Ⓥ:不重受。 Tidak dapat menerima-ulang [disiplin yang sama, kalau belum kedaluwarsa]. Ⓢ:開重受。 Didispensasikan menerima-ulang. |
Masalah lain yang menjadi pokok pertentangan antara Vaibhāṣika dengan Satyasiddha adalah re-akseptansi atau penerimaan-ulang disiplin yang sama. Jawaban Vimalākṣa untuk pertanyaan ④ dari bab XV Kitab Lima Ratus Pertanyaan mewakili pandangan klasik Vaibhāṣika. Pada orang yang pernah mengambil Lima Śīla, dalam dirinya sudah terbentuk substansi Lima Śīla sehingga ia tidak dapat menerimanya lagi (kecuali jika ia sengaja melepas dahulu substansi yang sudah ia ambil). Jika ia melanggar Śīla, maka yang mesti dilakukannya — sama seperti pelaksana segala tipe disiplin Prātimokṣa lain — seharusnya adalah menjalani pengakuan (āpattideśanā) dan bukan mengambil Lima Śīla kembali. Mengambil Lima Śīla berulang-ulang, seperti yang dipraktikkan dalam “kebaktian yang dihadiri bhikkhu” mazhab tertentu, adalah hal yang sia-sia sebab pelanggaran yang sudah dilakukan takkan termurnikan. Pun substansi Śīla yang semula tidak serta-merta tergantikan dengan substansi yang baru.
Dalam pembahasan kita di awal sekali telah disinggung, walaupun melalui ritual formal yang dipimpin oleh guru yang kredibel, terbentuknya substansi Śīla dalam diri seorang pemohon juga masih sulit. Śīla tidak diperoleh dengan sekadar mengucap ikrar, tanpa didasari kehendak yang kuat. Maka hanya mengulang-ulang permohonan Lima Śīla dalam kebaktian yang berjalan mekanis bukan saja tak dapat menggantikan substansi Lima Śīla yang semula (jika sudah ada dalam diri kita), bahkan avijñapti baru pun belum tentu terbentuk sebab hanya perbuatan yang didasari dorongan kehendak yang kuatlah yang membentuk avijñapti.
Kesériusan kehendak sangat menentukan derajat avijñapti yang akan terbentuk: bisa lemah (mr̥du), menengah (madhya), atau kuat (adhimātra). Avijñapti yang menjadi substansi disiplin Prātimokṣa akan bertahan sampai akhir hayat kita. Sekali terbentuk, menurut Vaibhāṣika, tidak ada cara untuk memodifikasi avijñapti tersebut. Oleh sebab itu, kita harus sangat bersungguh-sungguh ketika mengambil sebuah disiplin. Idealnya kehendak kita semakin kuat saat mengambil disiplin yang lebih tinggi sehingga avijñapti yang terbentuk juga lebih unggul. Kalau avijñapti yang terbentuk saat mengambil Lima Śīla asor, maka diharapkan avijñapti yang terbentuk saat mengambil Sepuluh Śīla madya, dan saat mengambil Upasaṃpanna Śīla unggul.
Sebelumnya telah diterangkan bahwa pada saat mengambil disiplin yang lebih tinggi, substansi disiplin yang lebih rendah akan bergabung dan ko-eksis berbarengan. Pengarang Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣā meyakini bahwa dalam ko-eksistensi tersebut terjadi persatuan di mana yang lebih rendah menjadi komponen integral pembentuk yang lebih tinggi (T. vol. 23, hlm. 508b–c):
又五戒中亦有三品:若微品心受戒,得微品戒;若中品心受戒,得中品戒;若上品心受戒,得上品戒。十戒、具戒亦各有三品,如五戒說。
Pun dalam Lima Śīla ada tiga derajat:
① apabila dengan buah-pikir (=kehendak) yang lemah seseorang mengambil Śīla (=disiplin), maka ia memperoleh [substansi] Śīla yang asor;
② apabila dengan buah-pikir menengah ia mengambil Śīla, maka ia memperoleh [substansi] Śīla yang madya;
③ apabila dengan buah-pikir yang kuat ia mengambil Śīla, maka ia memperoleh [substansi] Śīla yang unggul.
Sepuluh Śīla dan Upasaṃpanna Śīla masing-masing juga memiliki tiga derajat seperti Lima Śīla.
若微品心受戒,得五戒已,後以中、上品心受十戒者,先得五戒更無增無勝。
Jika setelah dengan buah-pikir yang lemah seseorang mengambil dan memperoleh Lima Śīla, kemudian dengan buah-pikir menengah atau kuat ia mengambil Sepuluh Śīla, maka 5 śīla (=langkah latihan) yang ia peroleh sebelumnya tidak meningkat atau menjadi unggul.
於五戒外,乃至 “不非時食” 等殘餘五戒,得增上五戒;先得五戒仍本微品也。
Di luar 5 langkah latihan ini, untuk 5 langkah latihan sisanya [per Sarvāstivāda Vinaya — dari “tidak berbaring di ranjang yang tinggi atau mewah”] hingga “tidak makan bukan pada waktunya”, akan diperolehnya [substansi] yang lebih unggul; sedangkan [substansi untuk] 5 langkah latihan yang ia peroleh sebelumnya tetap asor seperti semula.
即先微品五戒更無增無勝,仍本五戒;自五戒外一切諸戒,以受具戒時,心增上故,得增上戒。
Jadi, 5 langkah latihan sebelumnya yang asor tidak meningkat atau menjadi unggul lagi, namun tetap seperti [saat ia mengambil] Lima Śīla semula. Di luar kelimanya, untuk segala langkah latihan lain, hingga yang ia peroleh saat mengambil Upasaṃpanna Śīla, — berkat keunggulan buah-pikirnya kini — adalah [substansi] yang lebih unggul.
以是義推:波羅提木叉戒無有重得。
Dari prinsip ini disimpulkan: Prātimokṣa Saṃvara tidak mengenal adanya perolehan-ulang.
Istilah perolehan lebih tepatnya adalah pembentukan sebab sesungguhnya avijñapti tidak diperoleh dari siapa pun, melainkan terbentuk berkat kesériusan kehendak kita sendiri. Pengarang Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣa berpendapat lebih jauh bahwa avijñapti suatu disiplin bukan saja tidak terbentuk-ulang jika kita menerima kembali disiplin yang sama, avijñapti tersebut bahkan juga tidak terbentuk-ulang (tidak dapat ditingkatkan) saat kita mengambil disiplin yang lebih tinggi dengan buah-pikir lebih kuat. Jadi, dalam substansi disiplin tinggi yang lebih unggul terdapat komponen yang lebih asor, yang berasal dari substansi disiplin rendah. Karena tidak mungkin terjadi re-kreasi atau pembentukan-ulang — bahkan sewaktu mengambil disiplin yang lebih tinggi — maka tidak perlu juga ada re-akseptansi untuk disiplin yang sama.
Bagaimanakah pandangan Bhadanta Harivarman? Dalam bab CXII Satyasiddhi Śāstra, “Tentang Tujuh Jenis Saṃvara” 〈七善律儀品〉 (T. vol. 32, hlm. 303b) ia hanya mengatakan:
問曰:律儀幾時可得?
Tanya: Berapa lamakah disiplin dapat diperoleh (=dibentuk-ulang)?
答曰:有人受一日戒,是初律儀;
Jawab: Ada orang yang mengambil Śīla untuk sehari (Delapan Śīla) — inilah disiplin yang pertama;
即日受優婆塞戒,是第二律儀;
pada hari yang sama ia mengambil Upāsaka Śīla — inilah disiplin kedua;
即日出家作沙彌,是第三律儀;
pada hari yang sama ia meninggalkan rumah-tangga dan menjadi śrāmaṇera — inilah disiplin ketiga;
即日受具足戒,是第四律儀;
pada hari yang sama ia mengambil Upasaṃpanna Śīla — inilah disiplin keempat;
即日得禪定,是第五律儀;
pada hari yang sama ia memperoleh konsentrasi dhyāna — inilah disiplin kelima;
即日得無色定,是第六律儀;
pada hari yang sama ia memperoleh konsentrasi tanpa-materi (ārūpya samāpatti) — inilah disiplin keenam;
即日得無漏,是第七律儀。
pada hari yang sama ia memperoleh [buah-pikir] bebas-kebocoran — inilah disiplin ketujuh.
隨得道果,處更得律儀。而本得不失,但 “勝者” 受名。
[Seterusnya] seturut diperolehnya Jalan dan Buah, di setiap tingkat kesucian ia memperoleh (=membentuk) -ulang disiplinnya. [Substansi] yang diperolehnya (=dibentuknya) semula tidak hilang, namun menerima sebutan “lebih unggul”.
Jadi, menurut Bhadanta Harivarman, saat memperoleh/membentuk substansi disiplin tinggi yang unggul, komponen-komponennya pun seharusnya terbentuk unggul. Pandangan pengarang Sarvāstivāda-vinaya Vibhāṣa malah akan membuat kita merasa janggal. Sebagai contoh, ketika mengikuti upacara pravrajyā, seorang upāsaka tentu akan berusaha membangkitkan buah-pikir kuat secara samarata dalam mengambil seluruh 10 langkah latihannya. Tidak mungkin setelah menjadi śrāmaṇera ia hanya sérius berpantang makan selewat waktunya dan asal-asalan berpantang membunuh karena avijñapti-nya asor saat menjadi upāsaka — padahal kini ia telah membangkitkan buah-pikir kuat dalam mengambil seluruh langkah latihan, baik untuk pantang membunuh maupun pantang makan selewat waktunya.¹
Lantas bagaimana kaum Satyasiddha bisa berpendapat bahwa re-akseptansi atau pengambilan-ulang disiplin yang sama diperbolehkan? Bhadanta Harivarman hanya membahas re-kreasi sebuah disiplin sewaktu mengambil tipe disiplin lain yang lebih tinggi. Hal itu tentu saja terjadi dengan asumsi klasik bahwa buah-pikir yang dibangkitkan lebih kuat sewaktu mengambil disiplin baru. Akan tetapi, jikalau kita baca lebih teliti di akhir petikan di atas, sebenarnya re-kreasi terjadi pula untuk disiplin yang sama.
Anasrāva Saṃvara merupakan disiplin yang dicontohkannya mengalami re-kreasi. Tidak seperti kelompok siswa-siswi Buddhis berbeda memiliki tipe-tipe Prātimokṣa Saṃvara yang berbeda, para ārya dari berbagai tingkat kesucian memiliki Anasrāva Saṃvara yang satu esensinya. Saat seorang ārya merealisasi tingkat kesucian yang lebih unggul, Anasrāva Saṃvara-nya otomatis terbentuk-ulang menjadi lebih unggul. Hal yang sama terjadi pula pada Dhyānaja Saṃvara, yang otomatis terbentuk-ulang menjadi lebih unggul saat seorang dhyāyin mencapai dhyāna yang lebih tinggi.
Dalam hal Prātimokṣa Saṃvara sendiri, disiplin upāsaka terdiri atas lima langkah latihan. Namun, bukan berarti bahwa ada lima jenis disiplin. Upāsaka yang hanya mengambil satu atau beberapa langkah latihan pun memperoleh substansi disiplin yang satu esensinya dengan yang mengambil lengkap, hanya saja kurang sempurna. Substansi disiplin seorang ekadeśakārin, misalnya, akan terbentuk-ulang saat ia membangkitkan buah-pikir hendak menyempurnakan disiplinnya. Penyempurnaan terjadi dengan mengambil langkah-langkah latihan tambahan — tentu dengan asumsi bahwa buah-pikir yang dibangkitkannya lebih kuat. Akan tetapi, seandainya ia masih ingin tetap menjadi ekadeśakārin, lalu mengambil-ulang satu langkah latihan yang sama, hanya saja dengan buah-pikir yang lebih kuat kali ini, tidakkah itu juga termasuk penyempurnaan disiplin? Maka menurut Satyasiddha re-akseptansi adalah boleh dan sangat mungkin terjadi asalkan dilakukan dengan buah-pikir yang lebih kuat.
CATATAN:
¹ Pengecualian adalah apabila kita mengikuti pendekatan Vasubandhu, yang berpendapat bahwa dalam ko-eksistensi beberapa tipe disiplin terjadi keterpisahan mutlak masing-masing disiplin. Dengan demikian terdapat langkah latihan dobel dari dua disiplin berbeda, misalnya: pantang membunuh. Akan tetapi, yang akan kita laksanakan adalah dari disiplin tinggi yang lebih unggul. Lihat ilustrasi di sini.⤴
¹ Pengecualian adalah apabila kita mengikuti pendekatan Vasubandhu, yang berpendapat bahwa dalam ko-eksistensi beberapa tipe disiplin terjadi keterpisahan mutlak masing-masing disiplin. Dengan demikian terdapat langkah latihan dobel dari dua disiplin berbeda, misalnya: pantang membunuh. Akan tetapi, yang akan kita laksanakan adalah dari disiplin tinggi yang lebih unggul. Lihat ilustrasi di sini.⤴
Tidak ada komentar:
Posting Komentar