Powered by Administrator

Translate

Selasa, 25 Oktober 2016

VARTAKA PARITRĀ

Dalam jilid 26 Mahīśāsaka Vinaya 《彌沙塞部和醯五分律》 (T. vol. 22, № 1421 hlm. 175c–176a) diceritakan bagaimana seruan nama Buddha dapat memadamkan kobaran api:

有一阿練若處,野火欲至,不知云何。以是白佛。
Ada sebuah araṇya¹ yang hampir dilanda kebakaran hutan, dan [para bhikṣu] tidak tahu harus bagaimana. Mereka melaporkan hal ini kepada Buddha.

佛言:「汝往滅之。」
Buddha berkata: “Pergilah kalian memadamkannya.”

受教往滅,不能令滅。還白佛。
Setelah menerima instruksi, mereka pergi, namun tidak mampu memadamkannya. Lalu mereka kembali melapor kepada Buddha.

佛言:「可以我名,語火神言:
Buddha berkata: “Bolehlah kalian berseru demi nama-Ku kepada Dewa Agni:

『世尊欲令汝滅!』」
‘Bhagavan memerintahkan engkau padam!’”

受教往語,火即滅。還白佛。
Setelah menerima instruksi, mereka pergi menyeru demikian, dan api pun padamlah. Lalu mereka kembali melapor kepada Buddha.






佛言:「此火神,不但今世聞我名,火便滅。過去世時,海中有洲。於七歲中,常為火所燒。彼洲上叢草中,有雉生一鶵。父母見火欲至,便捨而去。其鶵於後,帳舒翅腳,示火神,說偈言:
Buddha bersabda: “Bukan dalam kehidupan sekarang saja Dewa Agni memadamkan apinya setelah mendengar nama-Ku. Pada masa lampau terdapat sebuah pulau di tengah samudra yang selama tujuh tahun senantiasa dilanda kebakaran. Di tengah rimbunnya rerumputan di pulau tersebut, adalah burung puyuh betina yang beranak seekor. Melihat api hampir tiba [ke sarang mereka], ibu-bapa puyuh segera pergi meninggalkan anaknya. Anak puyuh tersebut pun kemudian membentangkan sayap dan kakinya, menunjukkan diri kepada dewa api, dan menyerukan gāthā berikut:

『有腳未能行  有翅未能飛
 父母見捨去  唯願活我命』

‘Memiliki kaki ’ku belum mampu berjalan;
memiliki sayap ’ku belum mampu terbang.
Ayah dan ibu kulihat pergi meninggalkanku.
Berkenanlah kiranya engkau menghidupkan nyawaku!’

「火神即以偈答:
“Dewa api itu menjawab dengan gāthā:

『卵生非所求  而今從吾乞
 我今當施汝  四面各一尋』」

‘Makhluk yang terlahir melalui telur bukanlah apa yang kucari;
namun kini ia telah meminta dariku.
Maka sekarang akan kuanugerahkan kepadamu
[kepadaman] di empat sisi masing-masing satu depa.’”

佛言:「爾時,雉鶵者,則我身是。火神者,今火神是。昔已為我滅火,今復為我滅之。若野火來時,應打揵搥,若唱僧同集。使淨人刈左右草,以火逆燒。水土澆坋,濕衣撲滅。」
Buddha bersabda: “Anak sang puyuh betina pada saat itu ialah Aku sendiri. Adapun dewa apinya ialah Dewa Agni yang sekarang. Dahulu ia telah memadamkan apinya demi Aku, dan kini pun kembali ia padamkan demi Aku. Jikalau kebakaran hutan datang mendekat, kalian haruslah menabuh gaṇḍī² seperti saat memanggil saṅgha untuk berhimpun bersama. Suruhlah kalpiyakāraka³ membabat rumput di sekeliling untuk mencegah api menjalar. Kemudian sirami air dan taburi tanah; dengan pakaian basah tepak-tepaklah agar padam.”






CATATAN:

¹ Sebuah pertapaan. Bisa di hutan atau tempat sunyi lainnya. Lihat keterangan di sini.

² Sebangsa kentongan kayu.

³ Umat awam yang menjadi asisten saṅgha. Biasanya ikut tinggal dan membantu-bantu di dalam biara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar