Powered by Administrator

Translate

Sabtu, 11 November 2017

Perbandingan Ritus Pravrajyā Beberapa Mazhab

Tabel berikut (klik gambar di bawah) menyajikan perbandingan kisah pravrajyā Rāhula dalam Vinaya Piṭaka beberapa mazhab. Dalam Sarvāstivāda Vinaya 《十誦律》 (T. № 1435), bahkan dalam skandhaka pertamanya, ritus penahbisan śrāmaṇera pun sudah diuraikan. Namun, konteks ceritanya di luar penahbisan Rāhula sehingga tidak kita perbandingkan. (Ritus Sarvāstivāda Vinaya juga menggunakan format penanyaan kesanggupan, yang berbeda dengan vinaya mazhab lain yang mengulangkan langkah latihan — hal ini akan dibahas kelak.)

Keunikan dapat terlihat di sini: pada ritus Mahāsāṅghika dan sub-mazhab turunannya, Lokottaravāda, Tiga Perlindungan hanya diulangkan sekali di muka sebelum pengucapan langkah latihan apa pun. Ini mungkin merefleksikan pandangan yang mereka anut bahwa substansi Śīla terbentuk dengan mengucapkan langkah-langkah latihan. Hal berbeda dipegang oleh Mahīśāsaka (juga Sarvāstivāda), yang meyakini substansi Śīla terbentuk saat rumusan Tiga Perlindungan selesai diucapkan. Oleh sebab itu, Tiga Perlindungan diulangkan sebelum lima langkah latihan, dan sekali lagi sebelum sepuluh langkah latihan.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pada ritus Dharmaguptaka penahbisan śrāmaṇera terjadi seketika tanpa didahului dengan pemberian disiplin upāsaka. Tentang masalah ini, Vinayācārya Yüan-chao menafsirkan dalam jilid 2-5 Chi-yüan chi 《濟緣記》 (Zokuzōkyō vol. 41, № 728 hlm. 204c) sbb.:

問:《四分律》中何以求出家者,直受十戒耶?
Tanya: Dalam Dharmaguptaka Vinaya mengapakah mereka yang memohon peninggalan rumahtangga (pravrajyā) langsung menerima Sepuluh Śīla?

答:彼土士女,多有在俗受五戒者,故略之耳。文既不顯,故引《五分》、《多論》,必須次受。
Jawab: Di negeri sana (India), baik pria maupun wanita, banyak yang sudah menerima Lima Śīla sewaktu masih menjadi umat awam; oleh sebab itu, ceritanya disingkat. Karena tidak diungkapkan dalam teksnya, maka menarik [prinsip] dari Mahīśāsaka Vinaya dan Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā, haruslah kita menerima secara bertahap.

問:今若不受五戒,為有何過?
Tanya: Kini apabila kita tidak menerima Lima Śīla, apakah salahnya?

答:準如《多論》,失次第故。《尼鈔》注云:「僧得小罪。」
Jawab: Menurut Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā, berarti malatindak dalam urut-urutan. Rangkuman Vinaya Bhikṣuṇī (karya Tao-hsüan, Zokuzōkyō № 724) memberi anotasi: “Anggota saṅgha [yang melalaikannya] memperoleh pelanggaran kecil (duṣkr̥ta).”

Akan tetapi, dalam Dharmaguptaka Vinaya sebetulnya tidak pernah diceritakan bahwa Rāhula pernah menerima Lima Śīla sebelumnya. Mazhab Dharmaguptaka tampaknya memang membolehkan pemberian langsung Sepuluh Śīla sebab ritus penahbisan śrāmaṇera di luar kasus Rāhula diuraikan kembali pada hlm. 810b vinaya-nya (kali ini format langkah latihannya berupa penanyaan kesanggupan).

Di luar Tripiṭaka Tionghoa, vinaya Pāli memberi kesaksian yang berbeda lagi. Dalam khandhaka pertamanya, “Mahā Khandhaka”, disiplin sāmaṇera diberikan kepada Rāhula hanya dengan mengulangkan rumusan Tiga Perlindungan saja, sama seperti prosedur penabhisan bhikkhu yang mula-mula (saraṇagamana upasaṃpadā). Sepuluh langkah latihan baru ditetapkan oleh Buddha di kemudian hari setelah sekelompok sāmaṇera menanyakan kebingungan mereka akan unsur-unsur disiplinnya.



Rabu, 08 November 2017

ANUPŪRVA ŚĪLA vs AKASMĀD-UTPANNA ŚĪLA

Śīla-śīla Buddhis selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi dua:
  1. Śīla yang terbentuk secara bertahap (*anupūrva śīla 漸次戒)
    Yakni śīla yang pembentukannya harus didahului dengan mengambil śīla lain.

  2. Śīla yang terbentuk seketika (*akasmād-utpanna śīla 頓立戒)
    Yakni śīla yang pembentukannya terjadi langsung tanpa didahului dengan mengambil śīla lain.

*Anupūrva śīla meliputi tujuh jenis disiplin pengarah Pembebasan (Prātimokṣa Saṃvara) untuk ketujuh kelompok siswa-siswi Buddhis, yakni: Lima Śīla untuk upāsaka dan upāsikā, Sepuluh Śīla untuk śrāmaṇera dan śrāmaṇerī, Enam Dharma untuk śikṣamāṇā, dan Upasaṃpanna Śīla untuk bhikṣu dan bhikṣuṇī. Tanpa memiliki substansi Lima Śīla dalam dirinya, seseorang tidak dapat mengambil disiplin śrāmaṇera/śrāmaṇerī. Tanpa memiliki substansi disiplin śrāmaṇera/śrāmaṇerī, seseorang tidak dapat mengikuti upasaṃpadā untuk mengambil disiplin bhikṣu/bhikṣuṇī. (Seorang śrāmaṇerī bahkan harus melewati jenjang śikṣamāṇā terlebih dahulu sebelum dapat menjadi bhikṣuṇī.)

Dalam hal Bodhisattva Śīla, tradisi Asaṅga yang terdapat dalam “Bodhisattvabhūmi” (salah satu bagian dari kompendium pertama Yogācārabhūmi Śāstra 《瑜伽師地論》, T. № 1579) merupakan sebuah *anupūrva śīla. Seseorang harus sudah memiliki disiplin upāsaka/upāsika atau disiplin bhikṣu/bhikṣuṇī sebelum dapat mengambilnya. Demikian pula disiplin kebodhisattvaan bagi umat awam — terdiri atas 6 śīla berat dan 28 śīla ringan — yang diuraikan Upāsaka Śīla Sūtra (T. № 1488) mengharuskan seseorang untuk terlebih dahulu mengambil Lima Śīla.

Penggolongan Lima Śīla sebagai *anupūrva śīla didasarkan pada praktik yang umum berlaku dalam Buddhisme Tiongkok di mana, biasanya, seseorang mula-mula hanya mengambil Tiga Perlindungan dan, apabila sudah siap, kelak ia baru mengambil Tiga Perlindungan dan Lima Śīla. Hal ini tentu saja tidak mutlak. Apabila ia yakin kepada Triratna dan siap menjalankan Śīla, ia bisa langsung mengambilnya tanpa harus menjadi upāsaka tanpa-disiplin (aparipūrṇakārin) dahulu.

Yang menjadi pertanyaan adalah: berapa lamakah yang harus dilalui seorang upāsaka tanpa-disiplin, yang hanya mengambil Tiga Perlindungan, sebelum dapat mengambil salah satu atau lengkap Lima Śīla? Tidak ada aturan yang pasti untuk hal ini. Bab XIV Upāsaka Śīla Sūtra mensyaratkan waktu enam bulan sebelum seseorang diberi Lima Śīla dan Bodhisattva Śīla. Selama enam bulan itu, guru pembimbing akan mengawasi tingkah-lakunya untuk memastikan kelayakannya menerima Śīla. Akan tetapi, prosedur ini jelas hanya berlaku bagi mereka yang ingin menerima disiplin kebodhisattvaan berdasarkan Upāsaka Śīla Sūtra.

Lalu berapa lamakah yang harus dilalui seorang śrāmaṇera sebelum dapat mengambil Upasaṃpanna Śīla? Menurut Po-ni-huan ching 《般泥洹經》(T. vol. 1, № 6 hlm. 188a), salah satu dari beberapa terjemahan Parinirvāṇa Sūtra versi Hīnayāna: tiga tahun. Namun, sekali lagi, hal ini tidak mutlak. Seseorang śrāmaṇera bisa saja mengikuti upasaṃpadā setelah lebih atau kurang dari tiga tahun. (Seorang śrāmaṇerī, akan tetapi, wajib menjalani masa śikṣamāṇā selama dua tahun sebelum ia mengikuti upasaṃpadā.)




Berikutnya, yang tergolong sebagai *akasmād-utpanna śīla antara lain Delapan Śīla, yang biasa dijalankan umat awam pada hari-hari upavasatha. Substansi Delapan Śīla dapat terbentuk dalam diri siapa pun — bahkan pada yang belum mengambil Tiga Perlindungan — asalkan orang tersebut yakin dan mau berlindung kepada Triratna. Vasubandhu menerangkan bait 30 dari bab IV Abhidharmakośa-nya (lihat 《阿毘達磨俱舍論》, T. vol. 29, № 1558 hlm. 75c) sbb.:

為唯近事得受近住?為餘亦有受近住耶?
Apakah hanya para upāsaka yang dapat menerima Upavāsa? Atau dapatkah yang lain menerima Upavāsa juga?

頌曰:
Kārikā:

近住餘亦有  不受三歸無

Anyasyāpyupavāso ’sti
śaraṇaṃ tvagatasya na


論曰:諸有未受近事律儀,一晝夜中,歸依三寶,說三歸已,受近住戒,彼亦受得近住律儀。異此則無,除不知者。
Bhāṣya: Apabila mereka yang belum menerima disiplin upāsaka [sudi] berlindung kepada Triratna, lalu setelah mengucapkan Tiga Perlindungan, mereka menerima śīla-śīla puasa untuk sehari semalam, maka disiplin penekun puasa (upavāsaka saṃvara) pun mereka peroleh. Selain dengan cara ini (mengulangkan Tiga Perlindungan), tidak dapat. Kecuali karena ketidaktahuan [guru pembimbingnya, yang hanya mengulangkan langkah latihan saja].

Lima Śīla, sebagaimana telah dikemukakan di atas, juga dapat merupakan śīla yang terbentuk seketika — terlebih-lebih dalam pandangan Vaibhāṣika, yang menolak pemberian Tiga Perlindungan saja tanpa disiplin kepada umat awam. Pada masa awal penyebaran Śāsana, Upasaṃpanna Śīla pun merupakan śīla yang terbentuk seketika di mana seseorang langsung mendapatkannya setelah dipanggil dengan undangan “ehi, Bhikṣu!” oleh Buddha, atau setelah mengulangi Tiga Perlindungan di bawah bimbingan seorang guru. Namun, begitu prosedur jñapti-caturtha karman ditetapkan, seseorang hanya dapat memperoleh upasaṃpadā dari saṅgha setelah menjalani masa novisiat sebagai śrāmaṇera.

Ada perbedaan pandangan yang dianut berbagai mazhab berkenaan dengan dispilin śrāmaṇera. Menurut Mahāsāṅghika dan sub-mazhab turunannya, sejak semula Sepuluh Śīla sudah diberikan secara bertahap. Seseorang baru dapat menerima Sepuluh Śīla apabila ia telah memperoleh Lima Śīla upāsaka. Prosedur ini bahkan sudah terjumpaï dalam kisah penahbisan Rāhula (lihat di sini). Dalam skandhaka pertama dari Vinaya Piṭaka masing-masing, Mahīśāsaka dan Sarvāstivāda juga mewajibkan hal yang sama. Sebaliknya, penahbisan śrāmaṇera secara seketika terdapat dalam Vinaya Piṭaka mazhab Dharmaguptaka 《四分律》 (T. vol. 22, № 1428 hlm. 809c), di mana Rāhula menerima Sepuluh Śīla tanpa diberi Lima Śīla dahulu. (Untuk perbandingan kisah penahbisan Rāhula dalam Vinaya Piṭaka berbagai mazhab, lihat tabel.)

Dalam hal Bodhisattva Śīla, disiplin berdasarkan Mahāyāna Brāhmajāla Sūtra 《梵網經》 (T. № 1484) dan Bodhisattvakeyura-parikarma Sūtra 《菩薩瓔珞本業經》 (T. № 1485) merupakan contoh śīla yang terbentuk seketika. Disiplin ini dapat diterima siapa saja, baik monastik, umat awam, atau orang yang belum pernah mengambil Prātimokṣa Saṃvara apa pun.