Powered by Administrator

Translate

PRĀTIHĀRAKA PAKṢA

Sebuah gāthā terkenal yang diucapkan oleh Dewa Śakra pada jilid 40 Saṃyukta Āgama (sūtra ke-1117) berbunyi:

Dewa Sakra「若人月八日  十四十五日
 及神變之月  受持八支齋
 如我所修行  彼亦如是修」

“Jikalau pada setiap [paruh-] bulan hari ke-8,
hari ke-14 dan ke-15,
serta pada [Paruh-] Bulan Mukjizat,

seseorang menerima dan memegang Upavāsa Beranggota Delapan,
maka praktik yang sama seperti yang telah kukembangkan,
telah demikian pula dikembangkannya.”¹

Padanan Pāli dan Sanskertanya, dengan berbagai variasi, dapat kita lihat sbb.:


Dutiya Catumahārāja Sutta² Maitreya Vyākaraṇa Sanskerta³
Cātuddasiṃ pañcadasiṃ
yā ca pakkhassa aṭṭhamī
pāṭihāriyapakkhañ ca
aṭṭhaṅga susamāgataṃ,
uposathaṃ upavaseyya
yo passa mādiso naro.
Caturdaśīṃ pañcadaśīṃ
pakṣasyehāṣṭamīṃ tathā |
prātihārakapakṣaṃ ca
aṣṭāṅga susamāhitam |
upavāsam upoṣitvā
hy āgatā mama śāsane ||


Kapan sajakah umat Buddhis menjalankan upavasatha?

Di India kuno satu tahun dibagi menjadi tiga musim: grīṣma (musim semi–panas), varṣā (musim hujan–rontok), dan hemanta (musim dingin–sejuk). Masing-masing musim lamanya empat bulan. Satu bulan juga dibagi menjadi dua periode dwi-mingguan yang disebut pakṣa (‘sayap’ atau ‘sisi’), masing-masing lamanya lima belas hari. Separuh bagian dari satu bulan, yang dimulaï sejak rembulan baru hingga rembulan purnama, disebut śukla pakṣa (‘paruh terang’). Sedangkan separuh lagi, di mana rembulan purnama makin meredup hingga rembulan mati/tilem, disebut kr̥ṣṇa pakṣa (‘paruh gelap’).

Kalender luni-solar India Utara yang memulaï awal bulan pada hari pertama paruh gelap disebut kalender pūrṇimānta. Dengan demikian, tanggal 1 jatuh sehari setelah purnama dan tanggal 15 pada saat tilem. Namun, terdapat pula kalender luni-solar yang memulaï awal bulan pada hari pertama paruh terang, yang disebut kalender amāvāsyanta atau amānta. Kalender Buddhis yang diikuti negara-negara Theravādin, serta kalender Cina (“Imlek”) dan Tibet, menganut sistem ini. Pada sistem ini tanggal 1 jatuh sehari setelah tilem dan tanggal 15 pada saat purnama.

Praktek puasa (upavāsa) à la Buddhis, dengan tidak makan selepas tengah hari dan memegang delapan aturan lainnya, dilaksanakan pada hari ke-8, -14, dan -15 dalam setiap pakṣa. Pada sistem kalender amānta berarti ini jatuh pada tanggal 8, 14, dan 15 (paruh terang); serta tanggal 23, 29, dan 30 (paruh gelap). Selain itu, ada lagi masa khusus untuk berpuasa yang disebut “Paruh-bulan Mukjizat” (prātihāraka pakṣa), seperti yang disebutkan dalam gāthā di atas.


Apakah prātihāraka pakṣa (Pāli: pāṭihāriya pakkha) itu sebenarnya?

Pertama-tama, penjelasan yang diberikan oleh komentator Pāli amat beragam. Ketika kitab-kitab komentar Pāli disusun, pāṭihāriya pakkha tampaknya tidak ditekuni lagi dan sudah kabur maknanya. Pakkha/pakṣa secara harfiah memang berarti ‘sayap’ atau ‘sisi’. Maka kitab Sāratthappakāsini (komentar Saṃyutta Nikāya) menerangkannya sebagai hari-hari yang mengapit sebuah tanggal uposatha. Jadi, selain melaksanakan uposatha pada tanggal 8, misalnya, seseorang juga melaksanakannya pada tanggal 7 dan 9. Begitu pula pada satu hari sebelum dan sesudah tanggal 14/15. Akan tetapi, pendapat lain mengartikan Pakkha Mukjizat ini sebagai periode dwi-mingguan yang menyusul hari pavāraṇā (akhir masa vassāvāsa = tanggal 15 Assayuja), yakni 16–30 Assayuja.

Dalam kitab Manoratha Pūraṇi (komentar Aṅguttara Nikāya) II:234 dan kitab Paramatthajotikā (komentar Sutta Nipāta) II:378 keterangan lain lagi diberikan: Pakkha Mukjizat merupakan masa-masa satu bulan yang mengapit masa vassāvāsa. Jadi, seseorang yang selama tiga bulan penuh di masa vassāvāsa melaksanakan uposatha, menambahnya lagi mulaï dari sebulan sebelumnya (16 Jeṭṭha–15 Āsāḷha), lalu sebulan sesudahnya (16 Assayuja–15 Kattikā) — total lima bulan uposatha yang ia laksanakan. Ada lagi yang menerangkan Pakkha Mukjizat ialah tiga bulan masa puasa, yaïtu selama bulan Āsāḷha, Kattikā, dan Phagguṇa.


Di samping berbagai keterangan samar-samar dari komentar-komentar Pāli, tradisi Buddhis Utara, yang lebih pasti, menjelaskan bahwa prātihāraka pakṣa jatuh setiap awal pergantian musim. Karena satu tahun terdiri atas tiga musim, maka terdapat tiga prātihāraka pakṣa dalam setahun, yakni di bulan ke-1, -5, dan -9. Dalam jilid 2 Amoghapāśa Kalparāja Sūtra 《不空羂索神變真言經》 (T. vol. 20, № 1092 hlm. 235a) disebutkan:

修此法者,當於十方一切諸佛神通月修。所謂:正月、五月、九月,白月一日至十五日,如法清淨,讀誦受持,即得成就。
Untuk berlatih metode ini, hendaknya latihlah pada Pakṣa Mukjizat Para Buddha dari Sepuluh Penjuru, yakni: pada paruh terang bulan ke-1, -5, atau -9, hari pertama hingga kelimabelas. Ia yang membaca, melafalkan, menerima, dan memegangya dengan murni sesuai Dharma, akan memperoleh keberhasilan.

Juga dalam Nīlakaṇṭhaka Sūtra 《千手千眼觀世音菩薩姥陀羅尼身經》 (T. vol. 20, № 1058 hlm. 98a):

若欲受持此陀羅尼者,每以正月、五月、九月,一日至十五日,受持齋戒,著白淨衣,食三白食。
Barangsiapa yang ingin menerima dan memegang dhāraṇī ini, setiap bulan ke-1, -5, dan -9, dari tanggal 1 hingga 15, hendaklah menerima dan memegang Upavāsa Śīla, mengenakan pakaian putih yang bersih, dan memakan tiga jenis makanan putih.

Bab II Ekākṣaroṣṇīsacakrarāja Sūtra 《一字佛頂輪王經》 (T. vol. 19, № 951 hlm. 230a) menerangkan:

畫是像者,當於一切佛神通月,畫飾莊采。所謂:正月、五月、九月,則斯等月,月初一日,或十五日,起首畫摸。其畫像處,於佛堂殿,或於山間仙人窟處。
Pelukis rūpaṃ tersebut haruslah menggambar, memberi hiasan atau warna pada Pakṣa Mukjizat Segala Buddha, yakni: di bulan ke-1, -5, atau -9. Pada bulan-bulan ini, di hari pertama atau kelimabelas dari pakṣa [tersebut], ia harus mulaï melukis. Tempat untuk melukis rūpaṃ itu boleh di balai Buddha, atau di tengah gunung di gua pertapaan para resi.

Dari kutipan-kutipan di atas dapat kita lihat bahwa yang dimaksud prātihāraka pakṣa sebenarnya adalah periode puasa dwi-mingguan yang berlangsung selama paruh terang bulan ke-1, -5, dan -9. Di Cina sejak awal terjadi kerancuan, di mana 月 digunakan untuk menerjemahkan ‘bulan’ (māsa) maupun ‘paruh-bulan’ (pakṣa). Sewaktu mengalihbahasakan śukla pakṣa dan kr̥ṣṇa pakṣa sebagai 白月 dan 黑月, nyaris tidak terjadi kesalahpahaman. Namun, saat prātihāraka pakṣa diterjemahkan menjadi 神變月 (atau 神足月, 神通月), istilah ini malah dimengerti sebagai “Bulan Mukjizat”. Umat Buddhis Cina yang menekuni upavasatha di bulan ke-1, -5, atau -9 akhirnya berpuasa selama sebulan penuh, atau dua kali lebih lama daripada masa puasa di India. Bulan ke-1, -5, dan -9 kemudian dikenal sebagai Tiga Bulan Puasa Panjang 三長齋月.

Vinayācārya Ling-chih Yüan-chao 靈芝元照, dalam bagian 3-4 dari jilid 3 Szŭ-fên lü hsing-shih ch’ao tzŭ-ch’ih chi 《四分律行事鈔資持記》 (T. vol. 40, № 1805 hlm.406c) karyanya, menulis:

正五九月,冥界業鏡,輪照南洲。若有善惡,鏡中悉現。或云:天王巡狩四天下,此三月對南洲。又云:此三月惡鬼得勢之時,故令修善。
Pada bulan ke-1, -5, dan -9, cermin karma di alam gaib akan beralih merefleksikan Benua Selatan (Jambudvīpa). Kebaikan atau kejahatan apa pun akan tampak dalam cermin tersebut. Ada pula yang mengatakan: para Raja Dewa yang berkeliling menginspeksi keempat kolong langit akan berfokus pada Benua Selatan di ketiga bulan ini. Ada pula yang mengatakan: ketiga bulan ini merupakan saat hantu-hantu jahat memperoleh kekuatan, maka kita harus berlatih kebaikan [dengan menjalankan upavasatha dsb.].






CATATAN:

¹ Tsa a-han ching 《雜阿含經》 (T. vol. 2, № 99 hlm. 296a).

² AN III.4: 8. Sūtra yang paralel dalam Saṃyukta Āgama Sanskerta sayangnya hanya berupa fragmen dan tidak terbaca untuk bagian gāthā ini.


⁴ Tafsiran yang keliru ini baru terbentuk belakangan. Pada mulanya prātihāraka pakṣa tentu saja masih dipahami dengan tepat sebagaimana dapat kita lihat dalam homili Ch’ih Ch’ao 郗超 alias Ch’ih Chia-pin 郗嘉賓 dari zaman Dinasti Tsin Barat, Fêng-fa yao 〈奉法要〉 (‘Menjunjung Esensi Dharma’, termuat dalam jilid 13 Hung-ming chi 《弘明集》, T. vol. 52, № 2102 hlm. 86b):
歳三齋者:正月一日至十五日,五月一日至十五日,九月一日至十五日。
Tiga masa puasa dalam setahun adalah: bulan ke-1 tanggal 1–15, bulan ke-5 tanggal 1–15, bulan ke-9 tanggal 1–15.

月六齋者:月八日、十四日、十五日、二十三日、二十九日、三十日。
Enam hari puasa dalam sebulan adalah: tiap bulan tanggal 8, 14, 15, 23, 29, dan 30.

⁵ Lihat catatan kaki di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar