uddha, Dharma, dan Saṅgha adalah tiga Permata yang kepada-Nya kita berlindung untuk terbebas dari penderitaan saṃsāra. Buddha dalam bahasa Tionghoa diterjemahkan sebagai chüeh-chê 覺者, yang dapat berarti ‘Yang Tercerahkan’ (telah mencerahkan diri-Nya sendiri) atau ‘Sang Pencerah’ (yang mencerahkan orang lain). Dharma adalah hukum (fa 法) Kebenaran yang bila dipraktekkan akan membawa Pencerahan. Saṅgha adalah persekutuan yang serasi (ho-ho chung 和合衆) dalam mempraktekkan Dharma.
Dalam tradisi eksegesa Cina terdapat beberapa cara dalam menganalisa Triratna. Salah satu yang populer (lihat, misalnya, bagian 1-1 dari jilid pertama Szŭ-fên lü hsing-shih ch’ao tzŭ-ch’ih chi 《四分律行事鈔資持記》 [T. vol. 40, № 1805] karya Vinayācārya Ling-chih Yüan-chao 靈芝元照 dari dinasti Sung) adalah pengkategorian menjadi empat:
———————————————————————————
A. Ditinjau dari sisi fenomena 事相
———————————————————————————
1. HUA-HSIANG SAN-PAO 化相三寶 (Triratna yang Manifes)
Merupakan Triratna dalam wujud nyata. Menurut sistém Kendaraan Kecil, Buddharatna adalah seseorang Yang Tercerahkan, dengan fisik yang dilengkapi 32 ciri manusia agung dan 80 tanda tambahan (lebih spesifiknya, misalnya, Buddha di masa kita sekarang, Śākyamuni); Dharmaratna adalah ajaran yang dibabarkan Buddha yang meliputi Empat Kebenaran Mulia, Delapan Jalan Utama, dan Dua Belas Kemunculan yang Bergantungan; Saṅgharatna terdiri atas siswa-siswa Buddha yang mempraktekkan ajaran-Nya, dan terdiri atas delapan jenis makhluk suci yang merupakan empat pasang.
Dalam sistem Kendaraan Besar ditambahkan: para Buddha di sepuluh penjuru dan tiga masa dengan manifestasi Ketiga Tubuh-Nya (trikāya), bukan hanya dalam wujud tubuh fisis-Nya (rūpakāya), merupakan Buddharatna; Dharmaratna meliputi ajaran tentang Enam Pāramitā; dan Saṅgharatna terdiri juga atas para bodhisattva yang telah mencapai Sepuluh Tingkat Kesucian (daśabhūmi).
2. CHU-CH’IH SAN-PAO 住持三寶 (Triratna yang Berdiam dan Melestari)
Merupakan Triratna dalam representasinya. Segala perwujudan Buddha, baik dalam bentuk patung, lukisan, atau benda-benda peringatan lain, adalah Buddharatna; segala bentuk tertulis dari kitab-kitab suci (sūtra, vinaya, abhidharma/śāstra) merupakan Dharmaratna; persekutuan bhikṣu dan bhikṣuṇī yang mempraktekkan Dharma adalah Saṅgharatna.
Setelah Buddha parinirvāṇa, adalah Chu-ch’ih San-pao yang melestarikan semangat Ajaran. Chu-ch’ih San-pao meneruskan kelanjutan Triratna selama tiadanya Hua-hsiang San-pao. Tanpa adanya Chu-ch’ih San-pao, tidak mudah bagi kita untuk mengenali Hua-hsiang San-pao, apalagi memahami aspek nomena Triratna yang merupakan esensi dari fungsi perlambangan Chu-ch’ih San-pao.
———————————————————————————
B. Ditinjau dari sisi nomena 理體
———————————————————————————
1. I-T’I SAN-PAO 一體三寶 (Triratna yang Manunggal)
Ketiga Permata pada hakikatnya adalah tunggal karena masing-masing Permata memiliki keseluruhan kualitas dari Triratna:
- Buddha memiliki kemampuan untuk mencerahkan, maka Ia adalah Buddharatna; dengan leluasa Ia dapat menggunakan hukum Kebenaran Dharma dalam mengajar, maka Ia adalah Dharmaratna; Buddha terbebas dari segala pertentangan, maka Ia adalah Saṅgharatna.
- Dharma memiliki esensi dapat melahirkan hakikat para Buddha, maka Ia adalah Buddharatna; dalam dirinya sendiri Dharma memegang kemampuan sebagai hukum Kebenaran yang berlaku mutlak, maka Ia adalah Dharmaratna; segala Dharma adalah setara tanpa saling berlawanan, maka Ia adalah Saṅgharatna.
- Saṅgha memiliki pengetahuan mencerahkan, maka Ia adalah Buddharatna; Saṅgha menjalankan fungsi hukum Kebenaran, maka Ia adalah Dharmaratna; Saṅgha sendiri merupakan persekutuan yang selaras, maka Ia adalah Saṅgharatna.
Kedemikianan (Tathatā), sebagai realitas tertinggi Triratna, memiliki tiga aspek (lihat Mahāparinirvāṇa Sūtra 《大般涅槃經》 jilid 2 [T. vol. 12, № 374 hlm. 376c]). Dalam Kedemikianan, Kebijaksanaan (prajñā) adalah Buddharatna, Pembebasan (vimokṣa) adalah Dharmaratna, dan Tubuh Dharma (dharmakāya) adalah Saṅgharatna.
Hakikat semua makhluk tidak berbeda dengan Triratna karena satu dalam Bhūtatathatā. Semua makhluk berputar-putar dalam roda saṃsāra sebab terbelenggu oleh kekotoran batin (kleśa), perbuatan (karma), dan penderitaan (duḥkha). Realisasi latihan akan mengubah kleśa menjadi prajñā, karma menjadi vimokṣa, dan duḥkha menjadi dharmakāya.
Pengertian tentang Li-t’i San-pao tentu sulit dicerna oleh kita sebagai makhluk biasa (pr̥thagjana). Jika kita tidak dapat memahaminya, bahkan secara teoretis, cukuplah bagi kita mengimani Triratna dari sisi fenomena. Setelah kita mencapai tingkat realisasi tertentu, secara berangsur-angsur pun Li-t’i San-pao akan tampak secara alami. Sebagai pemula, yang terpenting adalah bagaimana kita mempertahankan komitmen kita dalam berlindung kepada Triratna (lihat di sini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar