Powered by Administrator

Translate

Senin, 25 November 2019

PERUMPAMAAN RUMAH YANG TERBAKAR


「今當復以譬喻更明此義,諸有智者以譬喻得解。」
“Kini akan Kuterangkan lagi makna hal ini dengan perumpamaan, sebab mereka yang bijak dapat mengerti dengan diberi perumpamaan (upamayā iha ekatyā vijñapuruṣā bhāṣitasyārtham ājānanti).”

—— Saddharmapuṇḍarīka Sūtra bab III, “Perumpamaan”
《妙法蓮華經·譬喻品》
(T. vol. 9, № 262 hlm. 12b)



告舍利弗  我亦如是
眾聖中尊  世間之父
一切眾生  皆是吾子
深著世樂  無有慧心

“Kuberitahu engkau, Śāriputra:
Demikian pula Aku,
yang termulia di antara para suci,
adalah bapa dunia ini.
Semua makhluk yang
merupakan anak-anak-Ku,
melekat secara mendalam pada kesenangan duniawi
dan tidak berkebijaksanaan.

    —— Saddharmapuṇḍarīka Sūtra
      bab III, “Perumpamaan”
      《妙法蓮華經 ● 譬喻品》
      (T. vol. 9, № 262 hlm. 14c) Alkisah ada seorang bapa yang mempunyaï banyak anak. Ia tinggal bersama mereka di sebuah rumah tua besar yang sudah lapuk di sana-sini. Suatu hari ia hendak bepergian ke suatu tempat, dan ditinggalkannya anak-anaknya. Sepeninggal bapanya, anak-anak itu bergembira-ria sepanjang hari dan, entah bersumber dari mana, tiba-tiba terjadi kebakaran di rumah lapuk tersebut. Ketika sang bapa pulang, alangkah terkejutnya ia melihat rumah mereka terbakar hebat di keempat sisinya. Ia bertambah khawatir melihat semua anaknya terjebak di dalam, sementara pintu keluar-masuk rumah mereka hanya satu. Dipanggilnya anak-anaknya supaya keluar. Namun, mereka tidak menghiraukannya karena begitu terlena dengan permainannya. Maka dipikirkannya suatu akal: ia akan merayu mereka dengan berbagai mainan yang akan mereka sukaï — kereta-keretaan yang ditarik kambing, rusa, dan lembu. Kembali dipanggilnya mereka: “Anak-anak, keluarlah! Bapa datang, baru membeli mainan untuk kalian. Ada kereta kambing, kereta rusa, dan kereta lembu.” Anak-anak itu segera berlomba-lomba menyambut bapanya. “Bapa, mana? Bapa, mana kereta-keretaan yang Bapa janjikan?” Maka ia menghadiahi mereka bukan dengan kereta-keretaan, melainkan dengan kereta sungguhan — kereta besar yang ditarik sapi putih, berlapis emas, berhiaskan rumbai-rumbai permata, tempat duduknya berkarpet wol dan bantalnya berlapis sutra, disertaï pula dengan kusir dan pengiring-pengiring. PENJELASAN:

①
Bapa ⇨ Buddha

②
Anak-anak ⇨ Semua makhluk

③
Rumah yang terbakar ⇨ Dunia tempat kita berada sekarang

④
● Kereta-keretaan kambing (ajarathaka) ⇨ Kendaraan Śrāvaka (śrāvakayāna)
● Kereta-keretaan rusa (mṛgarathaka) ⇨ Kendaraan Pratyeka (pratyekayāna)
● Kereta-keretaan lembu (gorathaka) ⇨ Kendaraan Bodhisattva (bodhisattvayāna)

⑤
Kereta besar yang ditarik sapi putih ⇨ Kendaraan Tunggal (ekayāna) menuju Kebuddhaan
(Klik gambar untuk memperbesar)

Tathāgatalah Satu-Satunya Penolong dan Penjaga





如來已離  三界火宅
寂然閑居  安處林野
今此三界  皆是我有
其中眾生  悉是吾子

Tathāgata yang telah terbebas
dari Tiga Alam, rumah yang terbakar ini,
undur menyepi dalam kedamaian,
berdiam tenteram di hutan belantara.
Kini, Ketiga Alam ini
semuanya adalah penguasaan-Ku.
Makhluk-makhluk di dalamnya
adalah anak-anak-Ku.


而今此處  多諸患難
唯我一人  能為救護

Namun, tempat ini sekarang
dipenuhi banyak bahaya kesukaran.
Hanya Akulah satu-satunya yang
mampu menjadi Penolong dan Penjaga.


—— Saddharmapuṇḍarīka Sūtra bab III, “Perumpamaan”
《妙法蓮華經·譬喻品》
(T. vol. 9, № 262 hlm. 14c)


Tiada Keamanan di Triloka





三界無安  猶如火宅
眾苦充滿  甚可怖畏
常有生老  病死憂患
如是等火  熾然不息

Di Tiga Alam ini tiada keamanan.
Bagaikan rumah yang terbakar,
aneka penderitaan memenuhinya.
Sungguh amat mengerikan!
Senantiasa diliputi kelahiran dan ketuaan,
penyakit dan kematian, dukacita dan kesusahan
— api-api seperti ini
berkobar-kobar tiada henti.


—— Saddharmapuṇḍarīka Sūtra bab III, “Perumpamaan”
《妙法蓮華經·譬喻品》
(T. vol. 9, № 262 hlm. 14c)

Senin, 11 November 2019

Viparyāsa

Kembali kita tampilkan sebuah sūtra dari CCSKC (lihat posting sebelumnya) yang tidak terjumpaï dalam koleksi Tsêng-i a-han ching. Sūtra ke-22 (atau -5 dalam edisi Korea) ini berpadanan dengan AN IV.5: 9 (Vipallāsa Sutta). Dalam sūtra ini dibahas empat kekeliruan (viparyāsa) yang menjebak setiap makhluk dalam saṃsāra, yang dalam Saddharmapuṇḍarīka diumpamakan dengan empat sisi rumah yang terbakar.

Viparyāsa diterjemahkan pertama kalinya sebagai 顛倒 (secara harfiah: ‘keterbalikan’) di sini. Istilah ini bertahan dan tetap dipilih penerjemah-penerjemah kemudian, tidak seperti istilah lain yang segera menjadi arkais dan harus direvisi. Contoh di bawah, misalnya, ātma dan anātma yang dipadankan dengan 身 dan 非身 oleh An Shih-kao. (Sebetulnya 身 adalah terjemahan untuk kāya atau satkāya [‘diri’], sebuah sinonim untuk ātma.) Penerjemah-penerjemah belakangan lebih suka mentraduksi sebagai 我 (‘aku’) dan 無我 (‘tanpa-aku’).

Gāthā juga ditraduksi di sini sebagai 絕 (yakni 絕句). Akan tetapi, lanjutannya malah digubah berbentuk prosa. Terjemahan tampaknya belum diperhalus — mungkin karena kekurangan editor yang sanggup mengalihkan ke dalam syair-syair Tionghoa — dan dibiarkan apa adanya.







聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar:



一時,佛在舍衛國,行在祇樹給孤獨園。
Pada suatu ketika Buddha berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada.



佛便告比丘:「思想有四顛倒;意、見亦爾。
Buddha pun bersabda kepada para bhikṣu: “Dalam hal persepsi (saṃjñā) ada empat kekeliruan; demikian pula dalam hal buah-pikir (citta) dan pandangan (dr̥ṣṭi).

從是顛倒,為人身矇為綜、為人意撰,不能走為走,今世、後世自惱居世間,為生死不得離。
Menuruti kekeliruan ini, pada setiap orang [gagasan tentang] diri secara lugu terbentuk, pada setiap orang buah-pikir tercipta; yang tidak mampu dijalani, dijalani; di kehidupan sekarang dan mendatang, dengan mengiritasi diri sendiri, dunia dihuni; kelahiran dan kematian tidak dapat ditinggalkan.

何等為四?
Apakah keempatnya itu?

一、以非常為常,是為思想顛倒、為意顛倒、為見顛倒。
1. Menganggap yang tidak kekal (anitya) sebagai kekal (nitya) adalah kekeliruan dalam hal persepsi, adalah kekeliruan dalam hal buah-pikir, adalah kekeliruan dalam hal pandangan.

二者、以苦為樂。
2. Menganggap penderitaan (duḥkha) sebagai kebahagiaan (sukha) ….

三者、非身為身。
3. Menganggap yang bukan-diri (anātma) sebagai diri (ātma) ….

四者、不淨為淨,為思、為意、為見顛倒。」
4. Menganggap yang tidak murni (aśubha) sebagai murni (śubha) adalah kekeliruan dalam hal persepsi, … dalam hal buah-pikir, … dalam hal pandangan.”



從後說絕:
Maka dari sini tersebutlah syair:

「非常人意為常,思苦為樂,不應身用作身,不淨見淨。
“Yang tidak kekal orang-orang memikirkannya sebagai kekal; mereka mempersepsikan penderitaan sebagai kebahagiaan; yang tidak layak sebagai diri mereka jadikan diri; yang tidak murni mereka pandang murni.

顛倒如是,意業離便助魔。
Keliru sedemikian, berpikir meninggalkan malah mendukung Māra dalam pekerjaan.

不宜欲得宜,令致老死,譬喻犢母。
Di tengah ketidaknyamanan hendak mendapatkan kenyamanan, mereka terpaksa sampai mati menua bagaikan induk pedet [yang menanggung kuk].

已有佛在世間,念天上、天下得道眼度世,便見是法除一切苦。
Namun, Buddha telah hadir di dunia; Ia merenungkan bagaimana segala yang di atas langit dan di kolong langit mendapatkan mata Pencerahan untuk menyeberangi dunia, bagaimana dengan melihat Dharma mereka melenyapkan segala penderitaan.

亦說苦從生亦度苦,亦見賢者八種行道至甘露。
Dibabarkan-Nya pula penderitaan yang menyertaï kelahiran dan keterseberangan dari penderitaan; juga dilihat-Nya delapan jenis insan arif (satpuruṣa) yang mempraktikkan Jalan akan tiba pada Keabadian (amr̥ta).

已聞是法者,便見非常、苦、非身,亦身已不淨見不淨。
Sesudah mendengar Dharma ini, mereka akan melihat ketidakkekalan, penderitaan, tanpa-diri; juga tubuh yang tidak murni yang akan mereka lihat tidak murni.

便無所畏,得樂見世,得無為,從一切惱度世,無所著。」
Sehingga tiada lagi yang ditakuti, mendapati kebahagiaan mereka akan memandang dunia, mendapati yang tak terkondisi; dari segala iritasi mereka menyeberangi dunia, tanpa kemelekatan lagi.”



佛說如是。……
Demikianlah sabda Sang Buddha. …

Selasa, 05 November 2019

Buddha adalah Seorang Pūrvakārin

Pūrvakārin, salah satu dari dua jenis pribadi langka yang kita bahas pada posting sebelumnya, berarti orang yang berinisiatif memberikan bantuan secara sukarela — bahkan hingga mengorbankan dirinya sendiri — tanpa mengharapkan balasan. Buddha adalah seorang Pūrvakārin karena Beliau telah berjasa besar dan seringkali menjadi “sahabat tanpa diminta” (anadhīṣṭa kalyāṇamitra 不請之友). Apa sajakah jasa-jasa Buddha kepada kita?

Sebuah sūtra dari Ekottara Āgama menyebutkan tujuan kemunculan Buddha di dunia:
  1. Untuk memutar Roda Dharma.
  2. Demi menyelamatkan orangtua-Nya.
  3. Untuk membangun dasar keyakinan bagi orang-orang yang tidak percaya.
  4. Agar mereka yang belum memiliki pikiran bodhisattva membangkitkan Batin Pencerahan.
  5. Untuk memberikan prediksi pencapaian Kebuddhaan di masa datang.


Orangtua yang akan diselamatkan-Nya bukan hanya orangtua pada kehidupan terakhir-Nya sebagai Siddhārtha Gautama, melainkan juga orangtua-orangtua dari kehidupan-kehidupan lampaunya. Akan tetapi,

一切眾生,從無始來,在生死中輪迴不息,靡不曾作父母、兄弟、男女、眷屬。
Semenjak waktu yang tak berawal dalam siklus saṃsāra yang berputar tanpa henti, tiada satu makhluk pun yang belum pernah menjadi ayah, ibu, kakak, adik, putra, putri, atau salah satu kerabat kita.

—— Laṅkāvatāra Sūtra 《大乘入楞伽經》
(T. vol. 16, № 672 hlm. 623a)

Tidak terhitungnya jumlah kelahiran kita dalam saṃsāra berimplikasi tidak terhitung pula jumlah orangtua yang pernah kita, termasuk Buddha, miliki. Bahkan dapat dikatakan:

一切男子皆是父  一切女人皆是母

Semua pria merupakan ayahku,
semua wanita merupakan ibuku.

—— Cittabhūmi-parīkṣā Sūtra 《大乘本生心地觀經》
(T. vol. 3, № 159 hlm. 306c)

Semua makhluk adalah orangtua-Nya. Namun, karena belum mengkontemplasikan kebijaksanaan melalui Smr̥tyupasthāna, semua makhluk terjebak dalam empat kekeliruan atau “keterbalikan” (viparyāsa catuṣka 四倒): menganggap jasmani yang tidak murni sebagai murni, perasaan yang hakikatnya penderitaan sebagai kebahagiaan, batin yang tidak kekal sebagai kekal, dan dharma yang tanpa-aku sebagai aku. Karena empat kekeliruan tersebut, muncullah 84.000 kekotoran batin (kleśa) yang meliputi tubuh beragregat lima (pañcaskandha) ini — digambarkan dalam Saddharmapuṇḍarīka Sūtra ibarat rumah besar yang mengalami kebakaran hebat di keempat sisinya.

Hanya Buddha satu-satunya yang rela menerobos kobaran api dan mengikhtiarkan berbagai upaya untuk menuntun keluar mereka yang terjebak di dalam rumah tersebut. Karya penyelamatan-Nya masih dipersulit oleh lima kekeruhan (pañcakaṣāya 五濁) yang sedang melanda Dunia Sahā tempat kita tinggal saat ini: kekeruhan kalpa, kekeruhan pandangan, kekeruhan kotoran batin, kekeruhan makhluk, dan kekeruhan usia. Maka atas segala budi besar-Nya, layaklah Ia dipuji:

“Alangkah langkanya Sang Śākyamuni! Alangkah sukar yang dilakukan Sang Śākyādhirāja, yang mampu di Dunia Sahā dengan lima kekeruhannya ini merealisasi Anuttara Samyak-saṃbodhi dan, demi semua makhluk, membabarkan Dharma yang sukar dipercaya seisi dunia!”

—— Amitābha Sūtra

Jumat, 01 November 2019

Dua Jenis Pribadi yang Langka

Bacaan hari ini diambil dari sūtra ke-5 (atau -32 dalam edisi Korea) Ch’i-ch’u san-kuan ching 《七處三觀經》 (T. vol. 2, № 150A hlm. 881a), sebuah koleksi pendek yang disusun oleh An Shih-kao 安世高 yang datang ke Cina tahun 147. An Shih-kao aktif menerjemahkan sampai pertengahan era Chien-ning 建寧 (168–172). Karena ketidakstabilan politik saat itu — menjelang runtuhnya Dinasti Han — ia berpindah ke Cina Selatan dan hidup hingga sepuluh tahun lagi kira-kira.

CCSKC terstruktur dalam kelompok-kelompok yang meningkat secara numeris mengikuti prinsip ekottara. Disusun dari beberapa sūtra pilihan, CCSKC tampaknya dimaksudkan An Shih-kao sebagai pengenalan sebelum ada teks Ekottara Āgama lengkap yang dibawa dan diterjemahkan ke Cina. Dalam bentuknya sekarang, terdapat perbedaan urutan isi antara CCSKC yang termuat dalam edisi-edisi Tripiṭaka yang diterbitkan di Tiongkok dengan edisi Korea. Untuk lebih jelasnya lihat di sini.

Sūtra pendek di bawah ini, seperti sūtra-sūtra lainnya dalam CCSKC, tidak berjudul. Ia juga tidak terjumpaï dalam koleksi Ekottara Āgama yang diterjemahkan belakangan, Tsêng-i a-han ching 《增壹阿含經》 (T. № 125), yang berasal dari kanon mazhab berbeda. Padanannya malah ada dalam kanon Pāli, yakni AN II.11: 2 (Āsā Duppajaha Sutta ⑵).







聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar:



一時,佛在舍衛國,行在祇樹給孤獨園。
Pada suatu ketika Buddha berada di Śrāvastī, di Hutan Jeta di Taman Anāthapiṇḍada.



是時,佛告比丘:「二人世間難得。何等二人?
Tatkala itu Buddha bersabda kepada para bhikṣu: “Dua pribadi sukar didapati di dunia ini. Apakah kedua pribadi itu?

一者、前施人者,
1. Ia yang mengulurkan [budi bantuan] dahulu (pūrvakārin),

二者、有返復不忘恩。」
2. Ia yang berusaha membalas dan tidak melupakan budi (kr̥tajña-kr̥tavedin).”



佛說如是。……
Demikianlah sabda Sang Buddha. …