Powered by Administrator

Translate

Sabtu, 17 Agustus 2013

HAL-HAL YANG MENENTUKAN VALIDNYA PENERIMAAN TRIŚARAṆA


kalyana mitta

Istilah kalyāṇamitra dalam Buddhisme bukanlah merujuk pada kawan baik yang akrab dengan kita. Lebih dari sekadar teman biasa, seorang kalyāṇamitra adalah seorang guru yang mampu membimbing kita menuju kemajuan spiritual dalam jalan Dharma.

Mengingat pentingnya kalyāṇamitra untuk mencapai kemajuan dalam segala praktek, maka sebelum mengambil Tiga Perlindungan, kita harus meneliti terlebih dahulu kualitas calon guru pembimbing. Kita tidak mungkin memohon Tiga Perlindungan dari seseorang yang dirinya sendiri tidak berlindung kepada Triratna, atau ia telah kehilangan substansi Perlindungan karena, misalnya, ia mempraktekkan/meyakini ajaran spiritual non-Buddhis atau ia sangat mengandalkan benda-benda bertuah, jimat-jimat, “isi” patung-patung, dsb.

Apabila kita sudah yakin bahwa calon guru tersebut kompeten untuk membimbing kita, maka berikutnya kita juga harus mengerti makna sesungguhnya berlindung kepada Triratna, serta apa saja komitmen yang harus kita jaga setelah berlindung. Jika tidak, walaupun kita mengikuti upacara Tiga Perlindungan, maka upacara tersebut kosong belaka, dan tidak ada substansi Perlindungan yang kita terima.

Dalam mengikuti upacara Tiga Perlindungan, kita sebaiknya mengenali bagian-bagian dari ritus tersebut sehingga tahu di mana harus menjawab, di mana harus mengulangi perkataan guru pembimbing, di mana harus bernamaskāra, dll. Kita hendaknya tidak berada terlalu jauh dari guru pembimbing sehingga apa yang disampaikannya terdengar jelas. Apabila kita terkendala masalah bahasa dan tidak memahami apa yang diucapkan guru pembimbing, yang terpenting adalah kita harus berkonsentrasi saat mengulangi rumusan Tiga Perlindungan (“saya seumur hidup berlindung kepada Buddha”, dst.) sebab pada momen inilah substansi Perlindungan diperoleh. 
 

Dalam jilid ke-16 Samantapāsādikā 《善見論》 (T. vol. 24, № 1462 hlm. 788c) disebutkan:
不得先歸依僧,後歸依法、佛。亦不得雜說。
Janganlah [mengucapkan] berlindung kepada Saṅgha dahulu, baru kemudian kepada Dharma dan Buddha. Jangan pula mengucapkan secara acak.

Maka pemahaman guru pembimbing tentang seluk-beluk ritus Tiga Perlindungan amatlah penting karena apa yang ia ucapkan akan diulangi oleh pemohon. Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā 《薩婆多論》 (lihat posting sebelumnya) menyatakan:
  • apabila karena tidak mengerti atau tidak sengaja ia mengucapkan secara terbalik, maka Triśaraṇa tersebut valid/sah dan pemohon memperoleh substansi Perlindungan;
  • apabila ia mengerti, namun sengaja mengucapkannya terbalik, maka Triśaraṇa tersebut tidak sah dan pemohon tidak memperoleh substansi Perlindungan. 


Samantapāsādikā 《善見論》 selanjutnya menyambung:
若師教言:「歸依佛」,弟子語不正,言:「歸依弗」,亦成受。
Jika sang guru mengajarkan, “Saya berlindung kepada Buddha”, namun siswanya mengulangi secara keliru, “Saya berlindung kepada Bodha”, maka [Tiga Perlindungan] terbentuk.

若師教言:「歸依弗」,弟子言:「歸依佛」,亦成受三歸。
Jika gurunya mengajarkan, “Saya berlindung kepada Bodha”, namun sang siswa mengucapkan, “Saya berlindung kepada Buddha”, maka ia pun mendapatkan Tiga Perlindungan.

若師與弟子語俱不正,言:「歸依弗」,不成受三歸。
Jika baik guru maupun siswa sama-sama mengucapkan secara keliru, “Saya berlindung kepada Bodha”, maka tidak ada Tiga Perlindungan yang terbentuk.
 
Semua hal berikut akan menyebabkan Triśaraṇa menjadi invalid:

1.  若師教:「歸依佛」,弟子答言:「爾」。
Jika guru mengajarkan, “Saya berlindung kepada Buddha”, namun sang siswa hanya menjawab, “Ya [demikianlah, Bhadanta]”.
2.  或語不出口。
Atau ia tidak mengeluarkan suara (hanya mengulangi dalam hati).
3.  或逐語不具足
Atau ia mengulangi secara tidak lengkap —
皆不成受三歸。
maka tiada Tiga Perlindungan yang terbentuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar