Syair terkenal “ārāmaropā vanaropā” seringkali digunakan untuk menjelaskan konsep avijñapti. Ketika seseorang mendermakan ārāma atau benda permanen lainnya kepada saṅgha, avijñapti yang terbentuk akan bertahan hingga benda tersebut habis masa pakainya atau rusak. Begitu pula pada seseorang yang mengambil disiplin, substansi disiplinnya (saṃvara avijñapti) akan bertahan hingga akhir hayatnya atau sampai ia melepas disiplin itu.
Substansi disiplin akan menjadi daya pendorong yang senantiasa mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan, sehingga seseorang dimampukan untuk menjadi pemegang Śīla. Karena senantiasa memegang Śīla, jasa kebajikan seseorang yang memiliki substansi disiplin akan berkembang terus-menerus. Ini berbeda dengan seseorang tanpa disiplin yang, misalnya, menghentikan upaya pembunuhan sebab tiba-tiba merasa iba. Karena tidak berada di bawah disiplin, jasa yang ditimbulkannya hanya terjadi setempo-tempo secara kebetulan.
Petikan dari bab XCVI Satyasiddhi Śāstra 《成實論·無作品》 (T. vol. 32, № 1646 hlm. 290a–b) berikut dapat memperjelas:
Substansi disiplin akan menjadi daya pendorong yang senantiasa mencegah kesalahan dan menghentikan kejahatan, sehingga seseorang dimampukan untuk menjadi pemegang Śīla. Karena senantiasa memegang Śīla, jasa kebajikan seseorang yang memiliki substansi disiplin akan berkembang terus-menerus. Ini berbeda dengan seseorang tanpa disiplin yang, misalnya, menghentikan upaya pembunuhan sebab tiba-tiba merasa iba. Karena tidak berada di bawah disiplin, jasa yang ditimbulkannya hanya terjadi setempo-tempo secara kebetulan.
Petikan dari bab XCVI Satyasiddhi Śāstra 《成實論·無作品》 (T. vol. 32, № 1646 hlm. 290a–b) berikut dapat memperjelas:
問曰:何法名無作?
Tanya: Dharma apakah yang dinamakan avijñapti?
答曰:因心生罪福,睡眠悶等,是時常生——是名無作。如經中說:
Jawab: Yang muncul karena [korelasinya dengan] batin pada saat melakukan dosa ataupun jasa, dan senantiasa hadir baik di saat tidur ataupun tidak sadar — itulah yang dinamakan avijñapti. Seperti disebutkan di dalam sūtra:
「若種樹園林 造井橋梁等
是人所為福 晝夜常增長」
“Entah menanami taman dan hutan dengan pepohonan,
atau membuat sumur, jembatan penyeberang dsb.
— jasa yang dilakukan orang tersebut
akan senantiasa berkembang siang dan malam.”
(Bandingkan sutra ke-3 dari varga XXXV Ekottara Āgama.)
問曰:有人言:「作業現可見,若布施、禮拜、殺害等;是應有。無作業不可見,故無。」應明此義!
Tanya: Ada orang berkata: “Vijñapti karma tertampak dan dapat dilihat seperti berderma, melakukan penyembahan, membunuh dsb. Oleh karena itu, pastilah ia ada. Avijñapti karma tidak dapat dilihat, karenanya tiada.” Coba terangkan maknanya!
答曰:若無無作,則無離殺等法。
Jawab: Jika avijñapti tiada, maka tiadalah dharma “penghindaran pembunuhan” (prāṇātipāta virati) dsb.
問曰:離名不作,不作則無法。如人不語時,無不語法生;如不見色時,亦無不見法。
Tanya: Istilah penghindaran (virati) berarti “tak-berbuat”, tidak berbuat maka tiada dharma apa-apa. Misalnya: saat seseorang tidak berbicara, tiada dharma “tak-berbicara” yang muncul; saat seseorang tidak melihat rupa, juga tiada dharma “tak-melihat”.
答曰:因離殺等,得生天上。若無法,云何為因?
Jawab: Karena menghindari pembunuhan, seseorang dapat terlahir di surga. Jika tiada dharma apa pun, bagaimanakah yang menjadi sebab [kelahiran tersebut]?
問曰:不以離故生天,以善心故。
Tanya: Bukan karena penghindarannya ia terlahir di surga, tetapi karena buah-pikir baiknya.
答曰:不然。經中說:「精進人隨壽得福多。隨福多故,久受天樂。」若但善心,云何能有多福?是人不能常有善心故。
Jawab: Bukan begitu. Di dalam sūtra disebutkan: “Orang yang bertekun [cuma untuk sesaat saja], seturut makin panjang usianya, memperoleh makin banyak jasa. Karena makin banyak jasa, makin lama pula ia menerima kebahagiaan di alam surga.” Jikalau hanya karena buah-pikir baik [sesaat], bagaimana bisa seseorang memiliki [semakin] banyak jasa? Sebab orang tersebut tidak bisa senantiasa memiliki buah-pikir yang baik.
又說:「種樹等福德,晝夜常增長。」又說:「持戒堅固……。」若無無作,云何當說福常增長及堅持戒?
Juga disebutkan: “Jasa kebajikan dari menanam pepohonan dsb. akan senantiasa berkembang siang dan malam.” Juga disebutkan: “Memegang Śīla dengan teguh ….” Jika avijñapti tiada, bagaimanakah dapat dikatakan jasa senantiasa berkembang dan Śīla dipegang teguh?
又非作即是殺生,作次第殺生法生,然後得殺罪。如教人殺,隨殺時,教者得殺罪。故知有無作。
Juga bukan berarti bertindak sama dengan membunuh — setelah bertindak [sendiri], baru muncul dharma “pembunuhan” sehingga memperoleh dosa pembunuhan. Misalnya: saat menyuruh orang lain membunuh, seturut terjadinya pembunuhan, si penyuruh pun memperoleh dosa pembunuhan. Maka dapat kita ketahui bahwa avijñapti itu ada.
又意無戒律儀。所以者何?若人在不善、無記心、若無心,亦名持戒。故知!爾時有無作。不善律儀亦如是。
Juga tiada Śīla Saṃvara [yang diatur] pikiran. Mengapa demikian? Sebab ketika batin seseorang berada dalam keadaan tidak baik (akuśala), netral (avyakr̥ta), atau tidak sadar (acittaka), ia tetap disebut memegang disiplin. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa pada saat itu terdapat avijñapti! Demikian pula halnya untuk kontra-disiplin (asaṃvara).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar