Powered by Administrator

Translate

Rabu, 23 Februari 2022

Kaitan Pengembangan Kasih–Sayang dengan Membalas Budi Buddha


佛告阿難:「菩薩勤求精進,欲莊嚴菩提,欲報佛恩,常當憶念一切眾生,如一子想。」
Buddha memberitahu Ānanda: “Seorang bodhisattva yang dengan tekun mencari semangat, yang hendak menghiasi Bodhi, yang hendak membalas budi Buddha, haruslah senantiasa mengingat dan merenungkan semua makhluk dengan persepsi sebagai putra tunggalnya.”

—— Mahopāya-kauśalya Buddha Pratyupakāraka Sūtra
《大方便佛報恩經・親近品第九》
(T. vol. 3, № 156 hlm. 162a)


Kasih–sayang haruslah menjadi dasar segala tindakan kita dalam membalas budi Sang Buddha. Balas budi yang terbesar adalah dengan menjadi Buddha juga, sama seperti diri-Nya, dan menyelamatkan semua makhluk secara ekstensif. Yang lebih rendah adalah dengan mengakhiri kebocoran batin sebagai seorang arhat. Jikalau masih belum dapat, mencapai Keyakinan yang Tak Terhancurkan dan menjadi seorang srotāpanna merupakan yang berikutnya. Atau, paling minimal, kita berusaha agar Prātimokṣa Saṃvara terbentuk dalam diri kita. Namun, apabila pelaksanaannya tidak dilandasi kasih–sayang, Prātimokṣa Saṃvara tersebut hanya akan menghasilkan jasa yang sedikit sehingga kecil pengaruhnya bagi penyempurnaan pāramitā menuju Kebebasan (dan, dengan demikian, belum cukup membalas budi Sang Buddha).

Dalam bab XIV Bhadrakalpika Sūtra 《賢劫經・寂度品第十四》 (T. vol. 14, № 425 hlm. 35c–36a), Buddha memberitahu Bodhisattva Prāmodyarāja 喜王菩薩:

「何謂戒度無極有六事?
“Apakah maksud ‘keseberangan menuju ketakterhinggaan’ (pāramitā) lewat moralitas ada enam hal?

所奉禁戒,慈心為本;常以無畏加於一切——是曰布施。
Disiplin moralitas yang dijunjung [seorang bodhisattva] didasari oleh kesayangan (maitracitta); senantiasa ketidaktakutan (abhaya) dipancarkannya kepada semua — itulah yang disebut menebarkan derma (dāna).

無畏不懷瞋恨,護身口意,三事無犯——是曰持戒。
[Sambil memancarkan] ketidaktakutan tanpa menyimpan kebencian, ia menjaga ketiga hal: jasmani, ucapan, pikiran, tanpa pelanggaran — itulah yang disebut memegang moralitas (śīla).

常抱愍傷,心哀一切無傷害意,猶如慈母育其赤子——是曰忍辱。
Senantiasa memeluk keibaan, dalam remuk hati mengasihani semua tanpa berpikiran mencelakaï, bagaikan ibu yang penyayang merawat jabang bayinya — itulah yang disebut menahan sabar (kṣānti).

以設方便,擁護禁戒;寤因,慚恥無益一切——是曰精進。
Dengan menerapkan berbagai upaya, dijaganya disiplin moralitas; insaf akan [karma] penyebab, dan merasa segan & malu karena tidak menguntungi semua — itulah yang disebut memajukan semangat (vīrya).

慈加眾生,心學謹慎;以為無常,專其心志不為放逸——是曰一心。
Kesayangan dipancarkannya kepada makhluk hidup, batinnya dilatih dengan kewaspadaan cermat; mengira ketidakkekalan, dengan intens dipusatkannya pikirannya agar jangan lengah — itulah yang disebut penunggalan batin (samādhi).

以是慈愍,所奉禁戒常行精進,發起一切諸不達者,勸助佛道——是曰智慧。
Dengan [dilandasi] kasih–sayang sedemikian, disiplin moralitas yang dijunjungnya senantiasa bersemangat ia praktikkan; didedikasikannya [jasa-jasanya] bagi semua yang belum memahami, agar terbantu menuju Jalan Kebuddhaan — itulah yang disebut kebijaksanaan (prajñā).

是為六。」
Itulah keenamnya.”

Dari kutipan ini bisa kita lihat bahwa dengan melaksanakan Prātimokṣa Saṃvara saja (yang dilandasi kasih–sayang) pun keenam pāramitā dapat tersempurnakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar