Powered by Administrator

Translate

Senin, 10 Januari 2022

Mengapa Memegang Śīla-Śīla Buddhis disebut Membalas Budi Buddha?

Balas budi kepada Buddha yang minimal, menurut homili Bodhisattva *Mayūrarāja sebelum ini, adalah dengan memperoleh Keyakinan yang Tak Terhancurkan — menjadi seorang srotāpanna. Membalas secara demikian merupakan persembahan yang terbaik, sejalan dengan pernyataan “Viniścaya Saṅgraha” dari Yogācārabhūmi Śāstra (lihat di sini):

以一切財而興供養,未將為喜;要以正行而興供養,乃生歡喜。
Sebab Ia tidaklah bergembira dipersembahi dengan segala kekayaan material; namun baru bergembira bila dipersembahi, terutama, dengan praktik yang tepat.







Dharmaratna terdiri atas dua unsur: Dharma dan Vinaya (dalam terjemahan lama seringkali 經戒 ‘Sūtra dan Śīla’ digunakan sebagai padanan). Oleh karena itu, ada empat objek yang kepadanya kita pergi berlindung dan keyakinan kita terhadapnya harus kita murnikan, dari waktu ke waktu, hingga tercapai ketakterhancuran.

Dharmaratna juga memiliki dua aspek: sebagai pemotong nafsu dan sebagai keadaan bebas-nafsu. Setelah mengaplikasikan Dharmaratna-sebagai-pemotong-nafsu, seseorang akan merealisasi Dharmaratna-sebagai-keadaan-bebas-nafsu. Aplikasi atas Dharmaratna-sebagai-pemotong-nafsu itulah langkah awal kita untuk membalas budi Buddha, yang telah bersusah-payah mengajarkannya. Pertanyaan Ānanda mengenaï Keberuntungan dan Ketidakberuntungan dalam Melayani Buddha 《阿難問事佛吉凶經》 (versi panjang dari teks yang pernah kita bahas di sini) menyatakan:

念報佛恩,當持經戒,相率以道。道不可不學,經不可不讀,善不可不行。
Seseorang yang merenungkan bagaimana membalas budi Buddha hendaknya memegang Sūtra dan Śīla, menuntun [diri] dengan menjadikannya Jalan. Jalan tidaklah boleh tidak dipelajari, Sūtra tidaklah boleh tidak dibaca, kebaikan tidaklah boleh tidak dipraktikkan.


Dharma (alias “Sūtra”) bukan cuma menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri bila dipraktikkan. Di bab terakhir terjemahan lama Lalitavistara 《普曜經》 (T. vol. 3, № 186 hlm. 537–538a) dikatakan:

佛告賢者迦葉、阿難、彌勒,重相囑累:「受之!持之!諷誦學之,令普流布!示其同學及十方人,皆令蒙濟!使不斷絕,展轉相教,展轉相成,使不稽留。三寶不斷,乃報佛恩。」
Buddha memberitahu Āyuṣman Kāśyapa, Ānanda, Maitreya, dan ulang dipercayakannya: “Terimalah ia! Peganglah ia! Lafalkan dan pelajarilah ia supaya tersebar secara universal! Unjukkan kepada rekan sepelajarmu dan orang-orang di sepuluh penjuru, sehingga semua beroleh perbantuan! Agar tidak putus terpotong, bergulirlah ajar-mengajarkan, bergulirlah sukses-mensukseskan, sehingga tidak tertahan. Menyebabkan Triratna tidak terpotong, barulah itu [bisa dinamakan] membalas budi Buddha.”

Bahkan hanya dengan melafalkan Dharma, kita menyebabkan juriat Triratna tidak terpotong. Apalagi jika kita mampu membabarkannya kepada makhluk lain sebagaimana nasihat Vimalakīrti 《說無垢稱經》 (T. vol. 14, № 476 hlm. 561c) kepada Maudgalyāyana:

念報佛恩,意樂清淨,法詞善巧,為三寶種永不斷絕,乃應說法。
Dengan merenungkan bagaimana membalas budi Buddha, dengan kecenderungan pikiran yang murni, dengan keterampilan pengungkapan Dharma, demi tidak terpotongnya juriat Triratna selamanya, barulah mesti kaubabarkan Dharma (buddhekṛtajñena, śuddhāśayena, dharmaniruktividhijñena, triratnavaṃśānupacchedāya ca te dharmo deśayitavyaḥ).


Vinaya (alias “Śīla”) juga bukan cuma menghasilkan keuntungan bagi diri sendiri bila dipegang. Setelah melaksanakan Śīla (Prātimokṣa Saṃvara, yang merupakan unsur Dharmaratna dalam aspek pemotong nafsu), seseorang akan merealisasi Śīla (Anāsrava Saṃvara, yang merupakan unsur Dharmaratna dalam aspek keadaan bebas-nafsu). Namun, dengan memegang Śīla, kita secara tidak langsung juga menyebabkan juriat Triratna tidak terpotong. Mahāsatyaka-nirgrantha Nirdeśa 《大薩遮尼乾子所說經》 yang kita kutip sebelumnya menyatakan:

以戒淨故,不斷佛種,成等正覺;不斷法種,分別法性;不斷僧種,修無為道。以持淨戒相續不斷故,功德無盡。
Dengan Śīla yang murni, juriat Buddha tidak terpotong, yakni pencapaian Pencerahan yang Tepat dan Menyeluruh (samyak-saṃbodhi); juriat Dharma tidak terpotong, yakni diferensiasi hakikat Dharma; juriat Saṅgha tidak terpotong, yakni pengembangan Jalan yang tak terkondisi. Dengan tidak terpotongnya kesinambungan pemegangan Śīla yang murni, jasa-jasa-Nya (Gautama) tiada akhir.

Bahkan hanya dengan menerima dan memegang Śīla, kita sudah melaksanakan amanah Buddha. Tidak sia-sialah Beliau mengajarkan Śīla (dan Sūtra — sebagai dua unsur Dharmaratna dalam aspek pemotong nafsu) karena cita-cita-Nya agar apa yang diajarkan-Nya itu bisa menguntungi makhluk lain sudah tercapai. Apalagi jika kita mampu menerimakan Śīla kepada makhluk lain lagi, maka juriat Buddha benar-benar sinambung terteruskan. Tentunya hal ini hanya dapat kita lakukan kalau Śīla yang kita terima sendiri memang otentis berasal dari Buddha, sebab bagaimana mungkin seseorang mengaku sebagai bagian dari juriat apabila dalam dirinya tidak mengalir darah dari orang yang diaku tersebut!






Sebagai penutup, kita tampilkan dari bab III Brahma Viśeṣacintī Paripṛcchā Sūtra 《思梵天所問經》 (T. vol. 15, № 586 hlm. 37b) kutipan tanya–jawab antara Buddha dengan sang brahma:

「世尊。誰知報佛恩?」
“Ya Bhagavan, siapakah yang tahu membalas budi Buddha?

佛言:「不斷佛種者。」
Buddha berkata: “Ia yang [menyebabkan] tidak terpotongnya juriat Buddha.”

「世尊。誰能供養佛?」
“Ya Bhagavan, siapakah yang mampu mempersembahi Buddha?

佛言:「能通達無生際者。」
Buddha berkata: “Ia yang mampu menembus perhinggaan dari yang tak tertimbulkan (sehingga mampu melaksanakan praktik tanpa merasa jemu walaupun berkalpa-kalpa).”

「世尊。誰能親近於佛?」
“Ya Bhagavan, siapakah yang mampu mengakrabkan diri dengan Buddha?”

佛言:「乃至失命因緣不毀禁者。」
Buddha berkata: “Ia yang, terancam sebab-musabab tertentu, hingga kehilangan nyawa pun tidak merusak aturan (Śīla).”

「世尊。誰能恭敬於佛?」
“Ya Bhagavan, siapakah yang mampu menghormati Buddha?”

佛言:「善覆六根者。」
Buddha berkata: “Ia yang menyelubungi dengan baik keenam indera.”

「世尊!誰名財富?」
“Ya Bhagavan, siapakah yang dinamakan kaya?”

佛言:「成就七財者。」
Buddha berkata: “Ia yang berhasil memiliki tujuh kekayaan (sapta āryadhana).”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar