ertanyaan Ānanda mengenaï Keberuntungan dan Ketidakberuntungan dalam Melayani Buddha (A-nan wên shih-fo chi-hsiung ching 《阿難問事佛吉凶經》, T. № 492) merupakan judul sebuah teks yang populer dari masa awal penerjemahan sūtra-sūtra di Tiongkok. Teks ini untuk pertama kalinya dinyatakan sebagai terjemahan An Shih-kao 安世高 dalam jilid 4 katalog Li-tai San-pao chi 《歷代三寶紀》 (‘Tawarikh Sejarah Triratna Sepanjang Dinasti-Dinasti’, T. vol. 49, № 2034) karya Fei Chang-fang 費長房. Sebab-sebab perbedaan di antara mereka yang melayani/mengikuti Buddha 事佛 (buddhasevana) diterangkan di sini — karena ada sebagian pengikut Buddha, yang melakukan berbagai kegiatan religius Buddhis, mengalami keberuntungan; sementara itu ada pula sebagian lain yang mengalami ketidakberuntungan.
Pertanyaan Ānanda mengenaï Keberuntungan dan Ketidakberuntungan dalam Melayani Buddha sampai kepada kita dalam dua versi, yang dalam Kanon Taishō dinomori 492A dan 492B. Versi A adalah berdasarkan Tripiṭaka edisi Korea, sedangkan versi B merupakan versi yang lebih umum beredar. Selain itu, terdapat pula dua terjemahan lainnya:
- Fo-shuo a-nan fên-pieh ching 《佛說阿難分別經》 (‘Sūtra yang Dibabarkan Buddha kepada Ānanda tentang Perbedaan’, T. № 495), yang diterjemahkan oleh Śramaṇa Shih Shêng-chien 釋聖堅 (alias Fa-chien 法堅);
- serta versi yang lebih singkat, Man-fa ching 《慢法經》 (‘Sūtra tentang Kesombongan terhadap Dharma’, T. № 739), oleh Tripiṭakācārya Fa-chü 法炬.
T. № 492A sangat berlainan dengan 492B dalam kata-kata. Keduanya bahkan tampak seperti dua terjemahan berbeda. Versi B justru lebih memiliki kemiripan dengan terjemahan Shêng-chien. Pinjam-meminjam kosakata dari terjemahan yang sudah ada memang acapkali dilakukan oleh berbagai penerjemah. Tidak tertutup kemungkinan bahwa versi B merupakan terjemahan An Shih-kao yang sebenarnya (yang kosakatanya kemudian dipinjam Shêng-chien). Versi A hanya “penulisan-ulang” daripadanya oleh editor Tripiṭaka Korea. Namun, bisa jadi versi A-lah terjemahan An Shih-kao yang sebenarnya, sedangkan versi B merupakan sebuah salinan unik Fo-shuo a-nan fên-pieh ching yang mengandung variasi di sana-sini (lalu secara salah dianggap sebagai A-nan wên shih-fo chi-hsiung ching).
Karena keterbatasan waktu, kita tidak menyinggung lebih jauh T. № 492. Di bawah ini hanya akan disajikan teks yang lebih pendek, yakni Sūtra tentang Kesombongan terhadap Dharma.
Bersandar pada seorang kalyāṇamitra — dalam teks kita disebut guru yang cakap 明師 (secara harfiah: ‘guru penerang’), yakni seorang guru yang memiliki pandangan sesuai Dharma dan pemahaman yang benar tentang segala fenomena dan nomena — merupakan syarat utama bagi mereka yang ingin mendapat keberuntungan. Guru tersebut merupakan penerus kesinambungan ajaran Dharma, yang ortodoksinya harus tidak teragukan. Menerima bimbingan darinya adalah seperti menerima bimbingan dari Buddha. Akan tetapi, ia sendiri harus merupakan seorang praktisi yang hidup “menyelaraskan diri sesuai sūtra-sūtra”, sehingga memiliki realisasi tertentu. Dengan begitu barulah kita dapat menjadikannya inspirasi untuk hidup serupa. Segala kemajuan spiritual dapat berkembang apabila kita dibimbing oleh orang seperti itu. Oleh karenanya, kita harus menimbang-nimbang dahulu kualitas seseorang yang akan kita jadikan guru. Setelah terdapat kecocokan, dan saling mengerti keunggulan dan kelemahan satu sama lain, barulah kita boleh memohon Dharma atau Śīla darinya.
Bagian berikutnya dari teks menerangkan sebab-sebab yang mengakibatkan ketidakberuntungan yang dialami mereka yang juga mengaku sebagai pengikut Buddha, namun belum/tidak menjumpaï guru yang cakap. Kebanyakan orang ikut-ikutan melaksanakan Śīla, entah dengan bertekad sendiri atau mengambilnya dalam sebuah upacara formal. Namun, tanpa penjelasan yang tepat dari seorang guru, mustahil substansi Śīla terbentuk dalam diri mereka. Tanpa substansi Śīla, andaipun mereka bertekad sendiri untuk menjaga moralitas, maka itu hanya menjadi praktik śīla duniawi dan bukan praktik śīla Buddhis. Tanpa adanya substansi Śīla, tidak ada daya yang cukup kuat yang mampu memutus kencenderungan untuk terus berbuat jahat; dan inilah yang menjadi sebab seseorang mengalami ketidakberuntungan.
Sebab lain yang juga mengakibatkan ketidakberuntungan adalah ketidakacuhan terhadap kitab-kitab sūtra (teks-teks Dharma) dan pratimā (gambar/patung Buddha). Sangat disayangkan bahwa banyak orang yang tidak mau menerima teks-teks Dharma — jangankan untuk memuliakannya, bahkan hanya untuk sekadar menyimpannya. Padahal, teks-teks Dharma, apabila dibaca, dapat meluruskan pandangan dan membuka wawasan tentang Buddhadharma selama seseorang belum menemukan guru yang cakap. Tanpa pandangan benar, keyakinannya kepada Triratna mudah goyah; dan ia akan beralih kepada “roh-roh sesat” ketika timbul permasalahan, seperti yang diterangkan seterusnya di bawah.
《慢法經》
Sūtra tentang Kesombongan terhadap Dharma
(T. № 739)
西晉 三藏釋法炬 譯
Diterjemahkan oleh Tripiṭakācārya Shih Fa-chü
pada masa dinasti Tsin Barat (290–307)
佛語:「阿難。有人事佛,以後便富貴不衰者。有人事佛,以後衰喪不利者。」
Buddha bersabda: “Ānanda, ada orang yang melayani Buddha dan setelahnya menjadi kaya dan terpandang, tanpa kemunduran. Ada pula orang yang melayani Buddha dan setelahnya mengalami kemunduran, tanpa keuntungan sama sekali.”
阿難問佛:「云何俱事佛,衰利不同?何故得爾?」
Ānanda bertanya kepada Buddha: “Mengapakah mereka yang sama-sama melayani Buddha mengalami kemunduran atau keuntungan yang tidak sama? Apakah sebabnya demikian?”
1. Sebab-Sebab Keberuntungan
佛語:「阿難。有人事佛,當求明師,得了了者,從受戒法。為除諸想,與經相應。
Buddha bersabda: “Ānanda, ada orang yang melayani Buddha yang, sewaktu mencari guru yang cakap, setelah memahami [kelebihan dan kekurangan] satu sama lain, lalu menerima Śīla dan Dharma darinya. Segala pemikirannya ia singkirkan, dan [untuk itu] ia menyelaraskan diri sesuai sūtra-sūtra.
「精進奉行,不失其教。受者不犯,如毛髮者。是人不犯道禁。
“Menjunjung dan mempraktikkan dengan penuh semangat, ia tidak melupakan ajaran [dari gurunya] tersebut. Apa yang diterimanya tidak dilanggarnya, bahkan setipis helaian rambut. Orang ini pun tidak melanggar segala aturan di dalam Jalan.
「常為諸天、善神所侍衛、擁護。所向諧偶,財利百倍,眾人所敬。後當得佛,何況富利耶!如是人輩事佛,為真佛弟子。
“Maka ia akan senantiasa diiringi dan dijaga oleh para dewa dan makhluk halus yang baik. Ke mana pun ia menuju, segalanya akan berjalan lancar; harta dan labanya akan berganda seratus kali lipat; ia akan dihormati oleh semua orang. Di masa mendatang Kebuddhaan niscaya ia peroleh, apalagi cuma kekayaan dan manfaat-manfaat [seperti di atas]! Orang yang melayani Buddha secara demikian sungguh merupakan siswa Buddha yang sejati.
2. Sebab-Sebab Ketidakberuntungan
「又復有人事佛,不值明師。亦無經像,復無禮敬。
“Selain itu, ada pula orang yang melayani Buddha yang tidak menjumpaï guru yang cakap. Tidak ada sūtra atau pratimā [yang ia minati untuk disimpan], tidak pula rasa hormat terhadapnya.
「不知不解,強效人受法戒。無有至信,受戒之後,故復犯眾戒。
“Tidak tahu dan tidak mengerti, ia bersikeras ikut-ikutan orang untuk menerima Śīla dan Dharma. Karena tiada keyakinan yang sungguh-sungguh, sesudah menerima Śīla, ia pun kembali melanggar berbagai śīla.
「心意朦冥猶豫。亦不肯讀經、行道、作福。乍信,乍不信。
“Batinnya diliputi kegelapan dan kebimbangan. Pun tidak sudi ia membaca sūtra, mempraktikkan Jalan, atau melakukan perbuatan berjasa. Sebentar-sebentar ia yakin, sebentar-sebentar tidak yakin.
「復不能念齋日燒香、燃燈、作禮,故復瞋恚,喚呼罵詈,出入咒咀。口初不合,心懷憎嫉,使人殺生。
“Di samping tak mampu mengingat hari-hari upavasatha untuk membakar dupa, menyalakan pelita, atau melakukan penghormatan, ia malahan mengembangkan kebencian, berteriak dan memaki [pada hari-hari tersebut]. Keluar dan masuk, ia mengumpat-umpat. Mulutnya selalu tak bersesuaian dengan hatinya, yang dipenuhi kedengkian dan iri. Kemudian ia menyebabkan orang lain membunuh makhluk hidup.
「眼見經像,無有禮敬之心。若其有經,趣掛著壁;或擲床席之上;或著故衣被,弊篋器中;或以妻子、小兒,不淨手弄之。煙熏屋漏,不復瞻視。亦不燒香、燃燈、向之作禮。與凡經書無異。
“Ketika matanya melihat sūtra atau pratimā, tiadalah batinnya menghormat. Seandainya pun ada sūtra padanya, akan digantungkannya saja di tembok; atau dicampakkannya di atas ranjang atau kursi; atau diletakkannya di antara pakaian-pakaian bekas, di dalam kotak atau wadah yang nista; atau akan dibiarkannya istrinya atau anaknya memain-mainkannya dengan tangan kotor. Terkepuli asap dan tertetesi bocoran atap rumah, takkan ditengoknya lagi [teks Dharma tersebut]. Takkan pula ia membakar dupa, menyalakan pelita, atau melakukan penghormatan kepadanya. Ia akan menganggapnya tidak berbeda dengan buku-buku duniawi biasa.
「善神離之,惡鬼得其便。隨逐不置,因衰病之。
“Maka makhluk-makhluk halus yang baik meninggalkannya; hantu-hantu jahat akan dapat mencelakaïnya. Apabila tiada mempan, [kesehatannya] akan mundur dan menyebabkannya sakit.
「適得疾病,恐怖猶豫,自念言:
“Tatkala mendapatkan penyakit, diliputi kecemasan dan kebimbangan ia merenung sendiri:
『我初事佛,云何故復疾病耶?』‘Aku selalu melayani Buddha. Mengapakah aku kembali menderita sakit?’
「不能自信,呼使巫媚之師卜問。解除鎮厭無益,遂便禱賽邪神。
“Karena tidak dapat membangkitkan keyakinan diri, dipanggilnyalah dukun dan ahli nujum untuk berkonsultasi. Setelah segala kias penolak bala tidak berhasil, ia pun mulaï berdoa dan menyajikan sesajen kepada roh-roh sesat.
「眾過遂增。妖魅惡鬼,屯守其門。遂便喪衰,死亡不離門戶。
“Berbagai kesalahannya makin bertambah-tambah. Siluman-siluman dan hantu-hantu jahat bergerombol menghampiri pintunya. Menyusul kemunduran [kesehatannya], kematian tidak beranjak dari rumahnya.
「財產衰耗,家室病疾。更相注續,不離床席。命終墮埿犁中,當被考治讁罰,無有歲數。
“Harta bendanya semakin berkurang, keluarganya sakit-sakitan. Walau [perhatian kepadanya] semakin dicurahkan terus, ia tetap tak dapat meninggalkan tempat tidurnya. Setelah kehidupannya berakhir, terjatuhlah ia ke niraya (alam neraka). Ia akan didakwa dan dihukum [untuk waktu yang sangat lama], bukan dalam hitungan tahun lagi.
「是人但坐不能專一;志意猶豫,無所專據。不信佛法,故得其罪,凶衰如是。」
“Orang ini saat duduk pun tidak mampu berfokus; pendiriannya diliputi kebimbangan dan tak dapat dipusatkannya pada apa pun. Karena tidak meyakini Buddhadharma, demikianlah ketidakberuntungan dan kemunduran yang ia dapat dari perbuatan buruknya.”
Penutup
「世間人不知佛法者,謂呼“事佛令得殃衰”,不知其人行自不正,違犯佛經戒。心意眾態具足,身自招之,無有與者。」
“Orang-orang di dunia tidak mengetahui Buddhadharma dan hanya menganggap ‘melayani Buddha akan menyebabkan kesialan dan kemunduran’, tanpa mengetahui bahwa kelakuan orang itu sendirilah yang tidak tepat, bertolak-belakang dan melanggar Dharma dan Śīla Buddha. Segala kesempurnaan pola pikir diundang oleh diri sendiri; tiadalah yang dapat memberikannya.”
阿難聞之,便頭面著地,為佛作禮,歡喜奉行。
Pada saat Ānanda mendengar penjelasan ini, ia pun menyentuhkan kepala dan wajahnya ke tanah, bernamaskāra kepada Buddha. Dengan gembira ia menjunjung dan melaksanakannya.
《佛說慢法經》
Akhir dari Sūtra tentang Kesombongan terhadap Dharma