問:一切善作,盡是戒否?
Tanya: Segala tindakan baik apakah semuanya merupakan Śīla?
答:律儀所攝善作名戒。自餘十業,但單稱善,不名為戒。
Jawab: Tindakan baik yang tercakup di bawah disiplin sajalah yang dinamakan Śīla. Sepuluh perbuatan (daśa kuśala karma) di luar itu hanya disebut sebagai kebaikan, bukan dinamakan Śīla.
—— Lü-tsung hui-yüan 《律宗會元》
(Zokuzōkyō vol. 60, № 1110 hlm. 40c),
dirangkum oleh Bhikṣu Shou-i 守一比丘 (Sung)
(Zokuzōkyō vol. 60, № 1110 hlm. 40c),
dirangkum oleh Bhikṣu Shou-i 守一比丘 (Sung)
※
Banyak orang di dunia yang tidak pernah membuat komitmen tertentu untuk berpantang, dan mereka tetap tidak melakukan kejahatan seperti pembunuhan, pencurian, dsb. Dalam kacamata Buddhis, ada sepuluh jalan (patha) untuk melakukan perbuatan jahat (akuśala karma): tiga melalui jasmani, empat melalui ucapan, dan tiga melalui pikiran. Penghindaran dari segala kejahatan ini tentu saja digolongkan sebagai kebaikan. Akan tetapi, itu cuma kebaikan, yang dilakukan berdasarkan dorongan naluri, dan bukan merupakan disiplin karena terikat komitmen.
Dari kesepuluh jalan perbuatan jahat, Prātimokṣa Saṃvara hanya mengatur penghindaran dari tiga kejahatan jasmani dan empat kejahatan ucapan. Hal ini sesuai dengan pandangan Hīnayāna yang menganggap tindakan pikiran belum merupakan karma yang sebenarnya (lihat di sini). Tiga kejahatan pikiran hanya merupakan “jalan karma” (karmapatha) sehingga jikalau seseorang yang mengambil Pratimokṣa Samvara melakukannya, ia tidak melanggar disiplin.
Berbeda halnya dengan Bodhisattva Saṃvara di mana penghindaran kejahatan pikiran juga diatur sebagai bagian dari disiplin. Jika seseorang yang sudah mengambil Bodhisattva Saṃvara (misalnya berdasarkan Mahāyāna Brahmajāla Sūtra 《梵網經》, T. № 1484) menyimpan dendam dalam pikirannya — hanya berpikir, dan tidak diekspresikan melalui tindakan ucapan atau jasmani — ia sudah melakukan salah satu pelanggaran berat. Oleh karena itu, disiplin bodhisattva lebih sulit pelaksanaannya.
Tiga langkah latihan pertama dari Pañca Śīla Buddhis bunyinya sama dengan penghindaran tiga kejahatan jasmani. Sedangkan mengenaï langkah latihan keempat, ada perbedaan penafsiran. Kaum Vaibhāṣika berpendapat bahwa langkah latihan keempat hanya berkenaan dengan penghindaran dari kedustaan. Menurut sistém Satyasiddhi, langkah latihan keempat mencakup pula penghindaran tiga kejahatan ucapan lainnya.
Agar lebih jelas, dalam Hsing-shih ch’ao 《行事鈔》 (T. vol. 40, № 1804 hlm. 54b) Vinayācārya Tao-hsüan membuat empat kombinasi:
1. KEBAIKAN NAMUN BUKAN DISIPLIN 善而非戒
2. DISIPLIN NAMUN BUKAN KEBAIKAN 戒而不善
3. KEBAIKAN SEKALIGUS DISIPLIN 亦善亦戒
4. BUKAN KEBAIKAN JUGA BUKAN DISIPLIN 倶非
Dari kesepuluh jalan perbuatan jahat, Prātimokṣa Saṃvara hanya mengatur penghindaran dari tiga kejahatan jasmani dan empat kejahatan ucapan. Hal ini sesuai dengan pandangan Hīnayāna yang menganggap tindakan pikiran belum merupakan karma yang sebenarnya (lihat di sini). Tiga kejahatan pikiran hanya merupakan “jalan karma” (karmapatha) sehingga jikalau seseorang yang mengambil Pratimokṣa Samvara melakukannya, ia tidak melanggar disiplin.
Berbeda halnya dengan Bodhisattva Saṃvara di mana penghindaran kejahatan pikiran juga diatur sebagai bagian dari disiplin. Jika seseorang yang sudah mengambil Bodhisattva Saṃvara (misalnya berdasarkan Mahāyāna Brahmajāla Sūtra 《梵網經》, T. № 1484) menyimpan dendam dalam pikirannya — hanya berpikir, dan tidak diekspresikan melalui tindakan ucapan atau jasmani — ia sudah melakukan salah satu pelanggaran berat. Oleh karena itu, disiplin bodhisattva lebih sulit pelaksanaannya.
Tiga langkah latihan pertama dari Pañca Śīla Buddhis bunyinya sama dengan penghindaran tiga kejahatan jasmani. Sedangkan mengenaï langkah latihan keempat, ada perbedaan penafsiran. Kaum Vaibhāṣika berpendapat bahwa langkah latihan keempat hanya berkenaan dengan penghindaran dari kedustaan. Menurut sistém Satyasiddhi, langkah latihan keempat mencakup pula penghindaran tiga kejahatan ucapan lainnya.
Agar lebih jelas, dalam Hsing-shih ch’ao 《行事鈔》 (T. vol. 40, № 1804 hlm. 54b) Vinayācārya Tao-hsüan membuat empat kombinasi:
1. KEBAIKAN NAMUN BUKAN DISIPLIN 善而非戒
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penghindaran tiga kejahatan pikiran hanya merupakan kebaikan dan bukan bagian disiplin Prātimokṣa. Bagi orang-orang di dunia yang memang tidak pernah mengikatkan diri dengan disiplin apa pun, bahkan penghindaran kesepuluh kejahatan hanya kebaikan semata dan bukan disiplin.
Hal-hal lain seperti berderma, melakukan meditasi, dsb. juga merupakan kebaikan, tetapi tidak berkaitan dengan norma moralitas. Disiplin Prātimokṣa tidak mengaturnya. (Akan tetapi, bisa saja merupakan bagian dari disiplin non-Buddhis yang, misalnya, menetapkan pengikutnya berdosa apabila tidak berderma untuk menyucikan harta.)
2. DISIPLIN NAMUN BUKAN KEBAIKAN 戒而不善
Ini terjadi ketika seseorang mengambil “Śīla” yang negatif (asaṃvara — lihat pembahasan sebelumnya). Istilah “Śīla” kurang sesuai di sini karena asaṃvara justru berkaitan dengan kedursilaan. Komitmen seseorang untuk menjalankan profesi sebagai tukang jagal, misalnya, merupakan sebuah disiplin, namun bukan kebaikan.
Contoh lain disiplin yang bukan kebaikan misalnya disiplin non-Buddhis yang mengatur pengikutnya cara berpakaian tertentu, melaksanakan tapa-brata, dll.
3. KEBAIKAN SEKALIGUS DISIPLIN 亦善亦戒
Penghindaran dari tiga kejahatan jasmani dan empat kejahatan ucapan merupakan bagian dari disiplin mereka yang mengambil Prātimokṣa Saṃvara. Sedangkan penghindaran kesepuluh kejahatan merupakan bagian dari disiplin mereka yang mengambil Bodhisattva Saṃvara.
Penghindaran seluruh dari sepuluh kejahatan bisa saja menjadi bagian dari disiplin non-Buddhis tergantung bagaimana ajaran mereka masing-masing.
4. BUKAN KEBAIKAN JUGA BUKAN DISIPLIN 倶非
Bagi mereka yang mengambil Prātimokṣa Saṃvara, misalnya, melakukan perbuatan yang sifatnya netral (avyākr̥ta) melalui jasmani atau ucapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar