Powered by Administrator

Translate

Rabu, 23 Februari 2022

Kaitan Pengembangan Kasih–Sayang dengan Membalas Budi Buddha


佛告阿難:「菩薩勤求精進,欲莊嚴菩提,欲報佛恩,常當憶念一切眾生,如一子想。」
Buddha memberitahu Ānanda: “Seorang bodhisattva yang dengan tekun mencari semangat, yang hendak menghiasi Bodhi, yang hendak membalas budi Buddha, haruslah senantiasa mengingat dan merenungkan semua makhluk dengan persepsi sebagai putra tunggalnya.”

—— Mahopāya-kauśalya Buddha Pratyupakāraka Sūtra
《大方便佛報恩經・親近品第九》
(T. vol. 3, № 156 hlm. 162a)


Kasih–sayang haruslah menjadi dasar segala tindakan kita dalam membalas budi Sang Buddha. Balas budi yang terbesar adalah dengan menjadi Buddha juga, sama seperti diri-Nya, dan menyelamatkan semua makhluk secara ekstensif. Yang lebih rendah adalah dengan mengakhiri kebocoran batin sebagai seorang arhat. Jikalau masih belum dapat, mencapai Keyakinan yang Tak Terhancurkan dan menjadi seorang srotāpanna merupakan yang berikutnya. Atau, paling minimal, kita berusaha agar Prātimokṣa Saṃvara terbentuk dalam diri kita. Namun, apabila pelaksanaannya tidak dilandasi kasih–sayang, Prātimokṣa Saṃvara tersebut hanya akan menghasilkan jasa yang sedikit sehingga kecil pengaruhnya bagi penyempurnaan pāramitā menuju Kebebasan (dan, dengan demikian, belum cukup membalas budi Sang Buddha).

Dalam bab XIV Bhadrakalpika Sūtra 《賢劫經・寂度品第十四》 (T. vol. 14, № 425 hlm. 35c–36a), Buddha memberitahu Bodhisattva Prāmodyarāja 喜王菩薩:

「何謂戒度無極有六事?
“Apakah maksud ‘keseberangan menuju ketakterhinggaan’ (pāramitā) lewat moralitas ada enam hal?

所奉禁戒,慈心為本;常以無畏加於一切——是曰布施。
Disiplin moralitas yang dijunjung [seorang bodhisattva] didasari oleh kesayangan (maitracitta); senantiasa ketidaktakutan (abhaya) dipancarkannya kepada semua — itulah yang disebut menebarkan derma (dāna).

無畏不懷瞋恨,護身口意,三事無犯——是曰持戒。
[Sambil memancarkan] ketidaktakutan tanpa menyimpan kebencian, ia menjaga ketiga hal: jasmani, ucapan, pikiran, tanpa pelanggaran — itulah yang disebut memegang moralitas (śīla).

常抱愍傷,心哀一切無傷害意,猶如慈母育其赤子——是曰忍辱。
Senantiasa memeluk keibaan, dalam remuk hati mengasihani semua tanpa berpikiran mencelakaï, bagaikan ibu yang penyayang merawat jabang bayinya — itulah yang disebut menahan sabar (kṣānti).

以設方便,擁護禁戒;寤因,慚恥無益一切——是曰精進。
Dengan menerapkan berbagai upaya, dijaganya disiplin moralitas; insaf akan [karma] penyebab, dan merasa segan & malu karena tidak menguntungi semua — itulah yang disebut memajukan semangat (vīrya).

慈加眾生,心學謹慎;以為無常,專其心志不為放逸——是曰一心。
Kesayangan dipancarkannya kepada makhluk hidup, batinnya dilatih dengan kewaspadaan cermat; mengira ketidakkekalan, dengan intens dipusatkannya pikirannya agar jangan lengah — itulah yang disebut penunggalan batin (samādhi).

以是慈愍,所奉禁戒常行精進,發起一切諸不達者,勸助佛道——是曰智慧。
Dengan [dilandasi] kasih–sayang sedemikian, disiplin moralitas yang dijunjungnya senantiasa bersemangat ia praktikkan; didedikasikannya [jasa-jasanya] bagi semua yang belum memahami, agar terbantu menuju Jalan Kebuddhaan — itulah yang disebut kebijaksanaan (prajñā).

是為六。」
Itulah keenamnya.”

Dari kutipan ini bisa kita lihat bahwa dengan melaksanakan Prātimokṣa Saṃvara saja (yang dilandasi kasih–sayang) pun keenam pāramitā dapat tersempurnakan.

Sabtu, 19 Februari 2022

Tentang 𝘗𝘳𝘢̄𝘯̣𝘰𝘱𝘦𝘵𝘢

Kali ini kita hanya meninjau-ulang posting yang sangat lama.

Di akhir banyak sūtra seringkali terjumpaï orang awam yang, setelah mendengar khotbah Buddha, yakin kepada Triratna dan biasanya menyerahkan diri sebagai upāsaka dengan mengucapkan rumusan pergi berlindung (śaraṇa gamana). Rumusan klisé itu — dengan kukuh oleh kaum Vaibhāṣika, yang tampaknya salah mengutip, dikatakan bersumber dari Mahānāma Sūtra — umumnya berbunyi:

“Eṣo ’haṃ bhagavantam buddhaṃ śaraṇaṃ gacchāmi, dharmaṃ ca bhikṣusaṃghaṃ ca. Upāsakaṃ ca māṃ dhāraya adyāgreṇa yāvajjīvaṃ prāṇopetaṃ śaraṇaṃ gatam abhiprasannam.”
(“Aku berlindung kepada Bhagavan, sang Buddha; serta kepada Dharma dan Bhikṣu-saṅgha. Peganglah [pernyataan ini] bahwa aku adalah upāsaka yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, seumur hidup pergi berlindung dengan penuh keyakinan.”)

Variasi pada sūtra-sūtra lainnya kadang-kadang menambahkan lima langkah latihan dan mengganti klausa terakhir menjadi: “… yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku tidak membunuh, tidak mencuri, … tidak meminum minuman-keras, memegang Śīla dengan penuh kemurnian.” Dengan demikian nyatalah bahwa sejak awal terdapat upāsaka yang hanya mengambil Tiga Perlindungan dan upāsaka yang menambah dengan disiplin Lima Śīla. Kaum Vaibhāṣika, yang berpendapat bahwa tiada upāsaka yang tanpa disiplin lengkap, akan tetapi dengan tegas menolaknya.

Sebagaimana kata abhiprasanna yang dapat diterjemahkan ‘penuh keyakinan’ atau ‘penuh kemurnian’, kata prāṇopeta juga memiliki nuansa dalam penafsiran. Prāṇopeta berarti ‘menjaga kehidupan’. Maka klausa terakhir rumusan pertama di atas biasanya dimengerti sebagai: “… yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, selama aku menjaga kehidupan (selama kehidupanku terjaga/seumur hidupku) pergi berlindung dengan penuh keyakinan.” Namun, kaum Vaibhāṣika menafsirkannya: “… yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, selama itu aku akan menjaga kehidupan dan pergi berlindung dengan penuh kemurnian.”

“Aku akan menjaga kehidupan” dimengerti sebagai “aku akan berpantang membunuh”. Hal ini membuka kemungkinan lagi bahwa terdapat upāsaka yang, di samping mengambil Tiga Perlindungan, hanya mengambil satu langkah latihan saja, yakni: pantang membunuh. Ketika (Proto-)Sautrāntika menjebak dengan menanyakan kemungkinan ini, Vaibhāṣika berkelit kembali menolaknya — akan kita lihat alasannya di bawah.


Bias juga timbul ketika rumusan klisé prāṇopeta dialihbahasakan. Entah sengaja atau tidak, sebagian penerjemah Tionghoa mengikuti pandangan Vaibhāṣika, yang tampaknya sudah mengakar dan populer. Ini bisa kita lihat berulang-ulang dalam Pi-nai-yeh 《鼻奈耶》 (T. № 1464), terjemahan tertua (tidak selesai, hanya dalam 10 jilid) Vinaya Piṭaka milik mazhab yang tidak kita ketahui, di mana rumusan tersebut selalu berbunyi:

「……歸佛、歸法、歸比丘僧。聽為優婆塞,從今日始,盡命不殺生(歸命/受三自歸)。」
“[Aku] berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma, berlindung kepada Bhikṣu-saṅgha. Izinkanlah [aku] menjadi upāsaka yang, mulai hari ini hingga akhir hayatku, tidak membunuh kehidupan (dan pergi berlindung/menerima Tiga Perlindungan).”

Di akhir Sūtra tentang Sang Penghitung 《佛說數經》 (T. № 70, berpadanan dengan Gaṇaka Moggallāna Sutta [MN 107]), sang Penghitung mengucapkan:

「我今自歸佛、法、及比丘僧。唯!世尊。我今持優婆塞,從今日始,盡命離殺生,今自歸。」
“Aku kini berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Bhikṣu-saṅgha. Ya! Bhagavan, Aku kini berpegang sebagai upāsaka yang, mulai hari ini hingga akhir hayatku, meninggalkan pembunuhan kehidupan dan kini pergi berlindung.”

Brāhmaṇa Kebocoran Kelahiran 生漏 (tampaknya menerjemahkan suatu bentuk Prakerta dari *Jāna√sru), di akhir sūtra ke-9 dari varga XXXVII Ekottara Āgama (berpadanan dengan Methuna Sutta [AN VII.5: 7]), juga mengucapkan:

「我今自歸佛、法、眾,自今之後不復殺生。唯願受為優婆塞!」
“Aku kini berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Bhikṣu-saṅgha, mulai saat ini dan seterusnya tidak lagi membunuh kehidupan. Berkenanlah kiranya menerimaku sebagai upāsaka!”

Terhadap semua ini, Vaibhāṣika, yang berpendapat bahwa tiada upāsaka yang tanpa disiplin, tidak terjebak. Sebab menurut mereka rumusan Tiga Perlindungan menjadi verba consecrationis, maka saat seseorang selesai mengulangi Tiga Perlindungan, saat itulah disiplin lengkap Lima Śīla diperoleh. Dalam Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā  (lihat di sini) ditandaskan: baik mengucapkan lima atau hanya mengucapkan satu (atau, bahkan, tidak mengucapkan sama sekali) langkah latihan, semuanya memperoleh disiplin lengkap Lima Śīla karena niat awalnya adalah hendak mengambil Lima Śīla. Juga karena bagian kekuatan masing-masing langkah latihan saling melekat satu sama lain sehingga, meski mengucapkan satu, kelima langkah latihan diperoleh.

Akhirnya, kendati menolak keberadaan upāsaka tanpa disiplin yang hanya pergi berlindung dan upāsaka dengan disiplin tidak lengkap yang mengambil langkah-langkah latihan sebagian saja, Vaibhāṣika menggaungkan bahwa hakikat disiplin Buddhis sesungguhnya adalah meninggalkan tindakan menyakiti makhluk lain (dengan semangat bertolak dari saṃsāra, lihat di sini). Menurut mereka menjaga kehidupan (prāṇopeta) bukan hanya berarti meninggalkan pembunuhan, tetapi juga tidak menyebabkan gangguan pada semua makhluk. Ketika seseorang cuma mengucapkan “aku akan menjaga kehidupan”, ia sebenarnya berkomitmen: “Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, terhadap semua makhluk, aku tidak akan mencelakaï hidupnya, tidak akan mencuri miliknya, tidak akan berzinah dengan istrinya, tidak akan mendustaïnya. Demi menjaga keempat hal ini, aku juga tidak akan meminum minuman keras.”

Sabtu, 05 Februari 2022

Mengembangkan Kasih–Sayang Lebih Tinggi Jasanya dibandingkan Melaksanakan Lima Śīla?

Berikut adalah terjemahan tertua sebuah versi Velāma Sūtra. Sūtra yang begitu populer sehingga diterjemahkan sampai enam kali — dari kanon mazhab yang berbeda-beda tentu saja — ke bahasa Tionghoa ini memerikan perbandingan jasa-jasa berbagai perbuatan sesuai urut-urutan puṇyakriyāvastu: derma (dāna), moralitas (śīla), dan meditasi (bhāvana). Terjemahan tertua berikut termuat di jilid 3 koleksi jātaka terjemahan K’ang Sêng-hui (aktif 247–280), *Ṣaṭ-pāramitā saṅgraha 六度集經 (T. vol. 3, № 152 hlm. 12a–b). Di sana ia menjadi setengah-bagian kedua (cerita ke-17 menurut penomoran Taishō) dari ① Sūtra tentang si Kasta Keempat 《佛說四姓經》. Edisi Tripiṭaka tertentu memecah sūtra ini dan menempatkan setengah-bagian pertamanya (cerita ke-16) setelah Sarvaṃdada Sūtra (cerita ke-13). Akan tetapi, di bawah ini kita akan mengalihbahasakannya mengikuti urutan yang lebih umum.

Alih-alih ‘empat kasta’, 四姓 di sini lebih berarti ‘kasta keempat’, yakni: śūdra. Julukan Anāthapiṇḍada sebagai si Kasta Keempat (śūdraka) sepertinya berasal dari kekeliruan membaca teks sumber, yang berbahasa Prakerta. Śūdraka akan berpadanan dengan *suddaka, *suddaya, atau bentuk yang mirip dalam dialek-dialek Prakerta lainnya. Kita tidak tahu teks sumber tersebut tertulis dalam dialek mana, namun pastinya memiliki penulisan yang mudah terancukan dengan nama kecil Anāthapiṇḍada: Sudatta (‘yang diberikan dengan baik’) atau Sudāya (‘pemberian yang baik’).

Baik dalam terjemahan tertua ini maupun terjemahan termuda, ② Sūtra tentang Akibat Derma Seorang Perumahtangga 《長者施報經》 (T. № 74, oleh Trepiṭaka Dharmadeva [aktif 973–981]), pemeriannya terhenti hingga pengembangan kasih–sayang saja. Versi begini barangkali mencerminkan bentuk yang lebih primitif dari sūtra ini. Pemerian sebuah perbandingan jasa lagi tampaknya hanyalah tambahan belakangan, sebagaimana bisa kita lihat versi-versi milik mazhab yang berbeda menambahkan hal yang berbeda sebagai penutup:
  • Dibandingkan jasa mengembangkan kasih–sayang (maitracitta), lebih tinggi lagi jasa membangkitkan persepsi bahwa “seisi dunia tidak boleh digemari” (saṃvega) karena persepsi tersebut mampu membawa praktisi kepada pemadaman penderitaan kelahiran & kematian, hingga akhirnya mencapai Jalan Kebuddhaan (能令行者滅生死苦,終成佛道) — demikian menurut ③ Sūtra tentang Jasa-Jasa Tiga Perlindungan, Lima Śīla, Batin Kasih–Sayang, dan Keceraian karena Enggan 《佛說三歸五戒慈心厭離功德經》 (T. № 72). ④ Sūtra ke-3 dari varga XXVII Ekottara Āgama juga melakukan pembandingan yang sama.

  • Versi Pāli (AN IX.2: 10), sebaliknya, mengatakan bahwa yang lebih tinggi jasanya adalah mengembangkan persepsi ketidakkekalan (anicca saññā).

  • Dan akhirnya ⑤ sūtra ke-155 Madhyāma Āgama 《須達哆經》 serta ⑥ T. № 73 《須達經》, yang sama-sama menggunakan judul Sudatta Sūtra dan tampaknya berasal dari mazhab yang sama (Sarvāstivāda), mengatakan bahwa yang lebih tinggi jasanya adalah mengembangkan persepsi ketidakkekalan, penderitaan, kekosongan, dan tanpa-aku.

Lima Śīla yang disebutkan dalam sūtra ini jelas merupakan disiplin Buddhis sebab pelaksanaannya dikatakan menghasilkan jasa yang lebih tinggi daripada hanya mengambil Tiga Perlindungan. Lima Śīla di sini diambil sebagai Prātimokṣa Saṃvara atau disiplin pengarah Pembebasan (dan bukan sekadar menjadi panduan berperilaku seperti yang dipedomani orang-orang duniawi yang bahkan tidak memahami jelas siapa Triratna yang kepada-Nya mereka pergi berlindung). Akan tetapi, pelaksanaannya tidak disertaï kasih–sayang sehingga menghasilkan jasa yang kurang. Mereka yang mengambilnya sungguh bercita-cita meraih Pembebasan dan memperoleh Prātimokṣa Saṃvara, namun mereka tampaknya melaksanakan Lima Śīla secara mekanis, cuma seperti pemeo klisé “menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan”.







(一六)

《佛說四姓經》
Sūtra tentang si Kasta Keempat






聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar:



一時,佛在舍衛國,祇樹給孤獨園。
Pada suatu ketika Buddha berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada.



是時,孤獨家遭宿命殃,貧窶尤困;草衣茅席,菜糜自供。
Tatkala itu keluarga Anātha menjumpaï petaka [akibat karma] kehidupan lampaunya sehingga kemiskinan dan kemelaratan mengungkungnya hebat; mereka berbajukan rumput dan beralaskan ilalang, dengan bubur sayur menyaji dirinya sendiri.

雖為極困,足不蹈無道之宅,手不執無道之惠。志行清淨,眾邪不能染其心。朝稟暮講,經戒不釋於口;世尊所歎,眾智所敬。
Meskipun sedemikian terkungkung, tidaklah kaki mereka memijak rumah yang tanpa Jalan (Dharma), tidaklah tangan mereka menggenggam amal yang tanpa Jalan (Dharma). Laku pikirannya murni, aneka kesesatan tidak mampu melunturi batinnya. Apa yang mereka terima pada pagi, akan mereka ceramahkan pada petang; Dharma dan Vinaya tidak pernah lepas dari mulutnya. Bhagavan memujinya, para bijak menghormatinya.

雖衣食不供於身口,奉養聖眾,隨家所有菜糜草席,不忽一日。
Meskipun sandang dan pangan tidak tersaji pada tubuh dan mulutnya [sendiri], namun mereka menjunjung dan menyokong saṅgha para suci sesuai apa yang tersedia pada rumahtangganya — bubur sayur dan alas rumput — tanpa abai sehari pun.



諸沙門曰:「四姓貧困,常有飢色;吾等不可受彼常食。經說:沙門一心守真,戒具行高,志如天金,不珍財色,唯經是寶。絕滅六飢故誓除饉,何耻分衛而不行乎?」
Para śramaṇa berujar: “Si Kasta Keempat terkungkung kemiskinan dan seringkali berparas kelaparan; tidak bolehlah kita menerima makanan selalu darinya. Namun, sūtra menyatakan: śramaṇa harus sepenuh hati menjaga kebenaran, Śīlanya lengkap, perilakunya tinggi, pikirannya bagaikan emas surgawi; tidak menghargakan kekayaan dan rupa, hanya Dharmalah pusakanya. Demi memutus dan memadamkan enam kelaparan kita berkomitmen menjadi ‘penyingkir kebuluran’ (bhikṣu); apakah yang mencanggungkan kita berpiṇḍapāta sehingga tidak menjalaninya (lewat depan rumahnya)?”

共詣佛所,本末陳之。
Sama-sama mereka menghampiri tempat Buddha dan menguraikan ujung–pangkalnya (masalah itu).

世尊默然。
Bhagavan pun terdiam.



後日四姓身詣精舍。稽首畢,一面坐。
Pada lusa harinya si Kasta Keempat menghampiri sendiri ārāma. Selesai bersujud, duduklah ia di satu sisi.

佛念諸沙門前所啟事,問四姓曰:「寧日慈施供養比丘不?」
Merenungkan masalah yang dilaporkan sebelumnya oleh para śramaṇa, Buddha bertanya kepada si Kasta Keempat: “Lebih sayangkah engkau setiap hari mendermakan persembahan kepada para bhikṣu?”

對曰:「唯然!舉門日供。但恨居貧,菜糜草席,枉屈聖賢以為默默。」
Sahutnya: “Kiranya begitulah! Kami sekeluarga menyaji setiap hari. Hanya saja kesalnya kami bermukim dalam kemiskinan, berbubur sayur dan beralas rumput, sehingga disalahpahami para suci karena dikira bersungut-sungut (terpaksa membagi).



眾祐曰:「布施之行,惟在四意:慈心向彼、悲心追愍、喜彼成度、護濟眾生。雖施微薄,其後所生天上、人中,二道為常。所願自然;眼色、耳聽、鼻香、口味,身服上衣,心皆欣懌,不懼之無也。
Bhagavan berujar: “Terlaksananya derma terletak pada empat buah-pikir: rasa sayang terhadap yang lain, rasa kasihan bersilih keibaan, simpati atas berhasilnya yang lain terselamatkan, menjaga [keseimbangan dalam] pembantuan makhluk hidup. Meskipun yang didermakannya halus dan tipis, terkemudian seseorang akan terlahir di alam dewa atau di antara manusia, di dua jalur ini sebagai hal yang biasa. Apa yang diharapnya akan jadi dengan sendirinya; rupa bagi matanya, pendengaran bagi telinganya, keharuman bagi hidungnya, rasa bagi mulutnya, pakaian terbaik yang dikenakan tubuhnya, kesenangan bagi batinnya semua — tidak ditakutkannya hal-hal ini akan tiada.

若施葌薄,心又不悅;後得其福,福中之薄。官位七寶,得不足榮。處在薄中,心又慳儉不敢衣食,惴惴恰恰未嘗歡喜,腹飢身寒有似乞人,徒生徒死,無善以自祐也。
Jikalau seseorang mendermakan yang leceh dan tipis, batinnya juga tidak senang; maka terkemudian akan didapatinya jasanya yang tertipis di antara jasa. Kendati berkedudukan sebagai pejabat, tujuh permatanya akan didapatinya kurang kemuliaan. Bertempat dalam ketipisan, batinnya pun akan kikir terhadap yang remeh, takkan berani memakai atau mengonsumsi sandang dan pangan; was-was pas-pasan, belum pernah ia bersukacita; perutnya kelaparan, tubuhnya kedinginan, adalah ia seperti pengemis; hidupnya sia-sia, matinya sia-sia; tiada kebaikan menjadi pelindung dirinya.

若施以好,心不懇誠,憍慠自恃,身不恭恪,綺求華名,欲遠揚己;後有少財,世人空稱以為巨億,內懼劫奪。衣常葌薄,食未甞甘,亦為空生空死。比丘未甞履其門,遠離三尊,恒近惡道。
Jikalau seseorang mendermakan yang baik, namun batinnya tidak tulus ikhlas, dengan kesombongan dan keangkuhan [hanya] mengandalkan dirinya sendiri, tidak mempersembahkan dengan takzim dan khidmat, muluk-muluk mencari nama ketenaran, menghendaki tersiar sejauh-jauhnya baginya; maka terkemudian [hanya] akan sedikit kekayaannya. Orang-orang di dunia akan menyanjungnya secara kosong karena mengiranya berkoti-koti; secara internal ketakutan ia akan dirampas [orang lain]. Pakaiannya akan selalu leceh dan tipis, makanannya belum pernah yang manis. Juga bisa dikatakan hidupnya kosong, matinya kosong. Seorang bhikṣu pun belum pernah menginjak muka pintunya; ia tercerai sejauhnya dari Tiga Yang Mulia (Triratna) dan senantiasa mendekati jalur kelahiran rendah.

惠以好物,四等敬奉,手自斟酌,存憶三尊,誓令眾生逢佛、昇天、苦毒消滅;後世所生願無不得。值佛、生天必如志願也。
Jikalau seseorang mengamalkan barang yang baik, dengan Empat Kesetaraan (catvāri apramāṇāni) menghaturkannya secara hormat, dengan tangannya menyendokkannya sendiri, mempertahankan ingatan akan Tiga Yang Mulia, berkomitmen menyebabkan makhluk hidup [dapat] berjumpa dengan Buddha atau naik ke surga, hingga terpadamkan racun penderitaannya; maka terkemudian, terlahir dalam kehidupan mana pun, apa yang diharapnya tiada yang tidak didapat. Bertemu Buddha atau terlahir di surga pastilah akan [terjadi] sesuai harapan pikirannya.



(一七)

「昔有梵志,名曰維藍,榮尊位高。為飛行皇帝,財難籌算,體好布施:
“Dahulu adalah seorang brāhmaṇa yang bernama Velāma, yang mulia dan berstatus tinggi. Dibandingkan seorang ‘kaisar yang berjalan terbang’ (cakravartīśvara), kekayaannya [bahkan] sukarlah dihitung, tetapi pembawaannya suka berderma:

名女上色,服飾光世,以施與人;
gadis-gadis terkenal beparas cantik, dengan perhiasan yang dikenakan menyilaukan dunia, didermakannya kepada orang-orang;

金鉢盛銀粟,銀鉢盛金粟;
mangkuk-mangkuk emas yang menampung butir-butir perak dan mangkuk-mangkuk perak yang menampung butir-butir emas …;

澡甕盥槃,四寶交錯;
guci-guci pembasuhan dan waskom-waskom penadahnya [yang berhiaskan] empat permata jalin-menjalin …;

金銀食鼎,中有百味;
dulang-dulang makan dari emas dan perak, yang dalamnya berisi [santapan] ratusan rasa, …;

𤚩水名牛,皆以黃金韜衣其角,一牛者日出四升湩;
sapi-sapi ternama, kerbau-kerbau air dan melukut, yang semuanya berselongsong emas menyarungi tanduknya, yang masing-masing setiap hari menghasilkan empat liter susu, …;

皆從犢子,織成寶服,明珠綻綴;
pedet-pedet yang mengikuti semua, yang bertenun pakaian permata, dengan mutiara cemerlang yang menyembul terjahit, …;

床榻帷帳,寶絡光目;
ranjang-ranjang, dipan-dipan, tirai-tirai, dan kelambu-kelambu dengan jaringan permata menyilaukan mata …;

名象良馬,金銀鞍勒,絡以眾寶;
gajah-gajah masyhur, kuda-kuda harawan, yang pelana dan kekangnya dari emas dan perak, terbungkus jaringan aneka permata, …;

諸車華蓋,虎皮為座,彫文刻鏤無好不有。
segala kereta kencana berkanopi bunga, bertempat duduk dari kulit harimau, bersuratkan ukir-ukiran dengan aneka citra yang tiada tidak terpahat, ….

自名女以下至于寶車,事事各有千,八十四枚以施與人。
Dari gadis-gadis terkenal hingga kereta-kereta kencana, masing-masing objek ada seribu, [total] delapan puluh empat set didermakannya kepada orang-orang.

維藍慈惠,八方上下,天、龍、善神無不助喜。
Demikianlah amal kasih Velāma; di kedelapan penjuru, atas, dan bawah, para dewa, naga, dan roh-roh baik tiada yang tidak turut bergembira.



「如維藍惠,以濟凡庶,畢其壽命無日廢懈,不如一日飯一清信具戒之女——其福倍彼不可籌算。
“Amal seperti Velāma yang, demi membantu rakyat biasa, sampai akhir usianya tiada sehari pun abai atau lalai, tidaklah sebanding dengan sehari saja memberi makan kepada seorang ‘wanita berkeyakinan jernih’ (upāsikā) yang Śīlanya lengkap — jasa ini akan melebihinya berlipat-lipat tak bisa dihitung.

又為前施并清信女百,不如清信具戒男一飯。
Pun derma seperti di atas, kepada ‘wanita berkeyakinan jernih’, seratus, tidaklah sebanding kepada ‘pria berkeyakinan jernih’ (upāsaka) yang Śīlanya lengkap, memberinya makan satu saja.

具戒男百,不如具戒女除饉一飯。
Kepada pria yang Śīlanya lengkap seratus, tidaklah sebanding kepada ‘penyingkir kebuluran’ wanita (bhikṣuṇī) yang Śīlanya lengkap, memberinya makan satu saja.

女除饉百,不如高行沙彌一人飯。
Kepada ‘penyingkir kebuluran’ wanita seratus, tidaklah sebanding kepada śramaṇera yang praktiknya tinggi, memberinya makan satu orang saja.

沙彌百,不如具戒沙門一人。
Kepada śramaṇera seratus, tidaklah sebanding kepada śramaṇa (bhikṣu) yang Śīlanya lengkap satu orang saja.

具戒行者,心無穢濁,內外清潔;凡人猶瓦石。具戒高行者,若明月珠也;瓦石滿四天下,猶不如真珠一矣。
Praktisi yang Śīlanya lengkap, batinnya tiada terkeruhkan kotoran, bersih jernih secara internal dan eksternal; sedangkan orang biasa ibarat pecahan genting atau batu. Ia yang Śīlanya lengkap dan praktiknya tinggi adalah serupa mutiara candrakānta yang cemerlang; pecahan genting atau batu yang memenuhi keempat kolong langit tidaklah sebanding dengan mutiara sejati sebutir saja.



「又如維藍布施之多,逮于具戒眾多之施,不如飯溝巷一。
“Pun banyaknya derma Velāma, hingga derma kepada banyak orang dari berbagai kelompok yang Śīlanya lengkap, tidaklah sebanding dengan memberi makan kepada ‘[pemasuk] saluran gang’ (śrotāpanna) satu.

溝巷百,不如頻來一。
Kepada ‘[pemasuk] saluran gang’ seratus, tidaklah sebanding kepada ‘pendatang lagi’ (sakr̥dāgāmin) satu.

頻來百,不如不還一。
Kepada ‘pendatang lagi’ seratus, tidaklah sebanding kepada ‘tidak kembali’ (anāgāmin) satu.

不還百,不如飯應真一人。
Kepada ‘tidak kembali’ seratus, tidaklah sebanding dengan memberi makan kepada ‘yang sejati dan layak’ (arhat) satu orang saja.



「又如維藍前施 及 飯諸賢聖,不如孝事其親。
“Pun derma seperti Velāma di atas dan memberi makan kepada para suci, tidaklah sebanding dengan berbakti melayani orangtua.

孝者,盡真心無外私。百世孝親,不如飯一辟支佛。
Seorang pembakti, dengan segenap kesungguhan hati, tiada [memikirkan perkara] pribadi di luar itu. Seratus kehidupan berbakti kepada orangtua, tidaklah sebanding dengan memberi makan kepada seorang pratyekabuddha.

辟支佛百,不如飯一佛。
Kepada pratyekabuddha seratus, tidaklah sebanding dengan memberi makan seorang Buddha.

佛百,不如立一剎;守三自歸,歸佛、歸法、歸比丘僧;盡仁不殺,守清不盜,執貞不犯他妻,奉信不欺,孝順不醉。
Kepada Buddha seratus, tidaklah sebanding dengan:
  • mendirikan satu [saṅgha]kṣetra (biara saṅgha);
  • menjaga Tiga Perlindungan: berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma, berlindung kepada Bhikṣu-saṅgha;
  • segenap kasih–sayang tidak membunuh, menjaga kejujuran tidak mencuri, menggenggam kemurnian tidak menzinahi istri orang lain, menjunjung kredibilitas tidak menipu, bakti dan taat tidak bermabuk-mabukan.

持五戒、月六齋,其福巍巍,勝維藍布施萬種名物 及 飯賢聖——甚為難算矣。
Memegang Lima Śīla dan berpuasa enam kali sebulan, jasanya berjulang-julang mengungguli derma aneka jenis objek masyhur Velāma dan memberi makan kepada para suci — teramat sukarlah dihitung.



「持戒,不如等心慈育眾生——其福無盡也。
“Memegang Śīla, tidaklah sebanding dengan batin setara mengasih–sayangi semua makhluk hidup — jasa ini tiada akhirnya.

雖為菜糜草席,執三自歸,懷四等心,具持五戒,山海可秤量,斯福難籌算也!」
Meskipun berbubur sayur dan beralas rumput, [tetapi jikalau] menggenggam Tiga Perlindungan, menyimpan Empat Kesetaraan dalam batin, lengkap memegang Lima Śīla; maka gunung dan laut boleh tertimbang dan terukur, namun jasa ini sukarlah dihitung!”



佛告四姓:「欲知維藍者,我身是。」
Buddha memberitahu si Kasta Keempat: “Apabila hendak kauketahui siapakah Velāma, ialah diri-Ku sendiri.”



四姓聞經,心大歡喜,作禮而去。
Si Kasta Keempat, demi mendengar sūtra ini, batinnya amat bersukacita, lalu diberinya hormat dan pergi.



Rabu, 02 Februari 2022

𝘍𝘰-𝘴𝘩𝘶𝘰 𝘸𝘶 𝘵𝘢-𝘴𝘩𝘪𝘩 𝘤𝘩𝘪𝘯𝘨

《佛說五大施經》
Sūtra tentang Lima Derma Besar
(T. № 706)






西天譯經三藏朝奉大夫試光祿卿傳法大師賜紫沙門臣施護等奉 詔譯
Diterjemahkan atas titah kerajaan oleh Tripiṭakācārya Dānapāla,
penerjemah sūtra dari negeri Barat,
guru besar pentransmisi Dharma,
seorang śramaṇa yang dianugrahi jubah ungu






佛・世尊一時在舍衛國,祇樹給孤獨園,與苾芻眾俱。
Buddha, sang Bhagavan, pada suatu ketika berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada, bersama dengan sekumpulan bhikṣu.



佛告諸苾芻言:「有五種大施,今為汝說。何等為五?
Buddha memberitahu para bhikṣu: “Ada lima jenis derma besar, yang kini bagimu akan Kubabarkan. Apakah kelimanya itu?

所謂:
Yakni:

一、不殺生是為大施,
1. Tidak membunuh makhluk hidup merupakan derma besar,

二、不偷盜,
2. Tidak mencuri …,

三、不邪染,
3. Tidak beraktivitas seksual yang sesat …,

四、不妄語,
4. Tidak berucap dusta …,

五、不飲酒是為大施。
5. Tidak meminum minuman-keras merupakan derma besar.



「以何義故持不殺行而名大施?
“Arti manakah yang menyebabkan pemegangan praktik tidak membunuh dinamakan derma besar?

謂:不殺故,能與無量有情施其無畏。以無畏故,無怨、無憎、無害。由彼無量有情得無畏已,無怨憎害已,乃於天上、人間得安隱樂。是故!不殺名為大施。
Yakni: karena tidak membunuh, mampulah seseorang mendermaï makhluk-makhluk yang tiada terukur ketidaktakutan. Dengan ketidaktakutan, tiadalah permusuhan, tiadalah kebencian, tiadalah kecelakaan. Setelah makhluk-makhluk yang tiada terukur tersebut mendapat ketidaktakutan; setelah tiadanya permusuhan, kebencian, kecelakaan; di alam surga ataupun di antara manusia seseorang akan mendapat kebahagiaan selamat sejahtera. Oleh karena itu, tidak membunuh dinamakan derma besar!



「不偷盜、不邪染、不妄語、不飲酒,亦復如是。」
“Tidak mencuri, tidak beraktivitas seksual yang sesat, tidak berucap dusta, tidak meminum minuman-keras demikian pula halnya.”






《佛說五大施經》
Akhir dari Sūtra tentang Lima Derma Besar







Hongyi Lüshi 弘一律師 Foshuo wu dashi jing
Kaligrafi Fo-shuo wu ta-shih ching karya Vinayācārya Hung-i
(klik gambar kanan untuk melihat lebih jelas apa yang tertulis di gambar kiri)


Selasa, 01 Februari 2022

Kasih–Sayang merupakan Hakikat dari Segala Disiplin Buddhis

  1. 觀行忍第一  佛說泥洹最
    捨罪作沙門  無嬈害於彼

    Di antara praktik pertapaan, kesabaranlah yang terutama.
    Buddha bersabda: “Nirvāṇa-lah yang tertinggi.”
    Ia yang meninggalkan kejahatan dan menjadi śramaṇa
    tidak seharusnya menindas atau mencelakaï [makhluk] lain.

—— Kitab Pepatah Dharma
(lihat posting sebelumnya)


Sebagai sebuah tradisi śramaṇa, Buddhisme pun menekankan tanpa-kekejaman (ahiṃsā) dalam disiplinnya. Apakah hakikat dari segala disiplin Buddhis sesungguhnya? Dalam Intisari Laütan Vinaya Je Tsongkhapa mengatakan: “Meninggalkan tindakan menyakiti makhluk lain dan segala dasarnya, dengan dilandasi semangat pertolakan [dari saṃsāra].” Meninggalkan tindakan menyakiti makhluk lain (atau, dengan kata lain, mengembangkan kasih–sayang) merupakan hakikat bukan hanya Śīla-Śīla, tetapi bahkan dari Tiga Perlindungan.

Semenjak seseorang yang yakin memutuskan pergi berlindung kepada Triratna (meski tidak mengambil Śīla apa pun), ia sudah diharapkan mengembangkan kasih–sayang. Hal ini bisa kita lihat pada syair di jilid 8 Mahāparinirvāṇa Sūtra 《大般涅槃經》 (T. vol. 12, № 374 hlm. 409c) yang sangat terkenal dan menjadi dasar bagi maksim populer dalam Buddhisme Tibet:

歸依於佛者  真名優婆塞
終不更歸依  其餘諸天神
歸依於法者  則離於殺害
歸依聖僧者  不求於外道
如是歸三寶  則得無所畏

Seseorang yang berlindung kepada Buddha
sejatilah bernama upāsaka;
selamanya tidak lagi ia berlindung
kepada para dewa atau roh-roh lainnya.

Seseorang yang berlindung kepada Dharma
akanlah meninggalkan pembunuhan dan pencelakaan [makhluk lain].
Seseorang yang berlindung kepada Saṅgha
tidaklah mencari [nasihat spiritual] kepada non-Buddhis.

Demikianlah ia yang berlindung kepada Triratna
akan mendapat ketanpagentaran.

Yang lebih populer dalam Buddhisme Tiongkok, berdasarkan Upāsaka Śīla Sūtra (lihat di sini), akan tetapi adalah menyambung setelah berlindung kepada Dharma “seseorang tidak lagi berlindung kepada ajaran-ajaran/kitab suci non-Buddhis”. Meninggalkan tindakan menyakiti makhluk lain bukannya tidak dikenali sūtra yang sama, yang justru menyatakan “jika seseorang tidak memiliki belaskasih dalam hatinya terhadap makhluk lain, maka orang semacam ini tidak memperoleh Tiga Perlindungan” (lihat di sini).




Sehubungan dengan pelaksanaan Śīla-Śīla Buddhis (Prātimokṣa Saṃvara), penerapan kasih–sayang dapat dimengerti dalam beberapa tataran tergantung motivasinya. Menerapkan kasih–sayang berarti mengulurkan pertolongan kepada makhluk hidup. Pertolongan yang terbesar adalah dengan menghantarkan mereka kepada Kebuddhaan. Jikalau kita belum mampu menolong besar-besaran, minimal kita menolong kecil-kecilan dengan tidak menyakiti makhluk lain sebab mereka pun menyayangi hidupnya sendiri.

Menyakiti makhluk lain tidak cuma berarti membunuh. Tindakan-tindakan seperti: mencuri, memperkosa, membohongi, juga termasuk menyakiti makhluk lain. Oleh karena itu, apabila kita melaksanakan lima śīla dasar Buddhisme dengan menerapkan kasih–sayang, kita akan menjauhkan makhluk lain dari kesakitan fisik maupun mental — ketakutan, kekhawatiran, rasa terancam atau tidak aman. Dengan kita berpantang membunuh, semua makhluk yang kita temui tidak takut akan dicelakaï fisik atau nyawanya. Dengan kita berpantang mencuri, semua makhluk yang kita temui tidak takut akan kehilangan miliknya. Dengan kita berpantang berzinah, semua makhluk yang kita temui tidak takut akan kehilangan kehormatannya. Dengan kita berpantang berdusta, semua makhluk yang kita temui tidak takut akan tertipu. Dengan kita berpantang meminum minuman-keras, semua makhluk yang kita temui tidak takut akan diamuk orang mabuk.

Maka dalam bab XIV Upāsaka Śīla Sūtra 《優婆塞戒經受戒品》 (T. vol. 24, № 1488 hlm. 1048a), sebelum mentransmisikan Upāsaka Śīla, guru pembimbing hendaknya menanyaï kandidat penerima:

『善男子。優婆塞戒極為甚難。若人歸依於三寶者,是人則為施諸眾生無怖畏已。若人能施無怖畏者,是人則得優婆塞戒,乃至阿耨多羅三藐三菩提。汝能如是施諸眾生無怖畏不?』
‘Putra berbudi, Upāsaka Śīla ini benar-benar teramat sukar. Jikalau seseorang pergi berlindung kepada Triratna, orang tersebut akanlah sudah mendermaï semua makhluk ketidaktakutan. Jikalau seseorang mampu berderma ketidaktakutan (abhaya dāna), orang tersebut akanlah mendapat Upāsaka Śīla, hingga Anuttara Samyak-saṃbodhi. Sanggupkah engkau sedemikian mendermaï semua makhluk ketidaktakutan?’

Karena ruang lingkup Śīla meliputi seluruh Dharmadhātu (lihat di sini), pada saat melaksanakan Lima Śīla dengan menerapkan kasih–sayang, kita juga telah berderma ketidaktakutan yang meliputi seluruh Dharmadhātu. Berbeda dengan orang yang tidak berada di bawah disiplin, karena kita memiliki substansi Śīla (saṃvara avijñapti), maka pendermaan tersebut terus terjadi dari momen ke momen, sehingga menghasilkan jasa yang besar (lihat di sini). Bab XXII Upāsaka Śīla Sūtra 《優婆塞戒經五戒品》 (T. vol. 24, № 1488 hlm. 1064a) menyatakan:

「善男子。一切施中,施無怖畏最為第一。是故!我說五大施者,即是五戒,如是五戒能令眾生離五怖畏。是五種施易可修行,自在無礙,不失財物,然得無量・無邊福德。離是五施,不能獲得須陀洹果,乃至得阿耨多羅三藐三菩提。」
“Putra berbudi, di antara segala derma, mendermakan ketidaktakutan merupakan yang tertinggi. Karenanya apa yang Kusebut lima derma besar (pañca mahādāna) — yakni lima śīla — demikianlah kelima śīla ini mampu meninggalkan makhluk hidup dari lima ketakutan! Lima jenis derma ini mudah dikembangkan, merdeka [dikerjakan] tanpa hambatan, tidak menghabiskan harta benda, tetapi akan mendapatkan jasa-jasa yang tiada terukur, tiada bertepi. Tercerai dari kelima derma ini, takkan sangguplah seseorang memperoleh Buah Srotāpatti, hingga Anuttara Samyak-saṃbodhi.”

AVAVĀDA PRĀTIMOKṢA

  1. 觀行忍第一  佛說泥洹最
    捨罪作沙門  無嬈害於彼

    Di antara praktik pertapaan, kesabaranlah yang terutama.
    Buddha bersabda: “Nirvāṇa-lah yang tertinggi.”
    Ia yang meninggalkan kejahatan dan menjadi śramaṇa
    tidak seharusnya menindas atau mencelakaï [makhluk] lain.¹

  2. 不嬈亦不惱  如戒一切持
    少食捨身貪  有行幽隱處
    意諦以有黠  是能奉佛教

    Tidak menindas, tidak mengganggu,
    sesuai prātimokṣa segala [aturan] dipegang,
    makan secukupnya dan melepaskan diri dari kerakusan,
    berpraktik di tempat sunyi yang pingit,
    batin dijajaki dengan berkebijaksanaan²
    — inilah yang dapat disebut menjunjung ajaran Buddha.

  3. 諸惡莫作  諸善奉行
    自淨其意  是諸佛教

    Segala kejahatan janganlah dilakukan,
    segala kebaikan laksanakanlah,
    murnikan sendiri batinmu itu
    — inilah ajaran para Buddha.

—— Kitab Pepatah Dharma bab XXII, “Tentang Buddha”
《法句經・述佛品第二十二》
(T. vol. 4, № 210 hlm. 567a–b)



Mengenaï sejarah Kitab Pepatah Dharma lihat di sini.






CATATAN:

¹ Bait ini muncul kembali dengan perkalimatan berbeda sebagai bait pertama di bab XXXVI, “Nirvāṇa” 〈泥洹品〉 — salah satu dari bab-bab terjemahan Chih-chien belakangan (dari Dharmapada versi 700-an) yang ditambahkan ke versi 500-an yang telah diterjemahkan sebelumnya. Apabila keduanya kita perbandingkan, jelaslah bahwa terjadi salah-salin berabad-abad pada baris ketiga di sini, di mana 捨罪 (‘meninggalkan kejahatan’) seharusnya 捨家 (‘meninggalkan rumahtangga’).

² Demikian pula 以有黠 (‘dengan berkebijaksanaan’) sepertinya merupakan salah-salin untuk 以有結 (‘dengan penautan [saṃyoga]’).