Powered by Administrator

Translate

Sabtu, 19 Februari 2022

Tentang 𝘗𝘳𝘢̄𝘯̣𝘰𝘱𝘦𝘵𝘢

Kali ini kita hanya meninjau-ulang posting yang sangat lama.

Di akhir banyak sūtra seringkali terjumpaï orang awam yang, setelah mendengar khotbah Buddha, yakin kepada Triratna dan biasanya menyerahkan diri sebagai upāsaka dengan mengucapkan rumusan pergi berlindung (śaraṇa gamana). Rumusan klisé itu — dengan kukuh oleh kaum Vaibhāṣika, yang tampaknya salah mengutip, dikatakan bersumber dari Mahānāma Sūtra — umumnya berbunyi:

“Eṣo ’haṃ bhagavantam buddhaṃ śaraṇaṃ gacchāmi, dharmaṃ ca bhikṣusaṃghaṃ ca. Upāsakaṃ ca māṃ dhāraya adyāgreṇa yāvajjīvaṃ prāṇopetaṃ śaraṇaṃ gatam abhiprasannam.”
(“Aku berlindung kepada Bhagavan, sang Buddha; serta kepada Dharma dan Bhikṣu-saṅgha. Peganglah [pernyataan ini] bahwa aku adalah upāsaka yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, seumur hidup pergi berlindung dengan penuh keyakinan.”)

Variasi pada sūtra-sūtra lainnya kadang-kadang menambahkan lima langkah latihan dan mengganti klausa terakhir menjadi: “… yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku tidak membunuh, tidak mencuri, … tidak meminum minuman-keras, memegang Śīla dengan penuh kemurnian.” Dengan demikian nyatalah bahwa sejak awal terdapat upāsaka yang hanya mengambil Tiga Perlindungan dan upāsaka yang menambah dengan disiplin Lima Śīla. Kaum Vaibhāṣika, yang berpendapat bahwa tiada upāsaka yang tanpa disiplin lengkap, akan tetapi dengan tegas menolaknya.

Sebagaimana kata abhiprasanna yang dapat diterjemahkan ‘penuh keyakinan’ atau ‘penuh kemurnian’, kata prāṇopeta juga memiliki nuansa dalam penafsiran. Prāṇopeta berarti ‘menjaga kehidupan’. Maka klausa terakhir rumusan pertama di atas biasanya dimengerti sebagai: “… yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, selama aku menjaga kehidupan (selama kehidupanku terjaga/seumur hidupku) pergi berlindung dengan penuh keyakinan.” Namun, kaum Vaibhāṣika menafsirkannya: “… yang, mulaï saat ini hingga akhir hayatku, selama itu aku akan menjaga kehidupan dan pergi berlindung dengan penuh kemurnian.”

“Aku akan menjaga kehidupan” dimengerti sebagai “aku akan berpantang membunuh”. Hal ini membuka kemungkinan lagi bahwa terdapat upāsaka yang, di samping mengambil Tiga Perlindungan, hanya mengambil satu langkah latihan saja, yakni: pantang membunuh. Ketika (Proto-)Sautrāntika menjebak dengan menanyakan kemungkinan ini, Vaibhāṣika berkelit kembali menolaknya — akan kita lihat alasannya di bawah.


Bias juga timbul ketika rumusan klisé prāṇopeta dialihbahasakan. Entah sengaja atau tidak, sebagian penerjemah Tionghoa mengikuti pandangan Vaibhāṣika, yang tampaknya sudah mengakar dan populer. Ini bisa kita lihat berulang-ulang dalam Pi-nai-yeh 《鼻奈耶》 (T. № 1464), terjemahan tertua (tidak selesai, hanya dalam 10 jilid) Vinaya Piṭaka milik mazhab yang tidak kita ketahui, di mana rumusan tersebut selalu berbunyi:

「……歸佛、歸法、歸比丘僧。聽為優婆塞,從今日始,盡命不殺生(歸命/受三自歸)。」
“[Aku] berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma, berlindung kepada Bhikṣu-saṅgha. Izinkanlah [aku] menjadi upāsaka yang, mulai hari ini hingga akhir hayatku, tidak membunuh kehidupan (dan pergi berlindung/menerima Tiga Perlindungan).”

Di akhir Sūtra tentang Sang Penghitung 《佛說數經》 (T. № 70, berpadanan dengan Gaṇaka Moggallāna Sutta [MN 107]), sang Penghitung mengucapkan:

「我今自歸佛、法、及比丘僧。唯!世尊。我今持優婆塞,從今日始,盡命離殺生,今自歸。」
“Aku kini berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Bhikṣu-saṅgha. Ya! Bhagavan, Aku kini berpegang sebagai upāsaka yang, mulai hari ini hingga akhir hayatku, meninggalkan pembunuhan kehidupan dan kini pergi berlindung.”

Brāhmaṇa Kebocoran Kelahiran 生漏 (tampaknya menerjemahkan suatu bentuk Prakerta dari *Jāna√sru), di akhir sūtra ke-9 dari varga XXXVII Ekottara Āgama (berpadanan dengan Methuna Sutta [AN VII.5: 7]), juga mengucapkan:

「我今自歸佛、法、眾,自今之後不復殺生。唯願受為優婆塞!」
“Aku kini berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Bhikṣu-saṅgha, mulai saat ini dan seterusnya tidak lagi membunuh kehidupan. Berkenanlah kiranya menerimaku sebagai upāsaka!”

Terhadap semua ini, Vaibhāṣika, yang berpendapat bahwa tiada upāsaka yang tanpa disiplin, tidak terjebak. Sebab menurut mereka rumusan Tiga Perlindungan menjadi verba consecrationis, maka saat seseorang selesai mengulangi Tiga Perlindungan, saat itulah disiplin lengkap Lima Śīla diperoleh. Dalam Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā  (lihat di sini) ditandaskan: baik mengucapkan lima atau hanya mengucapkan satu (atau, bahkan, tidak mengucapkan sama sekali) langkah latihan, semuanya memperoleh disiplin lengkap Lima Śīla karena niat awalnya adalah hendak mengambil Lima Śīla. Juga karena bagian kekuatan masing-masing langkah latihan saling melekat satu sama lain sehingga, meski mengucapkan satu, kelima langkah latihan diperoleh.

Akhirnya, kendati menolak keberadaan upāsaka tanpa disiplin yang hanya pergi berlindung dan upāsaka dengan disiplin tidak lengkap yang mengambil langkah-langkah latihan sebagian saja, Vaibhāṣika menggaungkan bahwa hakikat disiplin Buddhis sesungguhnya adalah meninggalkan tindakan menyakiti makhluk lain (dengan semangat bertolak dari saṃsāra, lihat di sini). Menurut mereka menjaga kehidupan (prāṇopeta) bukan hanya berarti meninggalkan pembunuhan, tetapi juga tidak menyebabkan gangguan pada semua makhluk. Ketika seseorang cuma mengucapkan “aku akan menjaga kehidupan”, ia sebenarnya berkomitmen: “Mulaï saat ini, hingga akhir hayatku, terhadap semua makhluk, aku tidak akan mencelakaï hidupnya, tidak akan mencuri miliknya, tidak akan berzinah dengan istrinya, tidak akan mendustaïnya. Demi menjaga keempat hal ini, aku juga tidak akan meminum minuman keras.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar