereka yang merupakan ahli Tripiṭaka dan telah mengarang berjilid-jilid tulisan dengan topik beragam — bukan melulu kumpulan kung-an — mulaï dari komentar-komentar sūtra, hingga pembahasan śīla dan vinaya. Guru Ch’an Cʜ’ᴀɴɢ-ʟᴜ Tsᴜɴɢ-ᴛsᴇ̂ 長蘆宗賾 (?–1107) dari Dinasti Sung membuka Ch’an-yüan ch’ing-kui 《禪苑清規》 (‘Regula Murni Biara Ch’an’, Zokuzōkyō vol. 63, № 1245) susunannya dengan seksi pertama “Menerima Śīla” 受戒 (hlm. 523a):

三世諸佛,皆曰出家成道。西天二十八祖、唐土六祖,傳佛心印,盡是沙門。
Para Buddha di tiga masa semuanya dikatakan meninggalkan rumah-tangga untuk mencapai Pencerahan. Dua puluh delapan patriark dari Negeri Barat dan enam patriark dari Tanah T’ang, yang mentransmisikan meterai batin Buddha, seluruhnya adalah śramaṇa.

葢以嚴淨毗尼,方能洪範三界;然則參禪問道,戒律為先。既非離過防非,何以成佛作祖?
Bahwa dengan berhiaskan kemurnian vinaya barulah seseorang mampu mengontrol Triloka; maka untuk bergabung dengan Ch’an dan menanyakan Jalan, śīla dan vinaya adalah yang terdahulu. Jika bukan dengan meninggalkan pelanggaran dan mencegah kesalahan, dengan apakah seseorang akan menjadi Buddha atau patriark?

……

Pada seksi kedua, “Menjaga Śīla” 護戒, ia menulis (hlm. 523b):

受戒之後,常應守護。寧有法死,不無法生!
Setelah menerima Śīla, senantiasalah kita harus menjaganya. Lebih baik mati memiliki dharma (substansi Śīla), daripada hidup tanpa dharma!

如小乘《四分律》四波羅夷、十三僧伽婆尸沙、二不定、三十尼薩耆、九十波逸提、四波羅提提舍尼、一百眾學、七滅諍,大乘《梵網經》十重、四十八輕,竝須讀誦通利。善知持犯開遮。
Sesuai Dharmaguptaka Vinaya dari Kendaraan Kecil dengan 4 pārājika, 13 saṅghāvaśeṣa, 2 aniyata, 30 niḥsargika-pācittika, 90 pācittika, 4 pratideśanīya, 100 śaikṣa, 7 adhikaraṇa-śamatha; serta Brahmajāla Sūtra dari Kendaraan Besar dengan 10 pelanggaran berat dan 48 pelanggaran ringannya — keduanya perlu dibaca, didaraskan, dan dihafalkan hingga lancar. Ketahuilah sebaik-baiknya apa saja yang harus dipegang dan apa pelanggaran yang harus dihindari, apa saja yang dibatasi dan apa yang dikecualikan.

Dapat kita lihat guru-guru Ch’an zaman dahulu begitu menekankan pentingnya Śīla. Kalaupun dalam koleksi-koleksi kung-an diceritakan guru Ch’an tertentu yang berlaku eksentrik, maka harus kita ingat bahwa kung-an merupakan catatan kasus dadakan yang terjadi sewaktu-waktu. Tindakan eksentrik seorang guru Ch’an adalah spontan untuk mencerahkan siswanya pada saat itu saja, dan tidak mencerminkan perilaku normal kesehariannya.




Arhat Jᴀʏᴀᴛᴀ, patriark India ke-20 dalam silsilah Ch’an, dapatlah kita jadikan contoh. Walaupun sama-sama arhat, ia lebih istimewa daripada kawan-kawannya sebab, semenjak belum Tercerahkan, ia selalu menjaga segala śīla dengan sangat teliti, bahkan sampai pada aturan-aturan minor (duṣkr̥ta). Kisahnya termuat dalam avadāna ke-91 dari *Saṃyukta-ratna piṭaka 《雜寶藏經》 (T. vol. 2, № 203 hlm. 483a–b), “Tentang Arhat Jᴀʏᴀᴛᴀ yang Memerintah Naga Jahat Masuk ke Samudra” 〈羅漢祇夜多驅惡龍入海縁〉, yang merupakan salah satu dari beberapa avadāna dalam koleksi ini yang menceritakan tentang dirinya.

昔有尊者阿羅漢,字祇夜多。佛時去世七百年後,出罽賓國。時,罽賓國有一惡龍王,名阿利那。數作災害,惱諸賢聖。國土人民,悉皆患之。
Dahulu terdapatlah seorang arhat bernama Jᴀʏᴀᴛᴀ. Ia lahir 700 tahun setelah Buddha meninggal dunia di Negeri Kashmir. Ketika itu di Negeri Kashmir ada seekor raja naga yang jahat bernama Aʟɪɴᴀ (Aʀᴜɴ̣ᴀ?). Berkali-kali ia membuat gangguan dan mencelakaï para suciwan. Rakyat seisi negeri semua diresahkannya.

時,有二千阿羅漢,各盡神力驅遣此龍,令出國界。其中有五百羅漢,以神通動地。又有五百人,放大光明。復有五百人,入禪定經行。諸人各各盡其神力,不能使動。
Tatkala itu terdapatlah 2.000 arhat yang masing-masing mengerahkan kekuatan kesaktiannya untuk memerintah naga ini agar meninggalkan wilayah negeri. Di antara mereka ada 500 arhat yang dengan penembusan spiritual (abhijñā) mengguncang bumi. Juga ada 500 orang yang memancarkan cahaya cemerlang. Ada lagi 500 orang yang memasuki konsentrasi dhyāna hilir mudik. Semua orang masing-masing mengerahkan kekuatan kesaktiannya, namun tidak mampu menggoyahkan [sang naga].

時,尊者祇夜多最後往到龍池所。三彈指言:「龍。汝今出去!不得此住!」龍即出去,不敢停住。
Maka ialah Bhadanta Jᴀʏᴀᴛᴀ yang terakhir menuju ke kolam tempat sang naga. Ia menjentikkan jari tiga kali dan berkata: “Naga, kini keluarlah engkau pergi! Jangan berdiam di sini!” Sang naga pun keluar dan pergi, tidak berani tetap tinggal.

爾時,二千羅漢語尊者言:「我與尊者,倶得漏盡。解脱法身,悉皆平等。而我等各各盡其神力,不能令動。尊者云何,以三彈指,令阿利那龍遠入大海耶?」
Pada saat itu keduaribu arhat berkata kepada sang bhadanta: “Kami dan Bhadanta sama-sama telah mengakhiri kebocoran (kṣīṇāsrava). Tubuh Dharma Kebebasan (vimukti dharmakāya) kita adalah setara. Namun, walaupun masing-masing mengerahkan kekuatan kesaktiannya, kami tidak mampu menggoyahkan [sang naga]. Bagaimanakah Bhadanta, dengan menjentikkan jari tiga kali, menyebabkan Naga Aʟɪɴᴀ menjauh masuk ke mahāsamudra?”

于時,尊者答言:「我凡夫已來受持禁戒,至突吉羅,等心護持,如四重無異。今諸仁者,所以不能動此龍者,神力不同,故不能動。」
Saat itu sang bhadanta menjawab: “Semenjak aku masih merupakan orang biasa (pr̥thagjana) yang menerima dan memegang śīla-śīla, hingga pada aturan duṣkr̥ta kujaga semua dengan samarata, tidak berbeda seperti pada empat aturan berat. Kini mengapa para Āyuṣman tidak mampu menggoyahkan naga ini adalah dikarenakan kekuatan kesaktian kita tidak sama sehingga ia tidak tergoyahkan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar